Bagian Dua Puluh Satu | Perlahan Menjauh

Haloooo ada yang nungguin Sagara update?

Absen di sini jam baca kalian???

Kalian udah bolong berapa puasanya?

Jangan lupa untuk vote dan komentar ya!

Jangan lupa follow instagram :

asriaci13

shenakanaka

sagaramiller

Selamat Membaca Cerita Sagara

***

Now Playing | Bernadya - Kata Mereka Ini Berlebihan

Bagian Dua Puluh Satu - Perlahan Menjauh

Menghindari masalah hanya karena ingin tidak ada perdebatan, bukanlah hal baik jika salah satunya tidak merasa nyaman dan dirugikan perasaannya.

***

"Itadakimasu." Shea mengatakan ucapan selamat makan dalam bahasa Jepang pada Jaehyun, saat makanan yang tadi keduanya masak telah terhidang di meja makan.

"Kalau begini, itungannya bukan gue masakin lo," ujar Jaehyun, "nanti-nanti gue lebih prepare lagi deh." Sambungnya

Mendengar hal itu, Shea tertawa meremehkan, "Gak usahlah, gue gak yakin sama hasilnya."

Baru saja suapan pertama, ponsel Shea berdering, menandakan adanya panggilan telepon.

"Eh bentar, gue lupa naro hape gue di mana ya?" Shea berjalan ke sumber suara berbunyi, mencari-cari di sekitaran sofa dan tas sekolahnya, "Anjir, sepuluh panggilan tak terjawab." Shea menelan ludahnya saat melihat banyaknya panggilan tak terjawab dari layar ponselnya.

"Gue pikir lo sengaja gak mau angkat," ujar Jaehyun.

"Waduh, gimana ya..." Shea menghela napasnya perlahan, memberanikan diri untuk melihat banyaknya spam pesan yang dikirimkan oleh kekasihnya.

Menanyakan di mana keberadaannya, dan juga Sagara memberitahunya kalau pemuda itu ke apartemen Shea tapi gadis itu tak ada di sana. Sagara juga menghubungi Amanda dan Chelsea.

Sudah bisa dipastikan kalau Sagara marah hanya dari pesan yang dikirimkannya saja.

Baru saja Shea akan mengetikan balasan di roomchatnya, layar ponselnya berubah, Sagara kembali menelepon.

"Di mana?" tanpa ada kalimat sapaan, Sagara langsung bertanya di mana keberadaan Shea.

"Eh Sayang..." harus dibaik-baikin dulu biar gak marah. Emang perempuan licik.

"Gak usah sok imut begitu, jawab di mana?"

"Di bumi," jawab Shea spontan

"Gue lagi engga bercanda Shea."

"Yaaa... aku juga engga sih Gar, kamu di mana enangnya?" Mengulur waktu, dan otaknya tengah mencari alasan agar tak terkesan seperti alasan.

"Gak usah ngalihin pembicaraan, jawab lo di mana?"

"Siapa?" tanya Jaehyun tanpa suara.

"Cowok gue." Jawab Shea balas tanpa suara dan Jaehyun mengangguk paham.

Shea berjalan ke luar apartemen Jaehyun, agar lebih leluasa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan kekasihnya itu, dia merasa tak enak jika Jaehyun mendengar pertengkaran keduanya.

"Tadi aku pergi sama temenku," kata Shea pelan-pelan

"Siapa?" todong Sagara, "Amanda ama Chelsea ngga sama lo."

"Jaehyun," jawab Shea pelan, takut tapi berbohong pun percuma.

Tak ada jawaban sama sekali dari Sagara, hal itu membuat Shea mendesah pelan. Menghela napasnya perlahan, dia tidak tau reaksi seperti apa yang akan Sagara berikan padanya, karena saat ini dia tidak bisa melihat raut ekspresi Sagara hanya dari pnggilan telepon saja. Yang jelas, kekasihnya itu sudah pasti marah.

Siap-siap saja, mereka berdebat sepanjang malam seperti saat Shea sibuk latihan piano.

"Babe...?" panggil Shea lembut, "You still there?"

Kalau sudah begini nyali Shea pun menjadi ciut, mau tak mau dia tak meninggikan suaranya agar meredam amarah Sagara.

"Kamu masih di apartemenku?" tanya Shea lagi, karena yang sebelumnya tak ada jawaban meski sambungan telepon itu masih terhubung, "Aku ke sana sekarang ya? Tunggu."

"Gue yang ke sana." Singkat padat dan jelas.

"Aku ini udah mau pulang kok, Gar."

Bohong.

Makanan dia saja belum setengah disentuhnya, tapi kalau kondisinya seperti ini, selera makan Shea pun hilang, yang ada dipikirannya hanya "Bagaimana jika Sagara dan Jaehyun bermusuhan untuk memperebutkannya?"

Oh salah, dia terlalu percaya diri.

Tapi Shea tak mau Sagara salah persepsi dengan kedekatannya bersama Jaehyun, karena Shea benar-benar menanggap Jaehyun hanya sekadar teman saja.

Ya, sekadar teman saja. Tidak lebih, sepertinya.

"Emang kenapa kalau gue ke sana? Cuman temen doang kan? Sekalian kenalan sama temen baru lo itu."

"Kan aku udah pernah cerita Gar soal Jaehyun, gak enak kalau kamu ke sini."

"Apa sih yang bikin lo gak enak?" sinis Sagara, "Cepet shareloc!" Nada suaranya tegas, seolah tak menerima bantahan sama sekali.

"Okay, tapi janji satu hal sama aku? Ngga marah-marah ya di sini?" Shea hanya meminta satu hal itu, bukan karena dia tak ingin dimarahi oleh Sagara di depan orang lain.

Hanya saja, Jaehyun itu orang lain dan pemuda itu tak mengenal Sagara sama sekali. Mungkin saja akan membuat perspektif negatif soal Sagara di mata yang lain.

"Gak janji." Sagara menutup teleponnya setelah dia mendapatkan pesan yang berisi lokasi apartemen Jaehyun.

Hanya berbeda gedung saja, seharusnya Sagara bisa sampai lebih cepat dari perkiraannya.

Shea menghela napasnya lalu duduk kembali di meja makan bersama Jaehyun.

"Ada masalah?" tanya Jaehyun saat melihat raut wajah Shea yang berubah.

"Cowok gue mau ke sini," jawab Shea akhirnya, "Sorry," sambungnya.

Satu alis Jaehyun terangkat, "Kenapa minta maaf?" tanyanya

"Gue takut lo gak nyaman aja." Shea kembali menjawab, "Tadi gue niatnya langsung balik nemuin dia," ungkap Shea, "tapi dia gak mau, dan dia ngotot mau ke sini."

Jaehyun mengangguk, "It's okay."

"Dan sorry juga kalau misal nanti cowok gue ngga ramah ama lo."

Mendengar banyaknya permintaan maaf dari Shea membuat Jaehyun terkekeh, "Iya Shea, gue paham kok, tenang aja. Reaksi cowok lo hal yang wajar kok, lagian gue emang mau kenal sama cowok lo jadi ya udah sekalian aja kan?"

Entah apa maksud dari ucapan Jaehyun barusan,  Shea tak sempat menanyakannya karena kini bel apartemen Jaehyun berbunyi.

"Biar gue yang buka aja." Jaehyun mendahului Shea yang berniat membuka pintu.

Sebenarnya Shea merasa tak tenang, banyak kemungkinan yang kini ada di kepala Shea.

"Bagaimana jika mereka saling memukul baru saja ketemu?"

"Bagaimana kalau Sagara tidak bisa mengontrol emosinya?"

Tapi sepertinya yang Shea khawatirkan itu tak terjadi, karena kini keduanya tengah berjalan ke arah meja makan di mana Shea berada.

"Duduk Gar," titah Jaehyun, "Bentar gue bawain piring baru buat lo."

"Hah? Ini gimana maksudnya?" Shea bertanya dalam hati, bagaimana ini bisa terjadi. Shea bingung dengan situasi sekarang.

"Eh kok, bukannya kamu ke sini mau jemput aku kan?" tanya Shea pada Sagara, raut wajahnya terlihat bingung.

"Iya tadinya," jawab Sagara, "tapi aku mau kenal temen baru kamu juga, ada yang salah?"

Waduh dan walah ini mah, bisa-bisanya. Gak tau aja Shea kini keringat dingin menghadapi dua orang ini.

"Thanks Jae."

Benar-benar dibuat pening kepala Shea dengan tingkah keduanya. Dan kini Sagara dengan santainya memakan makanan yang dimasak Jaehyun.

Sebenarnya apa yang Jaehyun katakan pada Sagara sampai membuat Sagara seperti ini.

"Gimana menurut lo?" tanya Jaehyun pada Sagara

Sagara yang baru saja mengunyah makanannya, "Udah oke sih, cuman kaya ada yang kurang," jawabnya.

Kenapa Sagara menjawabnya dengan serius.

"Kalau menurut lo Sye gimana?" Jaehyun mengalihkan pertanyaannya pada Shea.

"Eh, udah enak kok Je, pas." Shea menjawabnya sebagai formalitas saja, dia sendiri pun tak fokus dengan rasa makanannya saat ini.

"Iya tadinya gue mau nambahin keju," beritahu Jaehyun, "tapi karena tester yang makan masakan gue Shea, jadi gue kecualikan bahan itu."

Eh, sejak kapan Jaehyun tahu akan alerginya? Seingat Shea, dia tak pernah memberitahu Jaehyun soal dirinya itu.

"Untung lo teliti, entar bibir cewek gue jontor." Sagara melihat ke arah Shea sambil tersenyum, "tapi dia lucu juga kalau lagi jontor begitu, gak banyak omong, jadi diem."

"Dih," respons Shea atas ucapan Sagara barusan.

Sebenarnya di meja makan itu tak banyak obrolan penting, hanya Jaehyun atau Sagara yang saling melemparkan pertanya pada satu sama lain, entah untuk saling mengenal atau hanya sekadar formalitas saja.

Kala itu, Shea langsung berdiri dari kursinya setelah piringnya kosong.

"Biar gue yang nyuci aja," ujar Shea

"Eh gapapa Sye, simpen aja ga perlu dicuci, biar nanti ama gue aja," tolak Jaehyun yang langsung menghampiri Shea yang sudah berdiri dibalik westafel.

Sementara Shea dan Jaehyun tengah beragumen siapa yang akan mencuci piring, Sagara berjalan menghampiri Shea juga kali itu.

"Aku bantu apa?" tanya Sagara pada Shea

"Kamu duduk aja," jawab Shea, "aku sebentar kok, abis ini kita pulang, lagian kan kamu juga alergi sama sabun cuci piring."

Emang Sagara pernah sampai gatal-gatal tangannya karena membantu Shea mencuci piring waktu itu.

"Oke..."

"Lo duduk di sofa aja Gar," ujar Jaehyun

Sagara mengangguk, dia berbalik dan berjalan menuju arah sofa berada.

Kini hanya tinggal berdua Jaehyun dan Shea di area dapur, Shea menatap Jaehyun dengan selidik, matanya memicing.

"Lo ngomong apa ama cowok gue?"

"Sedikit kebohongan," jawab Jaehyun, "gue pikir dia gak bakal percaya."

"Hah? Lo bohong soal apa gila!"

"Gue cuman bilang lo tester masakan gue sebelum gue masak buat cewek gue, terus alasan gue minta lo karena gue pernah bantuin lo supaya Melvin liat lo latihan."

"Lo kreatif banget ngarangnya," cibir Shea, "harusnya lo jadi penulis aja. Imajinasi lo luar biasa."

"Gitu ya? Mungkin bisa gue coba."

"Eh Je..."

"Kenapa?" tanya Jaehyun

"Engga deh, gak jadi."

Pertanyaan yang ingin Shea tanyakan soal Jaehyun tau alerginya itu dia tahan, seolah pertanyaan itu adalah pertanyaan yang harus Shea hindari.

Shea ingin tau jawabannya tapi Shea juga takut mendengar jawabannya.

Sagara memperhatikan keduanya yang tengah mengobrol sambil tertawa satu sama lain, mereka terlihat dekat dan entah mengapa Sagara merasa deja vu saat ini. Seperti tengah melihat Shea bersama dengan Adnan.

Setelah mencuci piring dan membersihkan dapur, Shea dan Sagara tak lekas pulang saat itu juga, melainkan mereka sedikit mengobrol di ruang tamu Jaehyun.

"Oh iya..." Jaehyun mengeluarkan tiket world tour Yiruma, VVIP, "buat lo berdua."

"Eh serius Je?" tanya Shea antusias, "Wah ini sih gue terima dengan senang hati. "Lo ikut juga kan?"

Jaehyun menggeleng, "Enggak, tadinya itu buat gue ama cewek gue tapi dia gak bisa di tanggal itu, jadi daripada hangus mendingan gue kasih lo berdua kan."

"Beneran gak apa-apa?" tanya Shea merasa tak enak

"Iya gak apa-apa Sye."

"Oke deh thank you."

"Gue ganti aja deh harga tiketnya Je, gak enak gue. Itung-itung lo udah bantu beliin dulu."

"Oh gak usah Gar."

"Atau lo minta sesuatu yang lain mungkin sebagai gantinya? Jujur aja gue merasa gak enak kalau nerima tiket ini tanpa imbalan apa pun."

"Oke, biar gue pikirin, anggap aja gue punya satu permintaan sama lo, gue bakal gunain nanti."

"Kabarin aja," ujar Sagara, "Gue ama Shea balik duluan ya? Thanks."

"Ya, hati-hati."

***

"Aku gak bisa nemenin kamu nonton konsernya," ujar Sagara ketika mereka berjalan pulang ke apartemen Shea.

"Eh? Kenapa?"

"Ada kerjaan di tanggal itu," jawab Sagara

"Beneran ngga bisa ya?"

Sagara mengangguk, "Iya, maaf ya."

"Ya udah deh gak apa-apa," jawab Shea setengah kecewa.

"Apa aku mundurin kerjaan aku aja?"

"Gak usah Gar, itu lebih penting buat masa depan kamu, daripada nemenin aku nonton resital, kan?"

"Tapi, kamu juga penting Sye buat masa depan aku."

"I know," jawab Shea, "tapi kamu pikir Granny dan Papa kamu bakal suka kalau kamu batalin kerjaan kamu hanya karena soal nemenin aku nonton resital? Aku seneng sih Gar kalau ditemenin kamu, tapi aku gak mau hubungan aku, kamu dan keluarga kamu makin jauh. Kamu paham maksudku, kan?"

"Iya Sayang, maaf ya."

"Gak perlu minta maaf, kita sama-sama perjuangin yang menurut kita penting aja kan? Kamu juga kemarin paham soal aku yang sibuk, jadi bukan masalah besar kalau kamu ngga bisa nemenin aku Gar."

Sagara sadar ada nada kecewa dari suara Shea saat itu, tapi dia pun tak bisa dengan seenaknya saja membatalkan pekerjaan itu. Seandainya saja Shea mengatakan iya atau meminta Sagara dengan lebih memaksa agar menemaninya, mungkin Sagara akan bersusah payah untuk membatalkan pekerjaan itu.

"Jadinya kamu mau nonton?" tanya Sagara

Shea mengangguk, "Iya sayang tiketnya juga."

"Kamu ajak temenmu aja buat nemenin."

"Oh iya... aku kepikiran buat ajak Jaehyun sih," jawaban Shea barusan membuat raut wajah Sagara tak suka.

Tapi dia tak bisa mengatakannya, karena dia tau kalau dia mempermasalahkan itu, yang dipertaruhkan adalah hubungannya.

"Menurut kamu gimana Gar?" tanya Shea meminta pendapat. "Kamu juga udah kenal dia kan, dan dia yang kasih tiket ini ke kita. Terus, awalnya kan ini tiket dia, tapi ceweknya ngga bisa. Ya udah aku ama dia bisa nonton bareng."

"Oh, boleh, terserah kamu aja."

Penjelasan dan alasannya pun masuk di akal

"Tadinya aku mau nyaranin Amara nemenin kamu," sambung Jaehyun

"Dia lagi! Gak ah, tar dia ngerasa aku gak punya temen sama kaya dia. Oke deh, aku kabarin Jaehyun dulu dia bisa apa engga."

Entah mengapa Sagara merasa bahwa hubungan mereka yang terlihat baik-baik saja seperti sekarang seperti bom waktu yang akan meledak jika saatnya tiba.

Bertindak posesif dan banyak menunutut Shea pun, akan berakhir seperti sebelumnya.

Sagara sadar bahwa di hubungan ini, yang paling takut kehilangan adalah dirinya sendiri.

Dia, tidak bisa jika hidup tanpa Shea.

Hanya saja, perasaan Sagara campur aduk saat melihat Shea tersenyum dan tertawa ketika dia berbalas pesan dengan Jaehyun. Sagara tau itu hanya obrolan biasa, dia pun membacanya, tak ada yang disembunyikan. Tetap saja, Sagara merasa tak nyaman.

Dan Sagara pun menyadari bahwa dari aspek apa pun, dia mungkin kalah dari Jaehyun. Sama seperti dulu, yang Shea sukai adalah Adnan bukan dirinya.

Sagara lebih banyak diam malam itu, tapi Shea tak menyadari perubahaan mood Sagara. Sampai Sagara pamit pulang pun, Shea masih tak merasa ada yang salah.

Dan itu adalah sebuah tindakan impulsif Sagara, mencoba membalas apa yang Shea lakukan. Memang kenanak-kanakan dan Sagara menyesali perbuatannya, dengan pergi ke apartemen Alicia dan mabuk semalaman.

***

Terima Kasih Sudah Membaca Cerita Sagara

Bagaimana chapter ini?

Sudah siap menanjak menuju konflik utamanya?

Spam next di sini yang banyak!

Sampai bertemu di bab selanjutnya

With Love,

Asri Aci

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top