Jurig 2

Makasih, yah, buat bulan ini. Kalian hebat!

Aku merasa, kalau ada beberapa cerpen yang ditulis berdasarkan pengalaman pribadi. Mengambil ide dari hal yang kita ingin lupakan sudah pasti membuka luka lama. Makasih buat mau berusaha lebih baik lagi dan bertahan. Kalian hebat. Kita hebat.

#kirim stiker semangat ala WA 😂

Oke. Kita mulai, yah.

Eits, bentar dulu. Jadi, gini, aku mau kasih tahu kalau apa pun yang aku ketik dan kalian baca, selama kalian nyaman dengan saran-saran yang diberikan, silakan diambil. Namun, jika itu membuat kalian merasa tidak nyaman, aku minta maaf.

Aku pun akan jadikan kata-kata yang dirangkai ini sebagai rambu dalam menulis nanti.

Selamat menikmati~~~

#cium jauh 🤣

Nine Reason I Want to Die (76)

Hai, apa kabar? Apa pun yang sedang dihadapi, semangat yah. Kamu hebat. Kita hebat.

#peluk

Baca judulnya saja sudah ketahuan "rasa" dari cerpen ini. Aku suka konsep cerita kamu yang benar-benar berkiblat pada judul. Sat-set-sat-set dan seperti seseorang yang berbagi kisah dengan buku hariannya.

Oke, yang aku rasakan sepanjang baca cerpenmu adalah tekanan yang berakhir luka mendalam.

Dan menurutku, maaf, beberapa paragraf terlalu berputar, seperti kurang padat. Ada opsi bahwa kamu ngetik sambil terburu-buru karena luapan semua emosi.

Jadi, bongkar-pasang kata sangat diperlukan. Memang susah karena dalam memilah dan memilih butuh rasa "tega". Namun, kalau terus dibiasakan narasi-narasi yang terbentuk akan lebih mantap.

Semangat terus!

Makasih ❤️

Tentang Karel (77)

Hai, apa kabar? Susah, enggak, tema cerpen bulan ini?

#peluk

Baik, paragraf pembuka yang cukup menggoda. Sat-set-sat-set (ver.02) karena aku merasa kecepatan ceritamu memang cepat dan enggak memberi ruang kosong.

Sebenarnya, kalau kita ambil murni dari sudut pandang Karel, menurutku bakal lebih masuk tema. Raisya korban dan Karel pihak yang merasa menyesal.

Lalu, apakah cerpen ini jelek dan enggak sesuai tema? Menurutku, enggak gitu juga. Ide ceritanya bagus. Cuma, butuh beberapa "show" daripada "tell" agar pembaca bisa lebih hanyut. Dan pengambilan sudut pandang cukup dari satu karakter saja. Memang enggak ada larangan buat ambil lebih dari satu sudut pandang dalam cerpen, tetapi kalau cerita bisa lebih fokus baiknya memang menggunakan satu sudut pandang karakter saja.

Semangat terus!

Makasih ❤️

Seduh Sedih (83)

Hai, apa kabar? Berat, yah, tema bulan ini?

#peluk

Oke. Ini cerpen kedua bulan ini yang aku baca sehubungan dengan perang batin. Banyak letupan-letupan emosi dari setiap narasinya. Dan membangun cerita berdasarkan ide seperti ini pasti menguras batin.

Buat aku enggak ada yang harus ditelaah lebih lanjut. Dari narasi, dialog, termasuk kesalahan minor. Cuma, sedikit aja; sedikit banget, menurutku seandainya lebih ditunjukkan sisi Zam yang menyesal karena tidak gercep menarik Risa alih-alih menampilkan Zam yang "kasar", mungkin lebih kena soal kesedihan. Ini pendapat pribadi. Secara keseluruhan, udah bagus.

Terus semangat, yah!

Makasih ❤️

Bunga Layu (87)

Hai, apa kabar? Bagaimana tema bulan ini? Susah?

#peluk

Baik. Ide ceritanya menurutku oke banget. Ambil sudut pandang seorang mantan tentara. Kesedihan serta penyesalan Paman Al, buat aku, bisa dirasakan. Meski ada kesalahan minor, tapi menurutku cerpen ini sudah bagus. Kecepatan cerita enggak bikin terseok-seok.

Namun, sedikit saja, aku tersandung di bagian ending. Twist yang kamu berikan di akhir jadi seperti tirai panggung yang terbuka kembali di saat beberapa penonton sudah beranjak pergi. Dan tampilan panggung hanya memperlihatkan para lakon yang sedang bercengkerama. Entah bakal jadi pertunjukkan atau memang panggung sudah berakhir.

Enggak ada yang salah tentang twist, tetapi menurutku (setelah berkaca dari cerpen sendiri yang gagal) setiap twist membutuhkan "petunjuk", dan tidak ada penjelasan yang menjurus perihal siapa Gandhi sebenarnya. Jadi, open ending yang disuguhkan terasa benar-benar menggantung.

Namun, manurutku, cerpen ini yang paling sesuai dengan tema.

Semangat terus, yah!

Makasih ❤️

Is There A Happy Ending for Illegimate Son of The Family? (80)

Hai, apa kabar? Gimana tema bulan ini? Sulitkah?

#peluk

Baik. Ide cerita cerpen ini bagus. Malah satu-satunya cerita dengan latar memakai gelar bangsawan. Kalau dirunut secara alur, menurutku sudah oke. Namun, jika soal kecepatan cerita, aku merasa setelah kediaman Hope kebakaran, seperti film yang dipercepat. Enggak buruk, hanya saja seperti terburu-buru.

Tenang, kamu enggak sendiri. Aku pun mengalami kesulitan yang sama. Kita terlalu fokus membangun back story (latar belakang cerita). Terlalu menjabarkan "sebab" sampai jatah buat "akibat" menjadi sedikit. Dalam cerpen ini, mungkin kalau dibalik; "akibat" dulu yang dijabarkan baru merambat ke "sebab", ini pendapat pribadi yah, bisa lebih kena. Kamu bisa lebih gali perasaan sedih Hope karena Luke, istrinya, dan Nancy.

Semangat terus, yah!

Makasih ❤️

Naia dan Langit (79)

Hai, apa kabar? Susah, enggak, tema bulan ini?

#peluk

Oke. Baca cerpen ini bikin nostalgia waktu tabloid Fantasi masih jaya. Cara "menuturkan" kisahnya seperti cerpen-cerpen yang pernah aku baca waktu remaja. Dan menurutku akan lebih bagus lagi kalau diperhatikan mengenai tanda baca, serta susunan kalimat dalam narasi agar lebih efektif, sehingga kesedihan Naia bisa sangat dirasakan.

Semangat terus, yah!

Makasih ❤️

Tidak Perlu Menangis (75)

Hai, apa kabar? Susah, enggak, tema bulan ini?

#peluk

Baca cerpen ini buat aku kayak nonton horor "versi siang". Enggak seram secara visual, tapi bikin gereget. Mungkin karena ini luapan ketidakpuasan, jadi perasaan dari cerpen ini yang bisa aku serap adalah kekesalan daripada kesedihan. Namun, aku juga menangkap bahwa ini adalah "alasan" kesedihan para siswa pintar atas suksesnya para siswa bejo.

Menurutku, kalau dibuat lebih mengerucut; konflik condong ke Aku (karena yang aku baca permasalahan yang dijabarkan secara umum) mungkin bisa menyerempet tema.

Namun, cerpen ini bisa menjadi pompa semangat, bahwa orang bejo bisa kalang kabut jika sudah waktunya.

Semangat terus, yah!

Makasih ❤️

Sorry, I'm Done (80)

Hai, apa kabar? Sudah makan? Sudah membuang sampah hari ini? Ayo, jalani hari dengan jiwa yang kuat.

#peluk

Baik. Menurutku secara kerapian dan kesedihan ini tidak perlu diragukan. Aku bisa merasakan capeknya jadi Dewi. Merasakan marahnya dia ke atasan dan mantan. Aku juga bisa merasakan bagaimana kalutnya Dewi saat bertemu sang ibu. Penyajian ide pun bikin aku larut. Secara teknis, menurutku ini udah oke.

Hanya saja bukan penyesalan yang aku tangkap, tetapi lebih ke hasrat Dewi yang ingin lepas dan bebas menurut versinya.

Semangat terus, yah!

Makasih ❤️

Rintik Miris (82)

Hai, apa kabar? Bagaimana tema bulan ini? Sulitkah?

#peluk

Baik. Baca cerpen ini seperti menonton film Vantage Point. Bukan idenya, tetapi eksekusinya. Mengambil beberapa kali adegan sama dengan sedikit sentuhan yang berbeda. Buatku itu keren.

Namun, sedikit yang aku sayangkan adalah kenapa dalam setiap pengulangan adegan tidak diselipkan siapa Aku? Ada apa dengan Aku dan dia? Hubungan seperti apa yang terjalin?

Buatku "rasa" cerita ini sudah bisa dicicipi, tetapi mungkin akan lebih terasa kalau ada ruang "perkenalan" sejoli ini. Karena tema yang ingin menggali soal rasa penyesalan, butuh sebab yang kuat untuk kesedihan.

But, cerpen ini mengajarkan bahwa seberapa sakti pun kita, tetap tidak bisa melawan kehendak Tuhan.

Semangat terus, yah!

Makasih ❤️

Semuanya, Buat Apa? (77)

Hai, apa kabar? Gimana tema bulan ini? Susah, enggak?

#peluk

Baik. Pembawaan cerpen ini asyik. Narasinya enggak muluk-muluk soal pilihan kata. Kayak apa yang ada di kepala tinggal ketik. Kalau kamu nyaman dengan gaya bercerita seperti ini, pertahankan. Namun, harus tetap memperhatikan kaidah bahasa. Jika berhubungan dengan narasi, sesantai apa pun kata, usahakan tetap lihat KKBI.

Lalu, aku dan kamu sama. Kita sama-sama terjebak dalam sindrom "latar belakang cerita". Terlalu fokus pada "sebab" di awal hingga eksekusi "akibat" menjelang ending terkesan buru-buru. Mungkin kalau pakai cara: peletakan "akibat" di awal, kemudian berangsur ke "sebab", bisa sedikit mengurangi bagian yang tidak perlu.

Semangat terus, yah!

Makasih ❤️

Sekian.

Tidak untuk ditiru. Ulasan ini aku ketik di sela-sela waktu kosong plus tanpa proofreading. Jadi, kalau kalian menemukan salah ketik atau ada kalimat yang double, tolong sori 😂

Paece, love, n' gaul.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top