Bagian Dua Puluh Lima | Saling Mengerti dan Memahami

Keajaiban aku update lagi!!

Senang gak?

Kalian baca cerita ini jam berapaaaa?

Jangan lupa vote dan komentar ya!

Jangan lupa follow instagram :

asriaci13

sheanakanaka

sagaramiller

Selamat membaca cerita Sagara

***

Now Playing | Thomas Ng - Why Don't We

Bagian Dua Puluh Lima | Bercabang

Beberapa dari mereka ketika sibuk dengan dunia yang baru, mereka sering melupakan dunia lamanya, dan berakhir dengan perpisahan.

***

"Lo kok jago banget negonya?" tanya Sagara pada Alicia saat keduanya melangkahkan kaki ke luar dari ruang meeting. "Curiga lo pake jampi-jampi ya?"

"Ngaco," tukas Alicia, "gak semua orang tuh bisa lo hadepin dengan idealis lo doang kali."

"Padahal lo lebih idealis, lo kan selalu menguatamakan kerjaan di atas segalanya. Sampe gue mikir, ini lo beneran punya cowok apa engga sih? Yang kemarin bukan cowok bayaran lo doang kan?"

Ternyata bekerja dengan Sagara tak seburuk yang dia kira awalnya, lama-lama pemuda itu serius dan mau belajar, bahkan Alicia pun tak pernah mendapati Sagara menggunakan ponselnya ketika mereka tengah bekerja.

Benar-bener disiplin. Alicia bangga aebagai gurunya.

"Isi otak lo tuh kebanyakan nonton drama apa gimana sih?" ejek Alicia, "Cowok gue gak ribet, tau kalau ceweknya sibuk."

"Gak ribet atau ngga sayang?" goda Sagara

"Emangnya kadar sayang seseorang dinilai dari ribetnya apa?" ketus Alicia, "dangkal banget pemikiran lo."

"Yaaaa enggak sih, tapi liat nih." Sagara memperlihatkan tampilan layar ponselnya yang berisi banyak pop up pesan dari Shea, "Lucu kan cewek gue?"

"Ngga lo bales?"

Sagara menggeleng, "Entar aja malem," jawabnya yakin.

"Lah? Kerjaan kita kan udah selesai. Lo bisa bales, biasanya lo gak bisa kalau gak kabar-kabaran ama Shea."

"Shea mode clingy lucu juga," ujarnya sambil terkekeh, "Anyway, kita mau dinner di mana?"

"Lo ngajak gue makan bareng?" Alicia sedikit tak percaya dengan ajakan Sagara barusan.

"Emang kenapa sih? Salah?" Sagara balas bertanya, "Sebagai partner, meski lo nyebelin level max, tapi gue akuin lo pinter dan semua kerjaan kita berjalan lancar berkat lo. Bills on me deh."

"Dikira gue gak punya duit?"

"Tetep suka yang gratis, kan?"

"Gue yang pilih tempatnya."

"Silakan Ndoro."

Sagara benar-bener merasa kagum dengan Alicia, ini jauh dari lubuk hatinya dia menganggap bahwa Alicia ini sosok independen woman sejati. Dia bisa melakukan segala hal, dan semuanya sempurna tak pernah ada yang meleset.

Dia pun sedikit mencari tahu mengenai Alicia, bahwa prestasinya yang mentereng itu bukan kaleng-kaleng, tidak hanya jago dengan teori tapi dia benar-benar bisa mengaplikasikannya.

Pantas saja Granny dan Ayahnya benar-bener menyukai sosok Alicia, dan menganggap Alicia adalah orang yang pantas bersamanya. Kalau dari pikiran dangkal, mungkin mereka akan menjadi pasangan sempurna, dalam bisnis.

Tapi, tidak, Alicia bukan tipe yang bisa Sagara pacari. Bahkan meski dia sangat cantik, Sagara tak akan bisa mengimbangi Alicia. Keduanya memiliki pola hidup dan pandangan yang berbeda.

Sagara sangat yakin mereka akan sering bertengkar, terlebih zodiak mereka ngga cocok.

Selain itu, meski dia business trip berdua dengan Alicia, Arthur dan Jeremi tidak masuk dalam hitungan. Mereka berdua tak pernah makan bersama seperti sekarang, kecuali breakfast di hotel ketika mereka akan pergi bersama untuk membahas project kerjaannya.

Benar-benar seperti orang asing, hanya sebatas rekan saja. Makanya Sagara mengajaknya untuk makan malam bersama, karena dia pikir, Alicia bisa menjadi temannya, mungkin.

Pilihan Alicia jatuh pada restoran Jepang.

"Sama kaya cewek gue," komentar Sagara, "pasti kalau ditanya mau makn di mana, dia selalu mau resto Jepang, makan ramen atau sashimi."

"Lo sekangen itu ya ama cewek lo?"

Sagara tak menjawabnya, tapi senyuman ya sudah menyiratkan bahwa dia benar-benar merindukan kekasihnya.

Makan malam mereka tidak banyak percakapan di antara keduanya, hanya seputar proyek apartemen dan mal yang tengah mereka kerjakan saja.

Sebenarnya mereka tak dilepas begitu saja, Ayah Alicia dan Ayah Sagara ikut memantau dan mengecek perkembangan pekerjaan anak-anaknya. Mereka pun selalu banyak banyak bertanya, atau lebih tepatnya Sagara. Karena ini proyek pertama dia yang berkolaborasi dengan perusahaan luar.

"Besok lo kelas jam berapa?" tanya Alicia, "Online, kan?"

Sagara mengangguk, "Gue ambil pagi sih, soalnya siang kita ada ketemu sama Mr. Smith, kan?"

Alicia mengangguk, dia dan Sagara masih sama-sama berkuliah. Keduanya lebih sering mengambil kuliah kelas daring daripada luring. Biasanya ke kampus hanya saat ujian saja.

"Ya udah, proposal yang buat besok biar gue yang kelarin aja." Ujar Alicia

"Beneran? Serius nih? Gak percaya ah gue."

Alicia mengangguk. "Beneran."

"Ah nanti lo ngadu gak ke bokap gue? Bilang kalau lo yang ngerjain propisal itu."

"Di mata lo gue sepicik itu?" tuding Alicia, "Padahal gue berniat baik, biar pulang dari sini lo  bisa ngabarin cewek lo, ngga harus kerja lagi biar besok bisa kelas pagi juga."

"Lo baik begini gue curiga sih Lice."

"Ya udah gak jadi."

"Dih ngambekan, tapi thanks deh. Lo aslinya perhatian juga ya ternyata."

Alicia membuang napasnya kasar, tidak mau disalah artikan, "Lo bilang cewek lo ngga lolos ke seleksi final kan, tapi lo ngga bisa nemenin dia dan malah harus di sini selama seminggu lebih. Jadi, seengganya hal ini yang bisa gue kasih ke lo supaya lo bisa support cewek lo."

"Sumpah," ujar Sagara sambil menggeleng tak percaya, "kaya bukan lo."

"Kaya bukan lo, sumpah." Ulangnya lagi, "Lo emang aslinya sebaik ini apa?"

"Apa sih aneh."

"Gue doain lo bahagia sama cowok lo itu, semoga cowok lo lebih perhatian dan lebih mentingin lo daripada apa pun! Menyala Aliceku."

"Shut up." Omel Alicia, perkataan Sagara membuat beberapa pasang mata di restoran itu melirik ke arah meja mereka. "Bikin malu aja."

Sementara si tersangka hanya cengengesan tanpa dosa.

***

Sagara yang masih menggunakan bathrobe langsung mengambil ponselnya, dia duduk di sofa kamar hotelnya di temani dengan wine dan layar televisi.

Baru saja dia mendial up kontak Shea, tidak sampai tiga detik panggilan itu langsung tersambung.

"Halo Sayang..." panggil Sagara

"Haiiiii...." Suara Shea samar-samar karena musik yang keras dan ramai, "Bentar!" katanya lagi.

"Halo!!! Kamu baru free ya?"

Sepertinya Shea baru pindah ke tempat yang lebih sepi, supaya bisa mengobrol dengan Sagara.

"Iya nih," jawab Sagara, "How's your day Baby?"

"Tadinya bosen tapi seru juga ikut acara Jaehyun, kamu engga marah kan?"

"Are you happy?"

"Happy!" Shea menjawabnya dengan semangat

"I'm Jealous, huh..."

"Eh kenapa?"

"Pacarku dibuat seneng sama orang lain, akunya jauh gak bisa bikin kamu seneng."

"Kok begitu ngomongnya? You always make me happy Gar, meski kadang suka bikin kesel juga sih."

"I'm glad to hear that."

"Kalau kamu hari ini ngapain aja? Too basic sih, but aku mau tau."

"Kerja, ketemu client ada beberapa client yang negosiasinya alot, untungnya Alice jago banget negonya. Terus aku makan malem dulu ama Alice, abis itu pulang, mandi dan telepon kamu."

"Berdua?"

"Apanya?"

"Kamu makan malem sama Alice."

"Iya, berdua."

"Oh gituuuu.... Seru nggak?"

"Biasa aja."

"Seru banget ya pasti, iya, kan? Duh senangnya bisa makan berduaan sama cewek cakep."

"Boleh switch into video call ngga? Kangen."

"Apalah apalah apalah."

"Aku cuman makan aja, dan berkat dia juga aku bisa call kamu sekarang."

"Jadi aku harus bilang makasih sama dia?"

"Gak usah kalau gak mau, aku wakilin aja."

"Eh bentar, ada yang gedor-gedor."

"Emangnya kamu di mana?"

"Di toilet," jawab Shea

"Astaga, kok bisa di situ sih?"

"Soalnya semua tempat rame, jadi aku ke sini aja."

"Ya udah, kamu balik main ama temen-temen kamu, aku mau istirahat, besok kelas pagi."

"Ini beneran kamu ngizinin aku kan Gar? Kaya bukan kamu, takut aku."

"Jadi maunya gak diiznin?"

"Ngga gitu, tapi kaya bukan kamu aja gitu. Biasanya kan, kita berantem dulu."

"Aku engga ada tenaga buat marahin kamu, jadi selalu kirim daily activity kamu aja ya, meski aku ga langsung bales, aku pasti baca chatnya."

"Oke!" Shea besemangat

"Jangan minum kebanyakan!"

"Jadi boleh?"

"Boleh, dikit aja, harus masih sadar ya! Besok pagi aku call kamu buat mastiin."

"Okiiiiiiiiiii." Suaranya melengking membuat Sagara sedikit menjauhkan ponsel dari telinganya.

"Nanti setelah aku pulang, aku punya kejutan buat kamu."

"Yes! Oke! Asik! Jangan bohong!"

"Iya gak bohong, Love you."

"Iya."

"Love you!"

"Iyaaaaa."

"I say, I Love you."

"Iya Gar."

"I LOVE YOUUUUU!!!"

"Hahahaha...."

"Malah ketawa, jawab yang bener."

"Iya I love you too!"

"Okaaay, take care baby."

Baru saja Sagara mematikan ponselnya, satu pesan masuk dari Alicia muncul di layar ponselnya.


***

Terima Kasih Sudah Baca Cerita Sagara

Chapter selanjutnya kira-kira gimana ya? 🤭🤭

Komen spam next di sini!

Sampai bertemu dichapter selanjutnya!

With Love,

Asri Aci

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top