Epiloge

Fila POV

Setelah di cek dengan X-ray ternyata ada tulangku yang retak. Cuman retak doang, tetapi ibuku sampai heboh. Hampir saja ibu ingin mengomelku tetapi ayah lebih dulu masuk ke dalam kamar inapku dan mengatakan ada polisi yang ingin berterimakasih.

Ternyata kakek-kakek mesum itu telah lama dikejar oleh pihak polisi karena ia seorang hacker yang bermasalah dan seseorang yang mesum. Sunggguh tidak mengagetkan.

Aku memutuskan untuk memberitahu kehidupanku yang lalu mengenai gedung di dalam hutan itu dan Luiz. Tak lupa meminta maaf pada mereka telah merahasiakan itu semua.

Tetapi kedua orang tuaku menanggapinya dengan tenang. Aku sungguh lega dengan perkataan kedua orang tuaku bahkan sampai ia mengizinkan Luiz berpacaran denganku, tentu saja dengan batasan hahaha!

Luiz sering menjengukku dan menggantikan tempat ibuku saat ia akan pulang semtara seperti sekarang.

"Padahal ia diam di rumah saja tidak ada masalah," gerutuku.

Luiz yang duduk di kursi sebelah kasurku sambil mengupas apel itu tertawa kecil, "itulah namanya kawatir."

Aku melihatnya sejenak lalu akhirnya mencondongkan kepalaku ke arahnya, "aku sungguh tidak menyangka kau bisa mengupas apel."

"Yah, di kehidupanku yang sekarang aku lebih bayak membantu ibuku memasak. Nih buka mulutmu," kata Luiz sambil menyodoriku sepotong apel yang telah ia potong juga.

Aku membuka mulutku dan memakan apel yang di suapi oleh Luiz. Setelah mengunyah aku kembali membuka mulut, "aku lebih memilih mengupas pir di banding apel. Mengupas apel susah," gerutuku.

"Memang sih, ini buka lagi mulutmu dan cepatlah sembuh," katanya sambil kembali menyodorkan sepotong apel.

Dengan santai aku membuka mulutku dan memakan apel itu.

"Oh iya."

"Ada apa?" tanyaku sambil melihatnya bingung.

"Sebenarnya ada yang ingin aku lakukan saat pulang saat itu, mungkin aku bisa melakukannya sekarang," katanya sambil tersenyum.

"Apa itu?" tanyaku yang benar-benar bingung. Ia biasanya tidak mengatakan apa yang ingin ia lakukan.

"Mendekatlah kemari."

Karena penasaran, aku melalukan apa yang ia minta. Tiba-tiba sesuatu yang hangat dan lemput berada di dahiku. Ia mencium dahiku. Itu sesuatu yang baru. Biasanya ia akan malu dan mengalihkan topik.

Setelah beberapa detik, ia kembali duduk. Aku tetap melihatnya tanpa berpikir apapun. Tiba-tiba wajahnya memerah dan ia memalingkan wajahnya tetapi dapat terlihat bahwa kupingnya juga merah.

Aku tertawa kecil, "kau sudah berjuang keras ya. Tetapi kenapa tiba-tiba?" tanyaku bingung.

"Apa kau membencinya?" tanya Luiz sambil melihatku takut.

"Tidak, aku sangat senang terimakasih," kataku sambil tersenyum tulus.

Ia terdiam sejenak lalu akhirnya melihatku sambil tersenyum juga.

"Ah, ngomong-ngomong wajah malumu imut," seperti yang sudah aku duga, wajahnya kembali memerah dan ia kembali membuang wajahnya. "Hei, tunjukan wajahmu jangan membuang wajahmu yang imut itu," godaku.

"Kau itu tak berubah dari dulu!" katanya yang masih tak menunjukan wajahnya.

"Yap, karena sampai kapanpun aku tidak ingin berubah."

~~FIN~~

🌸🌸~🌸🌸

Masih ada chappie untuk kehidupan pertama mereka berdua. Jadi mohon di nantikan. Terimakasih 🌸

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top