31 // Chabe

"Wenda lagi apa, Bi?"

"Lagi di kamar, Mas. Mungkin istirahat. Tadi baru aja habis dari ruang tengah."

"Udah makan, 'kan?"

"Makan udah, Mas. Tadi bibi bikinin puding mangga, habis makan puding."

"Oh, gitu. Ya udah titip Wenda ya, Bi. Aku bentar lagi pulang."

"Baik, Mas. Oh, iya, Mas ...."

"Ya, ada apa, Bi?"

"Sepertinya, Neng Wenda pengin punya peliharaan ikan."

"Ikan? Mau buka pecel lele atau gimana." Chandra mengerutkan keningnya.

"Iya, Mas. Tadi kan bibi dari pasar beli ikan, Neng Wenda bilang mau pelihara ikannya. Ya namanya ikan dari pasar, Mas. Di pasar hidup, sampai rumah ya mati."

"Oh, gitu. Nanti aku cariin ikan hias aja, Bi. Buat peliharaan Wenda."

"Kenapa nggak pelihara kucing aja, Mas? Lebih lucu gitu," usul Bi Yati.

"Wenda alergi bulu, Bi."

Ini adalah hari ke lima Chandra tidak bisa berbicara dengan Wenda. Ucapan Wenda tempo hari di rumah sakit benar-benar dia lakukan. Wenda mendiamkan Chandra, tidak pernah menjawab saat Chandra mengajak bicara. Selain mogok bicara, Wenda juga enggan disentuh Chandra.

Bisa bayangkan betapa menderitanya Chandra? Pergi ke kampus bersama, tapi di sepanjang perjalanan Wenda bungkam, seolah menganggap Chandra tidak ada atau malah dianggap Wenda sebagai supir taksi online.

Begitu pula saat di rumah, di atas tempat tidur sekali pun. Wenda tetap konsisten tidak mau berbicara dengan Chandra. Kata Chandra, berasa satu rumah dengan master Limbad.

Jalan ninja Chandra mendapatkan kabar tentang Wenda saat dirinya tidak ada adalah menjadikan Bi Yati sebagai informan. Dalam sehari, Bi Yati sudah seperti minum obat. Dua, bahkan tiga kali Chandra menelepon atau mengirim chat, 'wenda lagi apa, Bi? Wenda sudah makan, Bi?'.

Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam saat mobil Chandra berjalan di carport rumahnya. Chandra mematikan mesin mobil. Netranya sejenak menatap akuarium mini di jok samping kemudi. Chandra sengaja pulang telat demi mencari ikan hias untuk dipelihara Wenda.

Dalam akuarium mini berbentuk bundar itu, ikan hias berwarna merah berenang semangat di antara ornamen karakter kartun rumah nanas di bawah laut.

"Lo baek-baek, ya. Mulai hari ini lo jadi anak Wenda, tadi sudah pamitan sama orang tua lo, 'kan?" gumam Chandra seraya mengangkat akuarium itu berjalan keluar mobil dan masuk ke rumah mereka.

Chandra langsung menuju kamar mereka mendapati Wenda yang duduk dan bersandar di kepala tempat tidur, dengan laptop di pangkuannya.

Chandra menyimpan akuarium itu di atas nakas, Wenda yang sedang asik menonton acara variety show idola favoritnya, tentu tidak akan menoleh barang sedetik pun ke Chandra, terlebih dengan keadaannya lagi mogok bicara.

"Sayang, kata Bi Yati kamu mau pelihara ikan, iya?"

Chandra tahu, tidak akan ada jawaban dari Wenda, sejak kemarin pun begini. Beruntung Wenda tidak pindah ke kamar tamu lagi. Meskipun diam, Wenda masih tidur di kamar yang sama dengan Chandra.

"Tadi aku mampir ke toko akuarium, aku beliin kamu ikan hias." Chandra meraih akuarium yang tadi dia simpan di atas nakas.

Mata Wenda berbinar menatap makhluk kecil dengan ekor indah, berenang lincah keluar masuk rumah nanas. Tangannya meraih akuarium dari pangkuan Chandra, meneliti dengan seksama.

"Boleh, aku kasih nama?"

Chandra terkesiap saat telinganya mendengar kembali suara Wenda, jangan lupakan wajah Wenda yang seperti anak kucing saat meminta izin sesuatu dan itu sangat disukai Chandra.

"Iya, boleh. Sesuka kamu mau diberi nama apa." Chandra tersenyum, gemas sekali rasanya dengan wanita di hadapannya ini.

"Aku mau kasih nama Chabe," ucap Wenda sembari mengetuk-ngetuk kaca akuarium dengan telunjuknya agar 'Chabe' mendekat.

Cabe? Ini Wenda beneran mau alih profesi jadi tukang pecel lele kayaknya.

"Kok, cabe sih, Sayang. Kan dia ikan? Oh, karena warnanya merah kayak cabe gitu?"

Wenda menggeleng. "Bukan!"

"Terus apaan? Namanya ada kepanjangannya?" tanya Chandra penasaran atau lebih tepatnya mengajak Wenda agar lebih banyak berbicara padanya.

Sebegitu rindunya Chandra dengan suara Wenda, dengan manjanya Wenda. Dasar lemah! Baru juga lima hari, sudah seperti mau runtuh saja dunianya.

Wenda menyimpan kembali akuarium di atas nakas. "Chandra bego!" teriak Wenda yang sudah ancang-ancang hendak berlari keluar kamar. Namun, sayang, kalah cepat dengan pergerakan Chandra yang sudah lebih dulu menangkapnya, memeluk dari belakang.

"Nakal banget, sih." Chandra membalik tubuh Wenda menjadi berhadapan dengannya, mengangkat tubuh Wenda ke gendongannya."Ini bayi panda mesti dihukum karena nakal. Coba ulangi lagi?"

"Chandra bego, Chandra bego, Chandra begooo!" ulang Wenda yang sudah Chandra bawa duduk di pangkuannya pada tepi tempat tidur.

"Ganti namanya, yang keren dikit. Kevin gitu," usul Chandra.

"Nggak mau! Kepin nama kucing yang suka minum air toilet," sela Wenda.

Chandra terkekeh, "Kepin ... sudah berapa kali mamak bilang, jangan minum air toilet tu." Chandra menirukan dialog yang ada di video kucing lucu yang pernah menjadi viral.

Tangan Chandra beralih ke dahi Wenda, menyingkirkan poninya yang sudah mulai panjang menutupi mata.

"Jangan gini lagi, ya. Aku tersiksa banget didiemin kamu," lirih Chandra jujur.

"Tergantung, kalo kamu genit-genit lagi sama cewek lain, aku bakal gini lagi, lebih lama."

"Aku nggak genit-genit sama cewek lain, percaya sama aku. Mengutip dari omongan si kampret Jaffran, hati aku sudah digembok sama kamu."

"Dih, lebay banget. Ilmu gombal Jaffran kamu serap dengan baik."

"Aku nggak ngegombal, Sayang. Aku sayang sama kamu, serius!"

Wenda mengerjapkan matanya berulang, telinganya tidak salah tangkap pendengaran, 'kan? Barusan Chandra menyatakan cinta?

"Kok, kaget gitu, sih?" Chandra menarik pinggang Wenda agar lebih merapat ke tubuhnya, mengeratkan pelukannya. "Aku tuh, kangen banget sama kamu, Sayang."

Wenda mendorong sedikit tubuh Chandra, mengurai pelukan mereka. "Wah, beneran! Mode playboy cap gerobaknya lagi aktif ya, Bun. Nggak usah lebay, kangen ... kangen, orang aku ada di sini dari kemarin-kemarin."

Chandra tertawa geli. "Iya, kamu ada di sini, tapi aku nggak bisa ngapa-ngapain kamu. Nggak bisa peluk kamu, jangankan peluk, dipegang aja kamu tepis. Aku harus nunggu kamu tidur pulas dulu biar bisa kiss kamu."

"Eh, kamu ciumin aku kalo lagi tidur?"

"Iya, aku kiss kamu sampe puas, sengaja aku kasih kamu obat tidur."

Wenda merengut, sudah hendak turun dari pangkuan Chandra. "Jahat banget."

Chandra menahan tubuh Wenda agar tetap di pangkuannya. "Aku bercanda, Sayang. Nggak mungkinlah aku kasih kamu obat tidur."

Chandra mendaratkan satu kecupan di bibir Wenda. Wenda tersenyum, satu dua kecupan lagi sepertinya tidak apa-apa. Toh, Wenda senyum seperti memberi izin lebih. Tidak diberi izin saja Chandra memang sudah serakah, tidak akan puas hanya sekali.

Chandra menarik tengkuk Wenda, menghujani wajah Wenda dengan ciuman, setiap inci wajah Wenda tak luput dari kecupannya.

"Ah, kan! Kalo dibiarin, suka kebiasaan nggak mau berenti," gerutu Wenda yang mulai jengah dengan perlakuan Chandra.

***

"Chan," panggil Wenda dengan jari yang bermain membuka kancing kemeja Chandra.

"Tangannya aktif ya, Bund," sindir Chandra.

"Chan, si Chabe tempatnya kecil itu, nanti beli yang gedean, ya."

Wenda mendongak menatap wajah Chandra, telunjuknya masih aktif bermain di dada Chandra, membentuk pola abstrak di sana.

"Iya, nanti kita beliin yang lebih gede, tapi ini tangannya berenti dulu dong godain aku. Kamu mau mancing aku?"

"Iya, kamu kan ikan bapaknya Chabe. Jadi, dipancing," celetuk Wenda, tangannya berhasil membuka tiga kancing kemeja Chandra, menelusup masuk ke balik kemeja, mengusap kulit dada Chandra.

Wah, nggak bisa dibiarin ini. Lama-lama yang lain ikut aktif.

"Udah ya, mancing akunya. Aku mau mandi."

Chandra menyingkirkan tangan Wenda dari dadanya, meninggalkan kecupan singkat di dahi Wenda sebelum akhirnya beranjak ke kamar mandi.

"Yakin cuma mau mandi?"

"Sekalian buang uget-uget!"

"Kenapa dibuang?" tanya Wenda jahil.

"Habisnya istri aku belum mau nampungnya."

"Kenapa istrinya belum mau nampung?" Wenda bertanya seraya menahan tawa.

"Ya mana saya tahu. Saya kan ikan," tandas Chandra yang masuk ke kamar mandi.

Tanjung Enim, 18 NOV 2020
Republish, 07 Maret 2021

Anggota baru, namanya Chabe :

Salam sayang ♥️
RinBee 🐝

Selamat hari Kamis semuanya. Liburan tinggal berapa hari lagi, nih?

Oh, iya. Mau kasih kabar. Tahun baru sebentar lagi. Itu artinya open PO Pasangan ajaib tinggal bbrpa hari lagi.


Yuup, bener banget! Ini adalah cetakan ke dua setelah cetakan pertama Maret 2022.
Untuk yang baru baca atau yang kemarin belum sempat ikutan PO. Kali ini jangan sampe kelewat lagi ya, Bestie semua 🥰
Pantengin penerbit Grassmedia dan Lotus Publisher atau IG aku Literasi.zerofourbee_

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top