Bagian Dua Puluh Sembilan | Semua Harus Dirayakan

Halo Guys! Update lagi nih!

Ada yang nungguin kah?

Absen di sini yang masih baca xoxoxo

Selamat membaca cerita Sagara

***

Now Playing | Nadin Amizah - Semua Aku Dirayakan

Bagian Dua Puluh Sembilan | Semua Harus Dirayakan

Karena yang paling bahagia untuk Shea adalah momen hari ini, dia akan menuliskan tanggal ini dalam sejarah hidupnya.

***

Mungkin terhitung sudah lebih tiga kali Shea menginjakan kaki di restoran mewah ini. Yang tadinya dia merasa bukan tempatnya berubah menjadi biasa saja. Benar, semua hal pasti akan biasa jika terbiasa.

Sebenarnya dari semua restoran yang pernah mereka datangi, Resto Ichiro ini adalah resto yang paling Shea sukai, selain karena Shea menyukai makanan Jepang, dia juga merasa makanannya cocok di lidah dia.

Jadi, Shea cukup bersyukur, Sagara membawanya ke sana.

Shea dan Sagara di antar oleh pelayan menuju private room.

"Silakan." Pelayan itu mengatakannya dengan sopan.

"Thank you," ujar Shea disertai senyuman.

Saat Sagara menggeser pintunya, dia melihat di sana hanya ada Gilbert. Biasanya Shea disambut oleh tatapan datar atau bahkan tak dilirik sama sekali, sampai dia harus menyapanya lebih dulu. Namun hari ini ada yang berbeda, Gilbert menyambutnya dengan senyuman.

Sebenarnya ada apa?

Bokapnya Sagara kesurupan?

"Bokap lo ko aneh?" bisik Shea sambil menyikut lengan Sagara, sementara Sagara hanya menaikan bahunya sebagai jawaban.

Senyum itu apa cuman topeng aja? Sebenarnya alasan Gilbert bersikap baik pada Shea, karena dia ingin memintanya untuk putus dengan Sagara lalu Shea diberikan uang sebesar 1 miliar? Tapi kalau harga Sagara cuman 1 miliar rugi gak sih? Apa Shea harus nego aja ya jadi 5 miliar?

"Gimana kuliahnya Shea?" tanya Gilbert

"Kalau sepuluh m aja gimana Om?" refleks Shea menjawabnya.

Gilbert dan Sagara menatap Shea, Bapak dan anak itu bingung akan jawaban Shea barusan.

"Eh—" Shea tersenyum kikuk, "Kuliah baik-baik aja, seperti biasa."

Goblok banget sih lo, Shea.

"Perwakilan resital udah ke luar?"

"U—"

"Baru besok Dad." Sagara memotongnya, "Ya, kan Sayang? Shea juga ada di kandidat terpilih."

Shea mengangguk, "Iya, besok baru keputusan finalnya."

"Nanti kabarin kalau udah ada tanggal pastinya, saya akan meluangkan waktu untuk datang."

Hah? Gimana maksudnya? Ini kepilih aja belum? Udah pede aja lagi.

Ini emang manusia bisa berubah secepat ini ya? Apa ini tanda-tanda orang mau meninggal? Biasanya kan begitu. Suka berubah jadi baik atau beda dari biasanya.

"Ah iya Om, nanti Shea kabarin. Cuman kan belum tentu juga lolos."

"Kamu engga yakin kamu lolos?"

"Ah... bukan begitu, tapi—"

"Jadi kamu engga yakin?"

Tatapannya mengintimidasi, Shea yang ditatap seperti itu rasanya ingin menonjok saja jikalau itu bukan bokapnya Sagara. Tatapan merendahkan. Emang apa salahnya kalau memikrikan hal terburuk? Bukan Shea gak berusaha, tapi kalau ditekan seperti ini, itu menjadi beban.

Tapi kalau begini, artinya Shea harus jadi perwakilan. Gimana kalau dikesemptan kedua ini pun dia gak terpilih? Pasti ini akan lebih mengecewakan daripada sebelumnya.

"Shea di dalam kamus hidup keluarga Miller enggak ada kata gagal. Kamu paham kan apa maksudnya? Kalau enggak berhasil, berhenti sekalian."

"Dad!" Sagara menegur Gilbert yang mengatakan kalimat menyakitkan untuk pacarnya itu.

"Kalah itu bukan pilihan Sagara, kalah itu gagal. Kamu pun tau itu."

"Baik Om, Shea akan kabari tanggal pastinya, Shea bakal jadi perwakilan."

"Bagus, saya suka semangat kamu."

Kemudian Shea hanya tersenyum untuk meresponsnya, ya sudahlah pasrah sekarang. Shea harus melakukan apa untuk menjadi perwakilan resital sekarang?

"Kenapa?" tanya Sagara yang sadar karena Shea hanya diam dan menunduk.

Shea menggeleng pelan, "Ngga apa-apa."

"Kata Sagara, ini resto kesukaan kamu ya?" Gilbert membuka percakapan kembali.

"Iya Om."

"Baguslah, kita makan malam sekarang itu untuk kamu. Terima kasih ya Shea."

Makasih buat apa lagi? Ini orang bipolar atau gimana sih? Kepribadiannya ko berubah-ubah begini.

"Hah? Makasih buat apa Om?"

"Kamu udah buat Sagara fokus dan bertanggung jawab ama kewajibannya sebagai penerus."

"Ah itu kan emang udah seharusnya, aku engga banyak bantu juga."

Gilbert tersenyum ke arah Shea, sebenarnya Shea masih merasa senyum itu mengerikan, karena bisa saja senyuman itu bisa membunuh Shea kapan saja.

"Alicia bilang sama Om, kamu yang banyak bikin anak nakal itu sadar."

"Aku cuman minta Gara fokus aja."

Tapi ada yang aneh. Gilbert mengatakan bahwa Alicia yang mengatakannya. Gadis itu, untuk apa? Dan Gilbert benar-benar semudah itu percaya pada Alicia dan bahkan sampai mengucapkan terima kasih juga bersikap baik pada Shea hanya perihal itu.

"Kalau saja Alicia gak ada kesibukan lain, dia juga ikut di dinner kita sekarang."

Gadis itu di undang, tapi menolaknya. Yang sekarang ada di benak Shea adalah, untuk apa Alicia melakukan itu? Hubungan mereka pun tidak terlalu dekat untuk dibilang teman. Tapi ya sudahlah, diperlakukan baik oleh keluarga Sagara tidak akan pernah datang dua kali.

Makan malam itu lebih santai daripada biasanya, Shea pun baru sadar kalau Gilbert punya sosok kebapakan, karena yang selama ini dia tau, bokapnya Sagara itu super sibuk sampai tidak memerhatikan keluarganya. Tapi ternyata Shea salah, Gilbert bahkan mengetahui makanan kesukaan anaknya itu.

Kalau melihat Sagara akur begini, Shea merasa bahagia. Setidaknya, selain dia, kekasihnya itu banyak yang menyayangi.

***

"Goodluck Babe, you can do it. Fighting."

"Thank you, Gar. Aku turun ya, dedgdegan parah."

"Gak deg-degan mati dong?"

"Bisa gak sih gak jayus disaat kaya gini?"

Sagara tertawa geli, "Iya maaf yang mulia."

"Panggil aku Baginda ratu yang mulia Shea."

"Iya baginda ratu yang mulia Shea."

"Tapi, aku bisa gak ya?"

"Bisa!" Sagara mengatakannya penuh keyakinan, "Shea, liat aku." Kedua tangan Sagara merengkuh wajah Shea, kedua matanya fokus ke arah mata Shea, "Kamu pasti bisa!"

Shea mengangguk, "Oke."

"Kalau kamu gak lolos kita putus."

"GILA YA LO?" Shea meninggikan suaranya, "LO KALAU MAU PUTUS BILANG AJA GAK GINI YA!"

"Aku bilang gitu karena aku tau kamu bakal lolos. Udah sana, entar telat."

"Gue lolos lo jadi babu seminggu."

"Iya Sayang."

"Panggil aku Yang Mulia."

"Iya Yang Mulia."

Shea turun dari mobil Sagara, rasanya menyenangkan berangkat ke kampus diantar oleh pacarnya yang super sibuk itu. Sebenernya hubungan Shea dan Sagara bukan yang ditutupi dari public, bukan pula yang sengaja dipublikasikan untuk menarik perhatian. Shea hanya menjalankan sebagaimana dia ingin menjalani hubunganny saja.

Kalau dipikir-pikir, hubungan dia dan Sagara sudah berlangsung lama. Dia tidak menyangka bahwa mereka akan cocok, padahal dulu dia tidak pernah ada pikiran untuk bersama dengan Sagara, dan dia membenci Sagara karena menyebalkan.

Memang seperti itu, jangan terlalu benci, ujungnya malah kena karma sekarang Shea benar-benar mencintai Sagara dan sepertinya Shea sudah menggantungkan hidupnya pada Sagara.

Kalau ngga ada Sagara, kayanya dia ngga bakalan bisa melanjutkan hidupnya.

***

Shea menjadi kandidat paling akhir untuk menunjukan kebolehannya dalam bermain piano. Musik yang harus mereka mainkan seperti saat difinal kemarin. Jujur saja, Shea tidak banyak berlatih, Sagara selalu mengganggunya. Pacarnya itu mengatakan kalau terlalu keras disaat-saat sebelum test akan menghasilkan hasil yang buruk dan Shea harus sedikit rileks.

Tapi itu ampuh juga, overthinkingnya berkurang.

Audisi ini tertutup, hanya dihadiri peserta, mentor dan juri, tidak seperti sebelumnya.

Shea mulai menampilkan penampilannya, meskipun begitu etika Shea dalam bermain dia melakukannya tanpa kesalahan, tanpa terkecuali bahkan ke hal terkecil.

Dia sudah melakukan yang terbaik.

***

"Beneran langsung diumumin di web?" tanya Amanda memastikan berulang kali.

"Iya." Shea mencoba merefresh web kampusnya dan masih belum ada pengumuman sama sekali. "Udah telat lima menit."

"Sabar, jaringan jelek." Respons Amanda, gadis itu pun ikut menatap layar komputer di ruang lab. Shea mengeceknya di kampus, karena takut tiba-tiba ada urgensi harus ke kampus.

"Eh udah nih Sye, ada." Chelsea mengatakannya dengan semangat, gadis itu mengecek di ponselnya.

"Oke, bissmillah." Shea menutup matanya dan merefresh halaman web kampusnya agar diperbarui dengan info baru.

Announcement from the Head of Classical Music Department

Dear Students,

It is with great pride and joy that I announce the selection of our representative for this year's annual campus anniversary piano recital, a prestigious event that we all eagerly anticipate. After a thorough and rigorous selection proces, I am pleased to announce that Shea Kanaka Archandra, a second-year student from the Classical Music depattement, has bern chosen to represent Juilliard in this specual solo piano performance.

Shea's exceptional talent and dedication to her craft have truly set her apart, and we are confident that she will bring great honor to our institution with her performance.

To those who were not selected this time, please kmow that your efforts and talents are deeply valued, and there will be many opportunities in the future to shine. Keep pursuing your passion with the same commitment and enthusiasm.

Let us all come together to support Shea as dhe prepares for this significant rvent and make this years recital one to remember.

Warm regards

Sabrina Celesia
Head of the Classical Music Department, Juilliard School.

Berulang kali Shea membacanya, dia masih tak percaya bahwa namanya yang tertulis di sana. Tanpa ia duga air matanya mengalir.

"Ini seriusan? Gue kepilih?"

"SHEAAAAA CONGRATSSSS!" Amanda menjerit karena terlalu senang, gadis itu melompat lompat mengajak Shea untuk turut merayakan.

"Gue masih gak percaya! Beneran?"

"Beneran, lo berhasil Sye!" Amanda menjawabnya masih sambil bergerak ke sana ke mari

"Gue ngga mimpikan?" Shea masih tak percaya sama sekali.

Chelsea mencubit lengan Shea, "Sakit kan?"

"Aaaaaaaaaa..." Shea memeluk Amanda dan Chelsea, dia menangis karena senang, seakan beban yang ada di pundaknya hilang seketika. Dia kini merasa bangga dan percaya diri akan kemampuannya.

Kalau ada kemauan pasti ada jalan. Kalau memang udah takdir pasti akan terjadi.

Sampai setah selang satu jam Shea masih mengeceknya lagi, takut seandainya berubah, mrncoba memastikan lagi bahwa dia tidak salah membacanya. Berulang kali dia membaca, dia nama dan fotonya masih terpampang di web itu.

Ucapan selamat memenuhi pesan di handphonenya.

Shea menghiraukan semua pesannya, hanya satu sekarang, dia menelepon keluarganya.

"Kenapa Sye? Tumben telepon jam segini?"

Oh shit, Shea melupakan perbedaan jam antara dia dan orang tuanya.

"Bunda maaf Sye ngga bermaksud ganggu. Tapi, Ayah ada Bun? Tadi Sye telpon ayah engga diangkat soalnya."

"Lagi di mesjid."

"Oh iya, Bunda Sye lolos jadi perwakilan resital di kampus."

"Alhamdulillah anak Bunda yang paling berbakat ini."

"Bunda Sye seneng banget."

"Iya sayang, Bunda sama Ayah bangga sama Shea. Shea selalu kasih yang terbaik buat kita."

"Iya Bunda."

"Jangan maksain diri ya Sayang, nanti Bunda kabarin Ayah biar bisa langsung telepon kamu balik."

"Iya Bunda, Sye mau pulang dulu."

"Iya Sayang, banyak bersyukur dan berdoa ya anakku."

"Iya Bunda."

Setelahnya Shea mendapat telepon dari Ayahnya, berupa ucapan selamat juga wejangan-wejangan jangan berpuas diri, bahwa perjalanan dia masih panjang. Resital itu hanya batu loncatan supaya nama Shea bisa dikenal oleh banyak orang. Meski Ayahnya begitu ketat mengenai hal apa pun, Shea merasa kalau tanpa Ayahnya yang begitu tidak akan ada Shea yang sekarang. Sedikit banyaknya apa yang Shea miliki sekarang adalah karena Ayahnya juga sebagai alasan.

Malam hari Sagara memberinya kejutan berupa pesta kecil-kecilan bersama Amara dan Shamira, Sagara juga menyambungkan face time bersama Orion. Sagara memberikan kue juga bunga.

Rasanya, Shea merasa senang, karena dirinya semua dirayakan.

Shea harap semua yang menyayanginya akan selalu berbahagia dan diberi kelimpahan kesehatan.

Hidupnya sempurna, Shea hanya meminta semua tak akan direnggut oleh siapa pun.

"Gak jadi putus kan?" kata Sagara sambil tersenyum

"Thank you Gar, and I Love you."

"Sama-sama Sayang."

Teruntuk Sagara, Shea ingin selamanya dengan kamu.

***

Terima Kasih Sudah Membaca Cerita Sagara

Siapa yang ikut bangga ama Shea????? Akuu!!!

Jangan lupa follow instagram :

asriaci13

sheakanaka

sagaramiller

With Love,

Asri Aci

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top