30. Berhasil

Langkah Sesil terhenti ketika melihat seseorang yang baru saja menaiki tangga berbelok ke arah ruang kerja Saga. Pria itu membawa amplop coklat di tangan kanan. Dan tak lebih dari satu menit, pria itu keluar dengan tangan kosong.

Sesil bersembunyi di balik partisi, mengintip hingga pria itu menghilang dari lantai satu. Lalu menyelinap ke ruang kerja Saga.

Amplop coklat yang dibawa pria itu diletakkan di meja. Sesil membukanya dan terkesiap menemukan isi amplop tersebut adalah passpor atas namanya dan Kei juga kartu identitasnya. Beberapa kartu berwarna hitam dan gold. Lalu kartu identitas lainnya dengan fotonya tetapi dengan nama yang berbeda.

Aileen Jacqueline

Clayton Jorda

Dan terakhir, yang membuatnya semakin syok adalah tiket penerbangan ke Turki. Untuk dua hari ke depan.

Tubuh Sesil terhuyung ke belakang. Jatuh terduduk di kursi. Semua isi amplop tersebut jatuh ke lantai karena tangannya yang bergetar hebat. Menggigit bibirnya demi menahan isak tangis yang terasa mencekik lehernya.

Lama Sesil hanya tercenung dalam duduknya. Dia hari lagi dan waktunya tak lama. Sesil bergegas menenangkan gejolak emosinya. Memungut semua yang jatuh ke lantai dan mengembalikan ke dalam amplop seperti semula. Meletakkan di tempat semula, begitu dengan kursi yang terdorong ke belakang. Lalu bergegas ke kamarnya.

Di dalam kamar, ia tak berhenti jalan mondar-mandir di tengah ruangan. Dan kepalanya berputar dengan keras. Memikirkan apa yang harus dilakukannya.

Tidak. Ia tak ingin pergi. Sesil menggelengkan kepalanya dengan kasar.

Suara ketukan pintu mengagetkan Sesil. Wanita itu menoleh dengan jantung yang berdebar hebat.

"Siapa?"

"Nyonga Alea dan Reynara menunggu Anda di kolam renang, Nyonya."

Sesil teringat kalau dirinya naik ke kamar untuk mengambil baju renangnya. "Ya. Aku akan segera turun."

Sesil pun berjalan ke ruang ganti. Menyambar dua baju renang miliknya dan bergegas turun ke kolam renang.

"Kau tidak ikut?" tanya Reynara karena Sesil hanya membawa dua baju yang diberikan pada Alea dan dirinya.

Sesil menggeleng. "Tiba-tiba aku merasa tak enak badan."

Mata Reynara menyipit, mengamati wajah Sesil yang tampak pucat. Meski sepertinya tidak ada hubungannya dengan kesehatan wanita itu. "Kau baik-baik saja?"

Sesil mendesah dengan gusar. Tanpa menjawab, wanita itu duduk di kursi.

Reynara dan Alea menatap Sesil dengan penuh keheranan.

"Ada masalah?" tanya Reynara lagi.

Sesil tak langsung mengangguk. "Kalian berenang saja."

Reynara dan Alea terdiam. Tapi kemudian Reynara menarik lengan Alea ke ruangan yang ada di sisi lain kolam renang untuk mengganti pakaian.

Setelah Reynara dan Alea menghilang dari pandangannya, benak Sesil berpikir lebih keras. Giginya menggigit kuku jarinya yang panjang hingga patah.

Tetapi kemudian sebuah ide muncul. Menatap pintu ruang ganti yang tertutup rapat.

***

"Alea, bolehkah aku minta tolong padamu?" Sesil tak yakin tak akan membawa Alea ke dalam masalah, pun jika wanita itu menyetujuinya. Tetapi ia tak punya pilihan lagi. Reynara pasti memahami dirinya yang tengah tersudut.

Alea yang baru saja menandaskan jusnya menoleh ke samping, keningnya berkerut melihat Sesil yang mengedarkan pandangan ke sekeliling mereka. Seolah memperhitungan sesuatu. Ia mengikuti arah padangan wanita itu. Melihat beberapa pengawal dengan senjata laras panjang yang berjaga di area tertentu, seolah sudah memiliki tanggung jawabnya masing-masing.

Ketika pertama kali menginjakkan kaki di rumah Saga Ganuo, Alea sendiri dibuat terheran dengan banyaknya penjagaan area rumah. Alec memiliki banyak pengawal, tetapi Saga Ganuo memiliki lebih banyak.

Alea pun mengangguk.

"Dan sebelumnya, aku minta maaf padamu."

Alea berkerut kening tak paham.

"Kau akan membawanya dalam masalah Sesil." Reynara yang duduk di pinggiran kolam renang memutar tubuhnya ke belakang.

"Aku tak punya pilihan. Lagipula Saga tak akan menyakitinya. Juga Alec. Dan ... Arga."

Mata Reynara membulat sempurna. "Kau akan melibatkanku juga?"

Kedua mata Sesil berkaca, syarat akan permohonan yang seketika melunakkan ekspresi di wajah Reynara.

"Aku akan berpura tak tahu," putus Reynara dengan suara yang nyaris tak terdengar.

"Aku butuh pakaianmu."

Reynara tak langsung menjawab. "Ada di kamarku."

"Juga barang-barangmu yang lain," tambah Sesil.

Mulut Reynara membuka, tapi kembali tertutup."Kau benar-benar nekat, ya?"

"Tak ada bedanya jika aku tak melakukan apa pun, Reynara."

"Setidaknya di sini lebih aman. Kita tak tahu apa yang ada di luar sana."

"Aku tahu apa yang kulakukan."

Mulut Reynara terkatup rapat.

Sesil kemudian beralih pada Alea. "Bisakah kau membuat keributan. Untuk mengalihkan perhatian beberapa orang di sekitar sini. Buat sealami mungkin, agar kau tak dicurigai bekerja sama denganku."

Alea tak yakin apakah harus mengangguk atau tidak. Tetapi melihat permohonan di wajah Sesil, ia pun tak tega dan mengangguk. "Aku akan berpura tenggelam. Aku beberapa kali pernah melakukannya, meski bukan sandiwara."

Sesil mengangguk. Kembali pada Reynara. "Aku percayakan padamu, Reynara. Tepat dalam sepuluh menit ke depan. Beri aku lima menit."

Reynara mendelik, tapi tak mengatakan apa pun.

"Kau yakin tak akan terlihat di CCTV?"

"Saga sudah mengurangi CCTV sejak aku memintanya beberapa bulan yang lalu. Dan aku tahu di mana saja yang aktif. Semuanya di area luar, tapi tak akan terlihat. Bisakah kau meminta sopirmu menyiapkan mobil di depan teras?"

"Kau benar-benar merepotkan, Sesil," desah Reynara menatap Sesil yang beranjak dan masuk ke dalam rumah. Kemudian menghela napas panjang. Sepertinya ia akan kena murka Saga dan Arga. Tetapi kemudian telapak tangannya mengelus perutnya yang masih rata. Untuk pertama kalinya merasa beruntung dengan keberadaan janin dalam kandungannya. Para pria selalu lemah jika berhadapan dengan wanita hamil.

***

Sesil tak punya banyak waktu. Ia langsung naik ke lantai dua. Masuk ke kamar untuk mengambil dompet dan memastikan uang cash di dalamnya cukup banyak. Meninggalkan ponsel karena benda itu malah akan membuat Saga lebih mudah menemukannya

Bergegas keluar kamar, Sesil langsung menuju kamar Kei untuk membawa putranya. Turun ke lantai satu ke kamar tamu Reynara.

Baby Cyara terlelap di tempat tidur bersama pengasuh yang berjaga. Sesil bertanya di mana koper Reynara dan pengasuh itu menunjuk koper yang berada di sudut ruangan.

Sesil pun bergegas menghampiri koper tersebut dan membukanya. Reynara memenuhi kopernya seolah wanita itu akan bermalam di rumah ini selama satu bulan lebih.

Sesil memilah satu persatu pakaian tersebut untuk mendapatkan model yang tepat. Bahkan wanita itu juga membawa topi bertepi lebar. Sesil menahan diri untuk mengomentari isi koper Reynara. Tapi ... sepertinya topi ini cukup berguna.

Dalam dua menit, Sesil melangkah keluar dari kamar mandi dengan penampilan yang berbeda. Yang ditatap penuh keheranan oleh Kei.

Sesil berjongkok di depan sang putra. "Apa Kei ingin ikut dengan mama?"

Kei mengangguk.

***

Sesil menggunakan kereta bayi untuk menyembunyikan Kei. Tak peduli rencananya akan gagal, setidaknya ia sudah berusaha.

"Nyonya?" Suara pengawal Saga memanggilnya dari arah belakang ketika Sesil membuka pintu belakang mobil dan hendak memindahkan Kei ke dalam mobil.

Jantung Sesil berdegup kencang. Napasnya tertahan dan seluruh tubuhnya menegang. Selesai sudah.

"Tolong! Tolonggg!!"

Samar-samar suara teriakan yang cukup jelas terdengar dari arah belakang rumah. Pengawal itu berbalik dan melihat temannya yang lain berlari lewat samping rumah. Pria itu pun berbalik dan segera berlari menyusul. Membuat Sesil hampir menangis oleh rasa lega.

Ia segera membantu Kei naik ke dalam mobil dan menutup pintunya. Kemudian memutari bagian belakang mobil dan duduk di belakang kemudi. Ia menghela napas dengan cepat demi menenangkan debaran jantungnya. Memastikan kaca matanya terpasang dengan baik dan menoleh ke belakang. Kei duduk di kursi baby Cyara, sedikit kesempitan tetapi tersamar oleh selimut yang menutupi tubuh bocah itu. Lagipula ada gorden di jendela yang lebih dari cukup untuk menyembunyikan kecurigaan.

Sesil pun mulai menyalakan mesin, menetralkan kegugupannya. Terakhir kali ia duduk di baik kemudi sepertinya sudah setahun yang lalu. Ketika Saga melepaskannya dan ia datang pada Dirga.

Mobil melaju, dengan lembut dan pelan menuju gerbang tinggi. Kali ini ia keluar dengan lancar dan lebih mudah. Berkat penyamarannya sebagai Reynara. Tetapi ada satu mobil milik pengawal Arga yang mengekor di belakangnya. Sesil tak yakin bagaimana ia akan lolos dari pengawal Reynara, tapi setidaknya ia sudah berhasil keluar dari rumah.

Sesil menghela napas panjang. Memutuskan melajukan mobil ke arah pusat kota. Sambil memikirkan rencana lainnya.

Ide itu muncul begitu saja ketika ia berhenti di lampu merah. Matanya mengawasi kaca spion dan melihat mobil pengawal Reynara yang terhalang mobil lain. Ditambah banyaknya pejalan kaki yang hendak menyeberang, Sesil berpindah ke samping.

"Kemari Kei." Sesil membantu Kei pindah ke depan. Kemudian membawa putranya turun dari pintu sebelah kiri. Menyelinap di antara kerumunan dan berlari menjauh.

Sesil baru saja memasuki cafe yang pertama kali terlihat olehnya saat suara klakson yang saling bersahut-sahutan terdengar dari arah jalanan. Dengan menggenggam erat tangan Kei, ia menyeberangi cafe tersebut dan menanyakan pintu belakang.

Begitu kembali ke jalanan, ia mendapatkan taksi dengan cepat. Tepat sebelum salah satu pengawal Reynara muncul di jalanan.

"Ke mana, Nyonya?" tanya sopir taksi.

"Jalan ke depan."

Sopir tersebut pun mengangguk. Menginjak pedal gas.

Sementara Sesil, dengan memeluk erat Kei, ia sengaja menundukkan kepalanya ketika taksi yang ditumpangi melewati pengawal Reynara. Dan bernapas lega ketika pengawal itu semakin jauh di belakang.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top