Jurig 1

Halo semua

Di sini adalah juri yang sudah trauma, terima kasih untuk cerpen-cerpennya.

Harusnya judul work ini itu, "Bad Ending: Make Me Trauma, Will you?" :D

Enggak banyak yang aku komen di sini, karena komentar masukan bisa dilihat langsung di cerpen masing-masing, ya. Tolong diresapi dan diterapkan, agar bulan depan cerpennya bisa lebih bagus lagi.

Mari kita lihat aku memberi nilai berapa:

1. Nine Reasons I Want to Die: 78

Jujur saja cerpen ini sama sekali tidak sesuai dengan tema. Daripada sedih, ini lebih tragis. Dan aku rasa enggak semua orang bakal kuat baca cerpen ini. Dari segi penulisan, sepertinya penulis cenderung membuat paragraf yang panjang. Meskipun paragraf yang panjang bukan kesalahan, tolong pertimbangkan pembaca di ponsel yang akan bosan dan kelelahan dengan paragraf yang kepanjangan. Bisa dibelah dua saja, apalagi jika di satu paragraf ada dua ide yang berbeda. Secara umum sih, sebenarnya sudah cukup bagus. Hanya ada kesalahan minor yang sudah diperbaiki juga di kolom komentar, tetapi bacanya enggak bikin sakit mata, tapi lebih ke sakit kepala. Siapa pun yang bikin cerpen ini, cepatlah mengaku, ya. Agar poinmu tidak sia-sia. Makasih sudah bikin cerpen bulan ini. Semangat terus!

2. Tentang Karel: 79

Kalau saja cerita ini dibawakan dengan sudut pandang Karel, pasti akan lebih nendang. Aku sudah komentar begitu juga secara langsung di cerpennya. Masalahnya penulis malah menggunakan sudut pandang Raisya, yang mana di tengah-tengah fokus ke Karel, lalu ke Raisya lagi. Padahal kalau saja ditunjukkan penyesalan Karel atau kondisinya setelah ditinggal kabur Raisya, aku bakal kasih nilai tinggi banget. Ya, tapi tidak apa-apa, toh, sudah begini hasilnya. Secara penulisan sudah bagus dan tidak bikin sakit mata, ya. Makasih sudah bikin cerpen bulan ini. Semangat terus!

3. Seduh Sedih: 78

Daripada fokus pada tema, yakni penyesalan, cerpen ini lebih fokus pada penyakit si tokoh utama. Coba saja cerpen ini lebih mengeksplorasi sisi dia yang mengabaikan Risa dan bagaimana buruk Risa diperlakukan, lalu ending-nya adalah Risa yang pergi menikah dan dia menyesal, mungkin Risa meninggal dan makin menyesal juga cocok. Namun yang disorot malah si tokoh utama dan penyakit yang dideritanya. Itu bikin seolah-olah menjustifikasi perilaku si aku ke Risa. Pas di akhir si Risa meninggal di pesawat dan si aku sampai diikat dll, ini malah bikin aku makin heran. Ini sebenarnya apa yang mau disorot, sih? Penyakit si aku atau perasaannya? Aku merasa cerpen ini tidak fokus di akhir malah bikin rasa tidak puas. Tapi secara umum sudah minim kesalahan dan enak dibaca. Makasih sudah bikin cerpen bulan ini. Semangat terus!

4. Bunga Layu: 82

Sejauh ini, cerpen ini yang benar-benar cocok dengan tema yakni penyesalan. Bagaimana awal mula Paman Al (oh iya, yang benar Paman Al, bukan paman Al) menyesal akan masa lalunya dan penyesalan tidak bisa menyelamatkan cinta pertamanya. Hanya saja, cara penulis membagi paragraf dan dialog agak mengganggu pengalaman membaca. Koreksinya bisa dilihat di kolom komentar saja, ya. Kalau saja cerita berhenti di kisah si Paman Al, mungkin akan lebih bagus. Namun fakta si Gandi adalah anak Sulis malah bikin plot hole, bagaimana Paman Al tahu Gandi anak Sulis? Siapa yang mengarahkan Gandi pada Paman Al? Bagaimana Gandi bisa masih muda kalau dia memang anak Sulis? Memang Paman Al bisa melindungi Gandi seperti apa, kan dia tinggal di desa yang terpelosok? Hanya karena satu plot twist, menimbulkan banyak plot hole. Kalau mau bikin twist, pastikan sudah tersebar clue di sepanjang cerpen biar tidak terkesan tiba-tiba. Sudah, itu saja, sih. Makasih sudah bikin cerpen bulan ini. Semangat terus!

5. Is There A Happy Ending for Illegitimate Son of The Family: 81

Cerita ini lagi-lagi tragis alih-alih sedih. Ya, memang sih kisah tragedi erat kaitannya dengan kesedihan. Namun alih-alih sedih, kisah ini bikin frustrasi. Nasib Hope terlalu malang, meskipun memang namanya hidup tidak seindah kisah fiksi. Hanya saja ini terlalu malang, dan sebagai seseorang yang mengharapkan kisah angst penyesalan yang bikin sedih dan membawa rasa puas, cerpen ini malah bikin frustrasi. Ini mah, namanya Bad Ending, bukan Sad Ending. Secara umum cerpennya sudah rapi, hanya ada kesalahan minor pada peletakan kata. Makasih sudah bikin cerpen bulan ini. Semangat terus!

6. Naia & Langit: 85

Stau-satunya cerpen yang punya akhir yang lebih cerah dari lainnya. Sayangnya alasan kematian Langit tidak dijelaskan pula, padahal kisahnya berpusat pada kematian Langit. Coba dijelaskan bagaimana Langit meninggal, mungkin akan memberikan efek lebih menyedihkan dan menyentuh. Kesedihan Naia yang sampai alergi langit berbulan-bulan juga bisa dijelaskan. Namun, rasa penyesalan Naia terasa cukup kentara dan sesuai dengan tema. Memang cerpennya mungkin belum terlalu rapi, tapi sudah cukup baik. Koreksi silakan dicek di kolom komentar, ya. Makasih sudah bikin cerpen bulan ini. Semangat terus!

7. Tidak Perlu Menangis: 75

Jujur saja ini lebih terlihat seperti curhatan frustrasi penulis ketimbang bikin cerpen sesuai dengan tema. Tidak ada sedih-sedihnya, tidak ada penyesalan pula. Mungkin akan cocok jika temanya tentang keluhan akan kehidupan sekolah. Cerpen ini benar-benar buku harian saja, tidak ada awal dan akhir. Koreksi penulisan sudah ada di kolom komentar, ya. Makasih sudah bikin cerpen bulan ini. Semangat terus!

8. Sorry, I am Done: 78

Satu lagi kisah yang berakhir tragis. Tolong bedakan Sad Ending dengan Bad Ending, ya. Harusnya cerita ini bisa mengeksplorasi sedikit apa yang terjadi, kenapa Dewi jadi begini. Mungkin saja pelakunya yang mengirim pesan di awal cerpen. Namun penulis malah fokus pada Dewi, yang sebenarnya tidak jelas dia kenapa. Oke, penyakit mental mungkin penyebabnya memang banyak dan lain-lain, tapi ini cerpen, harus ada konteks awal dan akhir. Meskipun cerita dibawakan dengan bagus, malah sama sekali tidak cocok dengan tema. Awalnya sudah benar, tapi sampai akhir bahkan kita tidak tahu Dewi kenapa. Koreksi untuk cerpen ini sudah ada di kolom komentar. Makasih sudah bikin cerpen bulan ini. Semangat terus!

9. Rintik Miris: 81

Penyesalan karena tidak bisa menyelamatkan sosok tersayang. Mau sebanyak apa pun waktu diputar, takdir tidak bisa diubah. Sebenarnya sudah bagus dan aku juga menyadari perbedaan kecil di setiap waktu. Hanya saja aku mau protes soal bagian "malaikat mau berulang kali memeriksa catatan". Itu memberi kesan bahwa yang meninggal harusnya tidak mati, tapi tetap saja mati. Sama bagian mengangkat telepon ke tepi peron adalah plot hole lain. Apakah penulis sudah pernah naik kereta? Kereta itu berisik, lho. Tidak ada yang mengangkat telepon lalu berjalan ke bagian sana. Apalagi jika kereta sudah dekat, akan ada suara yang mengumumkan kereta sudah dekat. Tapi secara umum kisah ini sudah unik dan membawa pesan yang dalam. Makasih sudah bikin cerpen bulan ini. Semangat terus!

10. Semuanya, Buat Apa?: 75

Cerpen ini ditulis dengan berbagai kalimat tidak baku dan seperti berbicara pada teman. Sebenarnya tidak masalah, asalkan tetap sesuai PUEBI. Dikasih italik dan sebisa mungkin menggunakan bahasa baku untuk kata informal. Masalahnya, pembawaannya pun berantakan. Apakah penulis tahu bermacam-macam sudut pandang dalam cerita? Sudut pandang orang pertama, kedua, dan ketiga. Ada pula yang namanya sudut pandang orang ketiga serba tahu dan sudut pandang ketiga terbatas. Sudut pandang ini juga harus konsisten dari awal sampai akhir, kecuali pada novel yang mengusung tema tiap bab akan dibawa dengan sudut pandang yang berbeda. Cerpen ini dimulai seolah-olah orang ketiga terbatas, yang menceritakan temannya yang anak bunda. Tapi semakin ke bawah malah fokus pada Deva dan segala penderitaan yang dia lalui. Ini agak tidak mulus. Coba saja langsung dimulai dengan Deva, pasti akan lebih fokus. Cerpen ini juga masih kurang fokus, awalnya menceritakan nasib Deva lalu ke bawah si bunda tiba-tiba selingkuh sama ayah temannya, lalu ayah temannya meninggal dan Deva menyesal. Harusnya langsung fokus ke perselingkuhan ibunya, jadi bisa lebih fokus pula atas konfrontasi Deva dan temannya yang berujung kejadian mengenaskan. Penyesalan Deva juga bisa dilihat lebih jelas, sesuai dengan tema. Intinya, cerpen ini bisa lebih baik lagi dari segala sisi. Makasih sudah bikin cerpen bulan ini. Semangat terus!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top