35 // Pancing Terus.

Ponsel Chandra yang disimpan di dashboard berdering singkat. Chandra terkekeh saat membaca isi chat yang Wenda kirimkan. Dengan cepat Chandra membalasnya.

Bayi Panda :
Chan, ada pesen dari Chabe. Katanya, dia laper, pengin makan kebab size jumbo. Sausnya dipisah, nggak usah pakai selada. Tolong dibeliin ya, Papi.

Sayang, aku nggak mau jadi papinya ikan. Aku mau jadi papi dari anak kita. Chabe bukan anak aku!

Bayi Panda :
Kamu jahat! Padahal Chabe bilang kangen sama papinya.

Btw, kalo mau jadi papi anak aku buruan cepat pulang. Aku tunggu di rumah.

Oh, iya. Sekalian makanan Chabe udah habis.

Yang kangen Chabe atau kamu?
Emang kalau aku cepat pulang, kamu mau ngapain aku?

Chandra tidak mendapatkan lagi balasan dari chat-nya, setelah membelikan pesanan—Wenda—Chabe, Chandra segera pulang. Mobilnya sudah sampai di depan rumah mereka. Tangannya meraih plastik hitam di atas dasboard, bibirnya hendak memanggil nama yang biasa disebut. Namun, dia urungkan saat netranya sudah menangkap Wenda yang berlari kecil ke arahnya. Chandra merentangkan tangannya, Wenda seketika berhambur masuk ke dalam dekapan hangat Chandra.

"Kiss," pinta Wenda secara tiba-tiba, wajahnya sudah mendongak dengan bibir yang sudah dimajukan.

Tanpa harus diulang, Chandra segera mendaratkan kecupan lama di atas bibir Wenda. Wenda meraih kantong plastik kecil berwarna hitam yang sejak tadi Chandra jinjing.

Chandra berdecak. "Jadi peluk-peluk aku, minta cium cuma mau ambil makanan kamu sama Chabe aja," sindir Chandra.

Wenda sudah berlari menghampiri tank aquascape Chabe, segera membuka pembungkus makanan ikan dan menaburkan sedikit di atas permukaan air.

"Makan yang kenyang ya, Chabe. Kamu tenang aja, listrik dan air di rumah kamu ini nggak usah kamu pikirin. Biarin itu kewajiban papi kamu." Wenda lagi-lagi mengajak—anak Chandra—Chabe mengobrol.

Chandra yang duduk di sofa memperhatikan tingkah ajaib istrinya yang membuatnya geleng-geleng kepala.

"Sayang, kamu udah mandi? Kok nggak langsung ganti baju tidur?" tanya Chandra.

Wenda berbalik, netra mereka bertemu. Langkah Wenda tergerak ke sofa. "Chan, aku lapar. Lama banget nungguin kamu pulang. Kamu udah berapa hari ini pulangnya telat terus.

Kebiasaan. Ditanya apa. Dia jawab dengan pertanyaan apa.

"Iya, aku lagi nyoba lembur. Mayan buat bayar listrik rumah Chabe."

***

Chandra menuju dapur, seperti biasa menyiapkan apa yang akan mereka makan malam ini. Sejak ada Bi Yati, Chandra merasa sangat terbantu.

Sudah hampir dua puluh menit Chandra berada di dapur. Chandra sedang berkutat di depan microwave menghangatkan satu bungkus sosis.

Chandra terkesiap saat sepasang lengan melingkar di perutnya, Wenda memeluknya dari belakang, menempelkan pipinya pada punggung lebar Chandra.

"Aku lagi hangatin sosis, kamu mau? Kebab kamu tadi mau dihangatin lagi nggak?"

Wenda hanya mengangguk di balik punggung Chandra. Chandra bergerak ke lemari pendingin meraih satu bungkus sosis siap makan yang hanya butuh dihangatkan saja. Langkahnya terseret-seret karena Wenda enggan melepaskan pelukannya.

"Sayang, aku tahu kamu kangen. Lepas dulu dong, aku susah gerak jadinya. Kamu duduk aja ya, tunggu aku selesai," bujuk Chandra.

Wenda melepaskan pelukannya, Chandra membuka mata lebar, kali ini lebih terkejut saat mata bulatnya melihat apa yang Wenda kenakan. Wenda mengenakan gaun marun pemberian Joy, dengan outer yang sengaja tidak dia simpulkan, hingga memperlihatkan bagian dada yang cukup terbuka, entah kain gaun berbahan satin yang licin, pada bahu kanan sedikit melorot, memperlihatkan seutas tali tipis pada bahu putih Wenda.

"Sejak kapan kamu punya pakaian model begini?" tanya Chandra bingung.

Tangan Chandra membenahi gaun di bahu Wenda yang melorot, menyimpulkan ikatan di bagian depan agar tertutup.

"Sejak hari ini, bagus nggak? Males pake piama lagi, gerah."

"Iya, bagus," sahut Chandra yang sebenarnya lebih menghindari malapetaka.

Dari pada ngamuk dibilang nggak bagus. Mending iyain aja dulu, biar ini bayi panda seneng.

-o0o-

Chandra duduk di pinggir tempat tidur, fokus pada layar ponsel yang dia genggam. Wenda seperti kegiatan malamnya—di depan cermin meja rias. Mengolesi krim skincare pada wajah dan lehernya. Merasa selesai dengan kegiatan rutin, Wenda bergabung duduk di tepi tempat tidur bersama Chandra.

"Wen, aku ada temen. Nah, kakaknya itu tatto artist gitu. Lihat deh, hasil tatonya keren-keren ya." Chandra menyodorkan ponselnya, memperlihatkan seni yang dilukis di kulit itu pada postingan di aplikasi Instagram.

"Keren dari segi mana? Udah sakit, kulit jadi kotor," sahut Wenda.

"Sayang, kalau aku mau pasang tato, boleh nggak?"

Wenda terkekeh, tersenyum jahil siap menggoda Chandra. "Emang kamu mau bikin gambar apa? Gambar naga di lengan? Biar keliatan sangar kayak preman pasar."

"Ya, nggak kayak gitu juga, Sayang. Aku mau bikin di pergelangan tangan aku. Tulisannya L-1485."

"L-1485? Plat kendaraan daerah mana tuh?" Wenda tergelak semakin kencang.

"Kamu bakal terharu kalau aku jelasin L-1485 itu apa. Kamu mau tahu? L dari kata love. 14 ini tahunnya 2014. Tahun di mana seorang Navera Four Wenda yang saat itu masih kelas lima SD, deketin aku ngajak temenan. Iya, 'kan?"

"Ya mana saya tahu. Saya kan Wenda bukan Albert Einstein."

Chandra mencolek hidung Wenda. Gemas sekali dengan istrinya ini. Selalu punya segudang jawaban.

"Terus 85 apaan? Semangat 85? Atau 85. 85. Siap, Komandan."

"Itu semangat 45, Sayang. Siap komandan 86," imbuh Chandra seraya mencubit pipi Wenda. "85 di sini, 8 itu tanggalnya. 5 itu bulan Mei. 8 Mei ingat nggak hari apa?"

"Hari Jumat, tanggal 8 Mei. Anniversary kita. Hari di mana seorang Raffa Chandra Dirganis jadi bucin Wenda," celetuk Wenda diiringi dengan kekehan renyah.

Chandra pun ikut terkekeh mendengar penuturan Wenda yang sok puitis di awal, tapi ujungnya tetap saja melawak.

"Sayang, boleh nggak ini aku mau pasang tato." Chandra masih bernegosiasi.

"Minta izin sama Chabe sana, kalo kata Chabe boleh, aku juga izinin."

"Minta izin sama Chabe, sama aja nungguin Firaun glow up bangkit dari peti mati."

Wenda terkekeh kembali, bangkit pindah posisi duduk di pangkuan Chandra, wajahnya dia benamkan di ceruk leher Chandra.

"Ini baju kamu, kenapa ikatannya dibuka lagi, kebuka-buka gini. Pengin banget masuk angin kayaknya."

"Nggak akan keburu masuk angin, kalau kamu yang masuki," ucap Wenda dengan jahilnya mengecup sisi kanan leher Chandra.

Chandra menjauhkan tubuh Wenda, memicingkan matanya menatap wajah Wenda. "Kamu nakal lagi, ya."

Wenda meraih wajah Chandra, menempelkan bibirnya di atas bibir Chandra. Tangannya dia kalungkan di leher Chandra, jemarinya meremas rambut belakang Chandra.

"Pancing terus, Sayang," ujar Chandra di sela kegiatan mereka.

Chandra semakin terpancing, gejolak dari dalam tubuhnya ikut andil. Posisi dia balik, kini Wenda yang sudah di bawah kendalinya, Chandra tak hentinya mencecap tiap inci wajah, tulang selangka, dan leher Wenda.

Tangannya melepaskan dengan mudah outer yang semula Wenda kenakan, melemparnya asal. Tangan kiri Chandra sudah bermain nakal di dada Wenda, tangan satunya aktif mengusap di paha dalam Wenda. Wenda terkejut bukan main, untuk pertama kalinya merasakan itu. Matanya membulat, dahinya berkeringat saat tangan Chandra sudah berhasil menemukan karet celana dalamnya, meloloskannya hingga batas lutut.

Chandra menatap wajah Wenda, dia menarik senyum tipis, kembali melumat bibir Wenda. Tangannya menelusup ke gaun tidur Wenda, meraba perut Wenda. Ada getaran hinggap di tubuh Wenda, Chandra meraih lengan Wenda dia bimbing ke ceruk lehernya, telapak tangan Wenda mulai basah, entah Wenda gugup atau terlalu menikmati. Tubuh Wenda kaku, dia pasrah dengan apa yang Chandra lakukan padanya.

Chandra mendekatkan bibirnya ke telinga kanan Wenda. Membisikkan sesuatu yang membuat Wenda menahan napas, Wenda tercenung.

"Sayang, maaf. Aku nggak bisa ngelakuinnya."

Tanjung Enim, 21 November 2020
Republish, 09 Maret 2021

Salam Sayang
RinBee 🐝

Selamat malam. Aku datang lagi.
Bagaimana, apakah sudah cekout pasangan ajaib?
Tahun baru belom ada kalender kan kalian? Jangan lupa cekout ini bonus kalender meja dan parfum. Siapa tau wangi park Chanyeol 😆

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top