Catatan Si Landak

*abaikan saja bab ini kalo enggak mau rempong*

Kamis, 25 Februari 2016

Aku sedang berbaring di gudang loteng. Gudang memang kedengarannya kurang baik dipakai sebagai tempat leyeh - leyeh, tapi aku menyukainya. Apalagi karena lantai lotengku bersih, walau cuma lantai semen. Aku menatap ke langit - langit. Ini adalah hari terakhirku dari libur Tryout ke - 2 yang dilaksanakan untuk kakak kelasku. Dan berarti besok aku harus kembali ke sekolah dan disambut dengan guru Matematika dan juga pelajaran Trigonometri. Mantap.

Entah karena harinya yang dingin atau gejala PMS, aku jadi malas buat menulis proyekku hari ini. Yah, proyek songfict - ku. Dan targetku masih ada 4 bab cerita ditambah satu bab penutup, dengan deadline tanggal 24 Maret dini hari. Dan itu masih... sekitar 27 hari lagi. Tapi entah kenapa moodku terbang kemana hari ini. Padahal selama dua hari libur aku sudah menghasilkan tiga bab cerita lainnya.

Mungkin masih agak lama waktu 27 hari itu, tapi aku harus segera menyelesaikannya. Karena sebelum tanggal 24 itu nanti akan ada yang namanya Ulangan Tengah Semester. Dan aku harus bersiap untuk itu. Belum lagi nulis draft The Detective 7 sama nyelesaiin Last Generation! Duh, maaak!

Mantap.

Malah, aku masih punya segunung ide buat dijadiin cerita.

Mampus.

Ide yang lainnya kuharap gak keburu nguap dulu, soalnya aku pengen juga nulis cerita selain detektif.

Aku harus nyelesaiin nih proyek bulan ini juga! Begitu teriakkan dalam batinku. Yah, biar libur Tryout ke - 3 dan libur Ujian Akhir Sekolah ntar aku bisa ngebut nyelesaiin TD 7 sama Last Generation. Dan minggu terakhir bulan Februari ini cuma tinggal tiga hari lagi. Yes! Awal bulan! Masa paling sejahtera bagi semua umat manusia!

Aku menoleh ke samping kiriku. Ada sebuah buku disana. Yah, tadi aku sehabis menuangkan ide lainnya. Kurasa itu cukup bagus sebagai penyegaran dari tumpukan kisah romance yang ada di cerita Sahabat Sang Bulan.

Aku langsung duduk, dan menggulung rambutku asal agar tidak mengenai leherku. Kuambil ponselku yang sejak tadi memutar lagu Earned It - nya The Weeknd. Dan aku merenung sejenak. Aku tidak minat untuk melanjutkan baca ebook novel Fifty Shades Freed yang ada di hapeku. Itu bisa membuat mood nulisku hilang karena keasikan baca. Apalagi kalo udah di tengah - tengah. Bisa jadi gila sendiri aku kalo enggak selesai bacanya! Dan itu sudah terjadi saat aku membaca Fifty Shades Darker dua hari yang lalu.

Aku menghela nafas. Sepertinya aku lebih baik menyelesaikan proyekku saja. Kalau siang ini belum selesai, aku bisa melanjutkannya nanti malam, sebelum tidur.

Kubuka kunci ponselku, dan aku menuju aplikasi note yang ada di sana. Well, tiga minggu ini aku memang lebih sering offline, dan cuma online saat malming, sekalian update cerita. Sekekali lah, Hamon jaga grup. Aku kan sebenernya sering online. Aku memutuskan offline supaya bisa konsen nulis proyek ini. Grup Line FPW terlalu menggoda buat dikunjungi, belum lagi keinginganku untuk stalking dan menyelesaikan bacaan yang menumpuk di library Wattpadku.

Aku langsung menuju ke halaman yang akan kutulis. Cerita kesembilan. Aku sudah menyelesaikan cerita kesepuluh dan kesebelas. Yah, kadang aku suka meloncat seperti itu. Dan sekali lagi, kupasang tekad dan niatku untuk menulis proyek ini. Di cerita kesembilan hanya ada tiga scene. Aku yakin tidak sampai tiga ribu kata. Kulirik jam di bagian atas ponselku. Jam tiga tepat. Oke, mari kita mulai, sebelum jam lima nanti orangtuaku menyuruh untuk sedikit merapikan rumah ( baca : nyapu )

Tapi sebelum aku mulai, aku mengganti playlist lagu dulu. Lagu Earned It memang bagus, cuma kurang cocok untuk apa yang kutulis. Jadi aku akan memakai playlist yang berisi lagu - lagu yang dinyanyikan oleh kak Andri. Lagu yang pertama kupilih adalah Thinking Out Loud, sesuai ide cerita di kisah kesembilan.

Well, mungkin aku agak malas menulis karena hawanya hari ini pas sekali dipakai tidur, karena tadi pagi Banjarmasin diguyur hujan deras. Dan aku memilih berada di loteng karena kalau aku di kamar, aku pasti sudah tewas ( baca : ketiduran )

Setelah menulis beberapa paragraf, kuputuskan untuk pindah lokasi ke balkon. Yah, lotengku punya balkon, dan tempatnya cukup bagus untuk dipakai nulis. Aku sering melakukannya. Asal harinya tidak panas, maka aku akan ada disana, sambil fokus menulis.

Kubawa buku yang ada di sampingku tadi, lalu kubuka kunci pintu gudang. Aku berjalan melewati sebuah kasur busa yang sudah tidak terpakai - walau sebenarnya aku merasa masih cukup bagus, aku sering berbaring disana - dan juga sebuah karpet berukuran 1,75 × 1 meter bergambar bunga. Di karpetnya berserakan buku - buku.

Di atas karpet ada sebuah meja belajar dari kayu yang ditutupi oleh kain sasirangan - kerajinan kain khas Banjarmasin - yang kubuat dalam pelajaran mulok aka muatan lokal, diatas meja itu berserakan buku dan ada juga lampu belajarnya. Di sampingnya ada dua buah rak kecil yang kuisi dengan buku - buku. Buku tulis dibawah, dan di atas ada beberapa novelku yang kuselubungi dengan syal sasirangan agar tidak berdebu. Di atas meja belajar, tepatnya di dinding yang ada di hadapannya, ada banyak tempelan kertas, diantaranya tiga kertas besar yang bertuliskan "Road To #SongfictsForChujin. Ya, itu kalender proyekku. Di kertas itu penuh coretan di tangglnya, menandakan hari yang telah kulalui dalam proses proyek ini dan juga catatan kecil lainnya. 'Aku harus ingat untuk menyilang tanggal hari ini' pikirku.

Aku mencampakkan buku ke atas meja belajar, dan akhirnya aku menuju ke balkon. Nah, aku melihat langit yang semakin gelap. Aku rasa mungkin nanti akan hujan lagi, karena beberapa tetes air turun dan membasahi atap rumah.

Akhirnya aku duduk di lantai balkon, dan bersender pada dinding yang dipenuhi coretan tidak jelas dari adikku yang paling kecil. Kurapikan sedikit rambut panjang berantakan milikku sebelum akhirnya aku kembali menulis.

Aku merengganggkan tubuhku sekekali, sampai akhirnya adikku yang paling besar naik ke atas loteng dan kami saling ngobrol. Dia memang yang paling sering kuajak ngobrol, karena dia yang paling nyambung dan paling bisa diajak kerja sama. Dia tau persis apa yang aku kerjain. Bisa dibilang dia yang paling tau hobiku dan paling mendukung. Ah, dia nggak kayak orang rumahku yang lain yang nggak terlalu peduli dengan hobi menulisku.

Dia juga menikmati angin sore sambil mendengarkan lagu - lagu cover kak Andri yang kuputar. Aku tetap menulis sambil sekekali ngobrol dengannya.

Tak terasa satu scene selesai, dan aku melanjutkan ke scene kedua.

Tapi setelah beberapa paragraf aku menyerah dengan kenyataan bahwa perutku sedang minta diisi oleh sedikit cemilan. Aku melirik jam digital di hapeku. Setengah lima sore. Memang lebih baik aku ke lantai bawah sekarang. Sekalian mencari cemilan.

Setelah sedikit ngemil, mandi, dan beberapa kegiatan sore lainnya, aku akhirnya kembali ke loteng. Kujemur handuk yang barusan saja kupakai di tali kabel untuk jemuran yang ada di dekat tangga. Memang loteng dirumahku dipakai sekalian untuk menjemur baju.

Aku langsung menuju karpet dan duduk di depan meja. Kuambil sebuah spidol papan tulis yang kuletakkan di sebuah kotak kecil di bawah meja belajarku. Kubuka tutupnya, dan kucoret angka 25 pada kalender bulan Februari. Empat hari lagi sudah bulan Maret, dan kurang dari sebulan proyekku harus selesai. Aku juga mengambil sebuah spidol biru yang kugunakan untuk menulis keterangan di kalender buatanku itu.

Aku juga melirik catatan proyek yang ada di bawahnya. Catatan itu berisi detil proyek yang kulaksanakan, seperti waktu pelaksanaan proyek, tujuan proyek, dan judul setiap bab cerita di proyek kali ini.

Jujur, baru kali ini aku buat sebuah proyek secara spontan, kujalani secara serius, dan bahkan aku menghitung setiap harinya!

Aku jadi seperti seorang kekasih yang menghitung tanggal ultah pacarnya dan menyiapkan sebuah surprise untuknya.

Yah, memang sih tanggal 24 itu adalah tanggal ultah kak Andri, tapi masalah pacar... well, aku emang agak berlebihan. Apalagi kalau sudah niat, beh, aku nggak segan bakalan melakukan tindakan gila. Ini sudah sering terjadi.

Aku melirik mejaku. Ada setumpuk buku, headset rusak, pulpen yang isinya habis, plester yang sisa sedikit, dan lampu belajar. Aku meraih ke rak yang ada di samping kananku. Disana ada sebuah buku pintar edisi tahun 1980 - an milik ayahku, dan aku membaca daftar nama - nama untuk anak yang ada di sana. Siapa tau ada beberapa nama yang nempel di ingatanku, dan bisa kugunakan sebagai nama tokoh saat sedang darurat, iya kan?

Setelah puas membaca daftar nama, aku mengambil ponselku, dan kembali menulis cerita yang belum selesai tadi. Ugh, pokoknya aku harus selesai hari ini juga! Soalnya, besok aku harus ulangan harian bahasa Jepang. Katanya sih, ntar bu guru bakalan nanyain kami satu - satu pake bahasa Jepang, pake pola kalimat yang udah beliau ajarin. Duh, mampus dah kalo enggak bisa... buat nilai ulangan pula!

Akhirnya, aku berbaring sejenak di kasur busa yang dilipat dua dan berada di sebelah kiriku, dekat dengan pintu salah satu gudang yang menyimpan koleksi komik milik kakak sepupuku. Aku melirik ke arah sebuah jendela dekat jalan menuju balkon, dan melihat sepatuku dijemur disana. Aku mengambilnya dan memasang talinya. Setelah selesai dengan tali sepatu, aku langsung kembali mengetik ceritaku.

Aku menggunakan banyak posisi tubuh saat mengetik kali ini. Berbaring sambil melamun sebelum akhirnya duduk, bersandar, bahkan tengkurap. Mungkin satu - satunya posisi nulis yang belum kucoba adalah posisi kayang. Aku tidak pernah membayangkan bagaimana kalau menulis dengan posisi itu.

Karena hari ini aku tidak bisa pergi ke musholla untuk sholat, aku menggunakan waktunya untuk mengetik saja. Jari jempolku terus menari diatas keypad ponselku, sambil sekekali berubah posisi tubuh.

Aku terus mengetik, sambil sekekali menggaruk kakiku. Yah, satu masalah yang aku tidak pernah akur dengan lotengku adalah : nyamuk. Sepertinya aku perlu minta losion anti nyamuk sama adekku nanti. Aku yakin dia mau memberikannya padaku. Karena dia tau pasti apa yang kurasakan saat di loteng.

Satu scene sudah selesai, dan kurasa aku akan menambahkan satu scene lagi agar mendukung isi ceritaku. Sambil mengabaikan rasa gatal, aku tetap terus mengetik untuk scene terakhirku.

Akhirnya, cerita kesembilan selesai. Hasilnya tidak sampai 1500 kata, tapi lumayan bagiku. Sisa tiga cerita dan penutup, dan kalau dihitung dalam persentase maka sudah sampai 75%. Tinggal 25% lagi, maka proyekku akan selesai!

Setelah selesai dengan ceritaku, langsung saja kuputuskan untuk pergi ke bawah saja. Mengambil buku catatan bahasa Jepang, dan menyiapkan isi tasku untuk besok.

Aku membaca materi untuk ulangan lisan besok secara sekilas setelah selesai makan malam. Well, memang bahannya enggak banyak, dan guruku menjelaskannya sejelas - jelasnya, jadi tidak ada masalah bagiku.

Kulanjutkan dengan menulis cerita yang akhir - akhir ini kupikirkan. Jujur saja aku sangat senang membuat cerita versi berantakan dengan cara ditulis tangan. Mungkin akan menyusahkan jika harus ditulis dua kali, tapi jujur hal itu kurasa membuat tulisanku jadi lebih baik sebelum akhirnya dijadikan sebuah cerita untuk dibaca oleh orang lain.

Tak terasa waktu menunjukkan jam 10 malam. Sudah saatnya tidur. Aku tidak boleh terlalu malam karena besok harus pergi ke sekolah. Seperti orang lain, aku juga punya masalah dengan yang namanya bangun pagi, jadi aku harus mengatasinya dengan cara seperti ini.

Aku masuk ke kamarku. Adekku yang paling besar sekamar denganku, dan dia sudah tepar di salah satu dari kasur double bed yang merupakan kasurnya. Aku naik ke atas kasur dan akhirnya memainkan ponselku sebentar sebelum akhirnya menyelubungi tubuhku dengan selimut. Aku menyadari bahwa diriku sudah lumayan mengantuk. Kupandangi poster yang ada di seberang kasurku, tepatnya di dekat kipas angin dinding yang ada di kamarku. Setelah memanjatkan doa, aku terhanyut dalam khayalan, dan akhirnya aku tenggelam dalam tidur nyenyak.

★★★★★

Jum'at, 26 Februari 2016

Hari Jum'at. Masuk sekolah kembali. Dan aku harus bangun pagi seperti biasanya. Ugh.

Sesampainya di kelas, aku menyapa beberapa temanku yang sudah datang dan juga bertugas piket. Aku langsung duduk dan meratakan mejaku yang miring. Yah, mungkin kakak kelasku yang tryout pake kelasku bener - bener puyeng gara - gara soal yang mereka hadapi. Liat aja mejaku yang posisinya berubah sekian derajat.

Aku menatap mejaku yang dilapisi oleh karton biru muda yang penuh coretan. Yah, aku sangat suka yang namanya mencoret - coret, dan aku sering menulis kutipan - kutipan dari lagu atau cerita di saat jam pelajaran, terutama saat Matematika atau Bahasa Inggris. Gak percaya tanya aja sama Hamon.

Mejaku penuh dengan coretan dari lagu indie milik kak Andri, coretan soal The Detective, kutipan dari cerita Sensei saya, kutipan dari Sherlock Holmes, kutipan lain, dan tentu saja gambar landak kecil di beberapa bagian. Sungguh artistik sekali mejaku.

Setelah melepaskan jaket dan meletakkan tasku, aku langsung mengambil hape dan mengetik sedikit cerita ke tiga belas. Baru selesai dua paragraf, datanglah Hamon, yang sejak dahulu kala (?) sudah sebangku sama saya. Kami saling tukar kabar dan akhirnya malah jadi ngobrol sampe akhirnya bel berbunyi dan guru Matematika datang ke kelas.

Disambut dengan hapalan sudut istimewa bagi yang belum menghapalkannya (karena itu untuk nilai tugas), aku dan Hamon melanjutkan ngobrol dengan topik labil yang bisa saja berubah dalam waktu satu menit. Yah begitulah kami. Dan akhirnya di jam pelajaran kedua pak guru Matematika dengan perawakannya yang langsing dan lincah itu menjelaskan pelajaran sambil mencoret - coret rumus di papan tulis kapur, dan kami membahas tentang rumus kuadran sampai jam pelajarannya berakhir.

Selesai jam pelajaran Matematika, dilanjutkan dengan Bahasa Jepang. Biasanya pelajarannya cuma satu jam, aku yakin pelajarannya bakalan molor jadi tiga jam. Yah, karena setelahnya kami lanjut belajar Bahasa Inggris dengan guru yang sama.

Hari ini bu guru Bahasa Jepang mengenakan pakaian pink dengan kerudung yang serasi. Kurasa suasana hati beliau sedang bagus. Yah, kuharap begitu, karena beliau itu cukup menyeramkan saat dibuat marah.

Di jam pelajaran pertama aku ulangan lisan dengan beliau, dan bisa kubilang hapalanku cukup baik untuk kemampuan ingatan level menengah milikku ini. Dan setelah satu jam pelajaran, akhirnya jam istirahat datang.

Lima belas menit kemudian, pelajaran kembali di mulai. Dan seharusnya bel pulang sekolah berbunyi delapan puluh menit lagi. Satu jam dua puluh menit. Masih lama. Jadi kugunakan waktunya untuk menulis, sementara itu Hamon juga asik searching.

Sambil nulis, aku juga mencoreti mejaku, membuat tulisannya semakin banyak saja. Aku yakin, saat kakak kelasku kemaren duduk di sana, dia geleng - geleng saat melihat semua quote dan coretan lain yang ada disana.

Tak terasa sudah jam 11.05, itu berarti saatnya pulang. Yah, kalo di Banjarmasin memang rata - rata kalau hari Jum'at semua sekolah pulangnya sekitar jam sebelas. Nggak heran kalau hari Jum'at suasana jalanan di Banjarmasin padat banget.

Sampai di rumah, aku langsung menghempaskan diri ke kasurku sambil merenggangkan tubuh. Aku juga memandangi dua poster Midorima Shintaro dari anime Kuroko No Basket yang baru kupasang minggu lalu. Ada satu gambar saat Midorima mengenakan gakuran (seragam sekolah untuk cowo di Jepang) dan juga satu lagi saat Midorima main basket, lengkap dengan keringatnya.

Untung posternya nggak kupasang di depan meja belajar. Bisa salah fokus nanti akunya...

Aku mengistirahatkan badan sambil memandang kesana kemari. Akhirnya, karena aku bosan langsung saja aku mengambil ponselku yang ada disebelahku dan memutar rekaman video musik milik Cyndago. Yah, kalo sering buka Youtube pasti tau siapa mereka. Beberapa video musik mereka ada yang dibuat bersama Markiplier, dan bisa dibilang... cukup gokil.

Puas dengan playlist Cyndago, akhirnya aku kembali melanjutkan menulis. Yah, karena siang ini aku nggak punya kerjaan, jadi... lebih baik kugunakan untuk menulis proyek kan?

Setelah beberapa paragraf, aku melirik ke jam digital di ponselku. Sudah lewat tengah hari, dan aku merasa kalau memang sudah saatnya jam makan siang. Jadi, aku segera berganti pakaian dan akhirnya menuju ke belakang.

Aku kembali dalam waktu setengah jam ke kamar. Mungkin kali ini aku akan menulis di kamar saja, karena aku sudah merasa nyaman di kamar. Langsung saja aku kembali menyelesaikan cerita ke dua belas, sambil memutar lagu - lagu kak Andri, seperti biasanya.

Aku mengetik dengan posisi duduk, dan aku mengetik dengan seru. Sambil menyelimuti kaki dan meletakkan bantal guling di pangkuan, aku melanjutkan ngetik.

Setelah sekitar dua jam mengetik - sambil sekekali leyeh - leyeh atau memandangi poster Midorima Shintaro - aku keluar kamar sebentar untuk beberapa urusan. Dan aku juga sempat berpapasan dengan ayahku. Tapi, kami cuma saling diam. Well, kelihatannya hubunganku dengan ayahku tidak berjalan baik, dan memang seperti itulah. Karena aku pada dasarnya bukan anak yang suka didiktie, ayahku jadi agak sedikit kesal denganku dan terjadilah semacam... perang dingin kalo kubilang.

Mari lupakan soal ayahku. Dan saat kembali ke kamar, aku kembali mengetik. Setelah beberapa saat, aku memutuskan untuk mengganti playlist laguku dengan lagu - lagu milik Maroon 5. Aku yakin perubahan ini membuatku jadi lebih semangat.

Dan benar saja, setelah mengganti playlist, aku menjadi lebih semangat, dan aku kembali mengetik ceritanya.

Sekitar setengah jam kemudian, satu cerita sudah kuselesaikan. Kulirik ke luar jendela, harinya terlihat semakin gelap, kurasa nanti akan hujan, karena tadi pagi mendung tapi siangnya malah nggak jadi hujan. Masih tinggal 2 bab cerita dan 1 bab tambahan. Persentase ketuntasan proyek ini sudah mencapai 81,25%. Tinggal sedikit lagi!

Setelah selesai, aku langsung ke loteng dan mencharge hapeku yang lowbat, lalu menyilang kalender proyek, dan menatap mejaku.

Oke, kita akhiri dulu untuk hari ini. Kita lihat nanti apa yang bisa kulakukan untuk besok hari.

★★★★★

Sabtu, 27 Februari 2016

Singkat saja. Jam pelajaran pertama gurunya nggak ada, jadi dikasih tugas, lalu jam ketiga belajar Matematika. Tapi cuma satu jam pelajaran. Haish. Dan masih ada anak yang ngapalin sudut istimewa.

Jadi, waktunya kupake buat nylesaiin bab penutup dari cerita ini. Walau enggak selesai, tapi menulis separonya itu sudah lumayan lah...

Selesai jam pelajaran Matematika, jam pelajaran Sejarah. Sempat ngetik sebentar sebelum pak guru ngasih tugas...

Diakhiri dengan PKn, jam yang paling boring. Kami enggak belajar sih, jadi aku bisa dibilang asik ngobrol sama Hamon. Karenanya, semua berlangsung dengan cukup cepat.

Pulang ke rumah, langsung charge hp, trus istirahat dan nyetrika baju. Soalnya besok aku pengen ngetik seharian sampe proyek ini selesai, plus editing juga. Jadi, minggu depan aku sudah agak lowong. Dan bisa bersiap untuk UTS.

Kabar sensasionalnya adalah : UTS dilaksanakan tanggal 7 Maret. Ntap. Aku harus ngasih tanda dulu di kalenderku biar inget.

Setelah berbagai aktifitas sore, aku kembali menyelesaikan bab penutup. Lalu bersiap untuk update satu bab The Detective.

Tapi aku akan update malam aja. Sekarang, aku akan menulis cerita ketiga belas, barang sedikit. Supaya tugasku besok enggak begitu banyak.

Tapi sialnya... saat sedang asik mengetik dan editing sambil duduk di atas kasur busa yang ada di dekat 'ruang kerja' - ku, sekitar jam setengah delapan malam, listrik di rumah saya mati. Sialan sekali kau, PLN! Sudah malming, mati listrik, hujan pula! Combo kenistaan ini namanya.

Dan aku baru saja selesai editing dua cerita sebelum mati lampu itu.

Aku langsung saja turun ke lantai bawah, dan duduk santai dengan ketiga adikku. Aku tidak mau editing sambil duduk di ruang tengah, karena ayahku pasti langsung menghujani aku dengan kalimat macam... 'kamu itu main hape aja terus' atau yang lainnya.

Dia menganggap apa yang aku lakukan ini main - main, tapi sebenarnya aku sedang menulis. Ah sudahlah, ayahku itu kubiarkan saja dulu. Nanti aku buktikan kalau aku bisa! *landak mengepalkan tangan ke udara*

Setelah berbagai aktivitas normal dan makan malam, aku kembali ke loteng yang gelap gulita, dan menyalakan sebatang lilin, lalu update TD. Sambil membereskan notif sekalian. Sudah seminggu aku offline. Notifku pasti segunung.

Memang benar, dan aku membereskan berbagai notifku sampai menjelang waktu tidur.

Kutinggalkan ponselku untuk dicharge, lalu aku pergi tidur. Karena aku sudah menyetrika separo dari baju seragamku dan kedua adikku, aku pasti hanya akan menyetrika baju pramuka besok. Aku yakin pekerjaanku besok akan lebih ringan. Dan aku pasti bisa mengetik dua bab lagi besok.

★★★★★

Minggu, 28 Februari 2016

Hari Minggu. Diawali dengan bangun sedikit kesiangan dan langsung mengerjakan beberapa pekerjaan rumah macam bersih - bersih dan mencuci. Diakhiri dengan sarapan dan mandi.

Oke, kita skip aja bagian nggak penting ini.

Karena seragam pramuka masih dijemur, jadi aku akan menyetrikanya nanti saja. Mungkin aku akan mengetik satu bab cerita dulu.

Yah, karena besok adalah hari terakhir di bulan Februari, dan seminggu kemudian aku harus UTS, jadi kuputuskan kalau aku harus menyelesaikan semua cerita ini, termasuk editingnya, paling lambat besok. Karena aku harus mempersiapkan diri untuk UTS, dan juga aku sudah kehabisan draft TD untuk diterbitkan, jadi aku harus mengetik lagi sebagai persediaan selama aku UTS nanti. Apalagi karena tanggal 9 nanti libur, UTS akan dilaksanakan sampai hari Senin berikutnya. Karena jadwalnya sudah dibagi, dan seingatku jadwal di hari terakhir adalah Bahasa Inggris dan Kimia, dan aku harus belajar yang serius.

Aku tidak punya masalah dengan Bahasa Inggris, tapi masalahku ada di Kimia. Aku memang pintar mereaksikan beberapa cerita dalam satu buku, tapi untuk mereaksikan berbagai zat kimia, aku harus mengingat lagi supaya hasilnya benar.

Ditambah lagi, sepertinya guru Kimia - ku tidak akan mau memberi remedial jika nilainya nanti berada di bawah KKM.

Menulis proyek ini bisa dibilang sebagai suatu penyegaranku sebelum akhirnya aku kembali menulis TD secara maraton.

Walau sebenarnya aku masih punya satu proyek lagi yang akan aku garap di bulan April - Mei, sebelum akhirnya nanti libur bulan puasa aku akan benar - benar mengebut nulis TD. Karena aku yakin aku akan lebih sibuk saat kelas sebelas, aku harus mempersiapkan draft untuk TD.

Aish, waktu berjalan cepat sekali ya? Nggak kerasa udah mau kenaikan kelas...

Jadi, langsung saja aku mengetik untuk menyelesaikan cerita ke tiga belas. Dan kali ini aku ditemani oleh lagu - lagu Maroon 5. Aku memang suka menulis sambil mendengarkan lagu. Entah kenapa.

Setelah sekitar 100 kata, mungkin lebih -aku cuma memperkirakan- adikku membawakan baju pramuka yang sudah kering. Aku langsung menyiapkan setrika, lalu menyelesaikan beberapa paragraf sambil menunggu setrikanya panas. Dan langsung saja aku menyelesaikan 3 pasang baju itu.

Sebelum menyetrika, aku mengubah playlist lagu supaya memutarkan semua koleksi laguku berdasarkan abjad. Menyetrika sambil mendengarkan musik itu menyenangkan, kalau belum pernah, kalian harus coba.

Selera musikku sendiri sangatlah random. Aku suka musik dari genre mana saja, kecuali dangdut, asal liriknya enak didengar. Baper dikit juga enggak masalah, asal aku ngerasa suka ngedengerinnya.

Dan isi playlistku terdiri atas kira - kira... 80% lagu berbahasa Inggris, 15% lagu berbahasa Indonesia, dan 5% lagu berbahasa Prancis. Salahkan Hein Sensei yang muterin singlenya Indila, salah satu penyanyi terkenal asal Prancis. Makanya aku bisa ngefans sama Indila. Udah cantik, suaranya bagus pula. Nggak percaya silahkan searching aja.

Aku menyelesaikan tugasku saat playlist lagu memutarkan lagu yang berawalan abjad B. Isi playlistnya mungkin tidak sampai 150 lagu, tapi... isinya semua adalah lagu yang menjadi favoritku. Jadi isinya menyenangkan bagiku.

Seandainya aku punya headset, mungkin akan lebih menyenangkan. Masalahnya, headsetku rusak. Tapi... mendengarkan lagu keras - keras lewat speaker juga tetap seru kok.

Sambil tetap memutar lagu, aku kembali mengetik. Semoga sebelum jam tiga siang nanti aku sudah selesai dengan cerita ketiga belas, supaya masih ada waktu untuk mengetik cerita terakhir, dan mungkin editing nanti malam, kalau aku mau...

Dan salah satu keuntungan mendengarkan lagu keras - keras adalah, aku bisa mengurangi invasi suara berisik dari adik - adikku. Itu memang sering kali menggangguku.

Aku berusaha keras agar ceritanya selesai. Akhirnya, pada jam setengah tiga siang, aku berhasil menyelesaikannya. Bertepatan saat lagu Mirrors - nya Justin Timberlake nyaris selesai.

Sudah 93,75% proyek ini selesai. Masih 6,25% lagi sebelum benar - benar selesai. Satu cerita lagi...

Aku keluar dari kamar dengan niatan untuk makan siang, tapi aku melihat ayahku tengah di meja makan. Aku langsung mengurungkan niatku setidaknya selama setengah jam untuk makan. Melihat ayahku saja rasanya aku sudah kenyang.

Nah, aku pergi ke toilet, lalu kembali ke kamar untuk mengetik cerita terakhir selama sekitar setengah jam.

Tak lama kemudian adikku datang, dan dia mengatakan bahwa dia dan ayahku akan mengunjungi buyutku yang masih hidup yang ada di pinggiran Banjarmasin.

Tentu saja aku tidak berminat ikut. Aku hanya akan mengetik di rumah. Aku juga seringkali malas untuk pergi mengunjungi keluargaku. Memang penting, tapi aku entah kenapa merasa kalau aku kurang pas dengan keluargaku. Entah dari pihak ayah atau ibu. Kalau dari ibu sih, aku merasa lebih nyaman. Tapi yah itu tadi, aku dan keluarga, terutama kalau ramai, itu bukanlah perpaduan yang cocok.

Akhirnya, adikku yang paling besar pergi bersama ayahku kesana. Dan langsung saja aku melaksanakan niatku yang sempat tertunda untuk makan. Aku serius, kalau aku tidak memiliki energi, atau tepatnya kosong, itu akan mengganggu jalannya pikiranku. Jadi, aku melompat dari kasur dan pergi untuk makan siang.

Setelah makan siang dan sedikit ngemil yang menghabiskan waktu setengah jam, langsung saja aku kembali mengetik. Kulirik baterai hapeku, yang sisanya sekitar... 20% lagi. Ugh, sepertinya aku tidak akan lama lagi mengetik. Aku akan menchargenya nanti, sementara aku melakukan aktifitas soreku.

Jam 4 sore, hapeku sekarat dengan sisa baterai 4%. Jadi aku menchargenya dan kembali lagi jam 6 sore ke loteng untuk melanjutkan mengetik.

Pokoknya, aku akan menyelesaikan proyekku hari ini! *landak berapi - api*

Dan setelah berjuang mati - matian... #SFCProject saya finish! Jam menunjukkan jam setengah delapan malam.

Oke, proyek ini progress - nya sudah 99,99%.

Lalu, sisa 00,01 persen - nya adalah... editing!

★★★★★

Senin, 29 Februari 2016

Pagi ini, rasanya aku sangat enggan untuk bangun pagi. Kenapa? Karena harinya hujan cukup lebat, dan itu membuat gravitasi kasurku jadi dua kali lipat lebih susah untuk dilawan. Cuacanya emang pas banget dipake tidur.

Tapi aku harus bangun. Sebelum ayahku yang melakukannya, dengan sadis.

Serius, mengingatnya bikin aku langsung melek dan punya kekuatan untuk melawan nikmatnya kasur.

Mandi, berpakaian, lalu sarapan. Dan diakhiri dengan ayahku yang mengantarkan aku ke sekolah. Aku sebenarnya biasanya naik sepeda, tapi masa iya aku nekat ke sekolah di hari yang hujan lebat seperti ini?

Ayahku mengantarkan aku ke sekolah dalam waktu tiga belas menit. Cukup cepat. Sebenarnya bukan berarti sekolahku dekat dengan rumah. Agak jauh, malah. Cuma lalu lintas kota Banjarmasin terutama saat hujan sangat lengang. Kalau bosan dengan yang namanya kemacetan, kalian bisa rencanakan buat pindah ke Banjarmasin :'v Siapa tau bisa meet up sama Landak :'v

Oke, skip.

Pokoknya, sesampai di sekolah saya langsung piket karena memang hari ini saya bertugas. Dan yang paling saya perhatikan adalah papan tulis. Soalnya, kalo papan tulis enggak bersih, guru Kimia saya bakal menghukum semua orang yang piket hari itu buat lari keliling lapangan. Mantap. Dan saya enggak mau 'olahraga siang' karena papan tulis doang.

Dan setelah selesai, saya langsung ingat kalau tugas Kimia saya belum selesai. Langsung aja saya nyelesaiin tuh tugas.

Setelah selesai, saya langsung mengedit cerita ketiga. Karena... sebenarnya jam pertama adalah Penjaskes, dan harinya hujan plus gurunya nggak ada. Otomatis ya jam kosong.

Tapi dugaanku salah. Saat baru separo ngedit cerita keempat, bu guru dateng. Karena harinya hujan, beliau cuma memberi beberapa soal pada kami. Guru Penjaskesku bisa dibilang masih muda, dan karena beliau enggak pake cincin di jarinya, aku rasa beliau belum menikah.

Dan hari itu, aku dihujani pelajaran lainnya yang seru. Aku heran, kenapa banyak guru si sekolahku yang unik dan bisa mengocok perut muridnya. Tapi... aku menyukainya.

Pulang sekolah, setelah berbagai aktivitas nggak penting, aku kembali mengedit ceritaku. Dan aku cuma bisa mengedit sampai cerita kelima karena baterai hape sekarat.

Dan harinya juga sudah sore, jadi aku memutuskan untuk mencharge hapeku.

Kulanjutkan lagi pada jam 6, dan aku bisa menyelesaikan mengedit semuanya sampai jam sembilan malam, walau sempat tertunda karena beberapa kegiatan normalku.

Oke, intinya, proyek ini sudah selesai!

Jadi masalahku hanya tinggal TD 7, dan juga UTS.

Jadi, aku hanya tinggal menunggu sampai tanggal 24 Maret, dan aku akan menunggu sebulan lagi untuk proyek terbaruku.

Kira - kira... bagaimana jadinya ya, proyekku yang berikutnya?

★★★★★

29 / 02 / 16
20 : 45

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top