Bab 3 - Sabiya, Suami, dan Sakit

Hal menyakitkan bagiku; ketika sadar dirimu tak lagi menjadikanku tempat 'pulang'.

~Sabiya~
Karya Mellyana Dhian

***

Denyutan hebat semakin mengiris setiap jengkal hati saat tanganku mencoba memutar knop pintu. Pintu yang menghubungkan tempatku berdiri dan mereka. Kalau dibuka, pasti Abizard dan Naila akan terkejut. Mungkin merasa bersalah. Ah, atau malah Naila merasa bangga karena berhasil mengambil hati suami orang lain.

Di ruangan rawat inap Abizard tidak melepaskan genggamannya. Bahkan tidak sekali dia mencium penggung tangan perempuan itu. Dadaku bergemuruh dahsyat, butiran bening itu keluar tanpa henti. Aku sudah tidak memikirkan apa kata orang yang mungkin saja melihatku.

"Pelakor, wanita murahan!" makiku dalam hati seraya memasukkan ujung jilbab ke mulut. Aku menyumpal mulut agar suara tangis tidak terdengar. "Abizard, kenapa kamu tega melakukan ini? Apa salahku?"

Aku urung untuk masuk, terduduk lemas di lantai. Kakiku sudah tidak mampu menompang tubuh. Sikapku mengundang keheranan perawatan yang berjaga. Takut terjadi apa-apa perawat itu berjalan cepat ke tempatku. "Bu, sedang tidak enak badan?"

Aku memegangi dada sambil berusaha berdiri. Namun tenagaku terlalu lemah. Tanganku terulur ke atas meminta pertolongan. "Tolong bantu saya ke depan."

Perawat dengan sigap membantu. "Perlu ke UGD, Bu?"

Aku menggeleng. Sebelum pergi aku melihat ke arah Abizard yang masih di posisi semula hendak mengambil segelas minum untuk perempuan itu.

"Ada yang bisa saya bantu, Bu?" tanya sang perawat melihat ekspresiku seolah ingin meninggalkan pesan kepada kedua orang di dalam. Saking terpukulnya aku tidak punya daya untuk marah.

"Tidak. Hantar saya ke depan saja, teman saya sudah menunggu di sana."

Sampai di lift aku merasa tubuhku lebih tegak. Aku berterima kasih kepada perawat dan memutuskan turun sendiri. Saat pintu lift terbuka, tanganku meraih lengan perawat. "Tolong jangan katakan kepada mereka kalau saya datang. Bersikap seolah tidak ada yang terjadi."

"Baik, Bu."

Rumah sakit sudah sepi, beberapa lampu ruangan dimatikan. Kecerahan lampu lorong juga dikurangi. Aku berjalan pelan sambil menyerat langkah. Menarik memori di kepala saat Abizard menjadikanku satu-satunya wanita yang dicintai.

Di rumah sakit ini, dua tahun yang lalu Abizard menungguku sepenuh hati. Setiap saat tangannya menggenggam erat, menyelipkannya di sela jemari, kemudian bibirnya mencium lembut penggung tangan. Matanya menatap penuh khawatir. Setiap ucapan dan senyuman memberikan semangat kepadaku agar tidak down, sebab harus melepaskan kepergian cabang bayi kami. Saat itu aku sangat yakin Abizard tidak akan berpaling. Hidupnya hanya untuk mencintai istri sepertiku. Kami akan bahagia walau belum diamanahi momongan.

"Aku akan sabar, kita akan sabar menunggu kehadiran anak kita. Kita berjuang bersama, Bia Sayang," ucap Abizard menguatkanku yang terkejut akibat keguguran sampai-sampai organ reproduksiku melemah.

Saat aku menyalahkan diri sendiri, lelaki itu akan mengatakan. "Penyesalan tidak akan menjadi kesempatan hanya dengan ditangisi. Menangis darah pun semua tidak akan kembali. Yang bisa kita lakukan sekarang bersabar, bangkit, berjuang tanpa mengulangi kesalahan di masa lalu."

Kejadian beberapa tahun lalu itu membuatku cemas tidak bisa dikaruniai anak lagi. Kalau saja aku menuruti nasihat Abizard untuk tidak bekerja terlalu keras, pasti anakku tidak meninggal dalam kandungan. Dia akan menjadi anak yang menggemaskan. Sekarang sedang berjalan sambil belajar berbicara. Kami akan menjadi keluarga sempurna.

"Cukup ya khawatirnya, aku di sini nemenin kamu. Aku di sini buat kamu. Kita bisa hadapi bersama ini selamanya. I love you soo much.M, Bia." Abizard menutup kalimatnya dengan ciuman lembut di dahi.

Tidak hanya saat bersamaku, ketika aku dimarahi ibu atau mama pun Abizard membela. Dia tidak ingin aku semakin kepikiran. Aku aku dia pelindung dan suami terbaik saat itu.

Sekarang ...

Ciumannya untuk orang lain. Abizard ada di sana untuk perempuan itu. Abizard tidak lagi menemaniku. Abizard telah meruntuhkan cinta yang kami bangun. Dia menjadikan dirinya pelindung wanita lain.

Jangankan menemaniku, dia malah mengabaikan. Membiarkanku menunggu, menyiksa dengan kekhawatiran, dan berakhir dengan luka mengalahkan seribu tusukan. Tanpa sadar, dia telah membunuh istrinya perlahan. Memang tidak dengan sembilu, tetapi penghianatan yang membandingi peluru paling membunuh di dunia.

Yasmin tahu ada yang tidak beres, sambil menggendong Viola dia menemuiku di pintu. Dahinya tertekuk saking khawatir. "Gimana keadaannya?"

"Dia baik-baik saja," jawabku lemah. Aku mengambil Viola memeluknya erat. Ya, Abizard pasti sangat baik-baik sama. Dimabuk cinta. Tidak peduli berapa luka yang telah dia tusukkan kepada istrinya, hal terpenting dia bahagia. Mengaku taubat ternyata makin terikat.

Yasmin yang sudah tahu perselingkuhan Abizard merasa bersalah. Dia tidak mengira kalau suamiku kecelakaan bersama Naila, tidak sendirian. "Maafin aku Sabiya. Aku gak maksud nyakitin kamu. Aku kir—"

Aku memasang senyuman palsu. "Udah gapapa. Justru aku tahu kebenaran sekarang. Aku mau ke kamar mandi dulu."

"Sama Viola?"

Aku malas menjawab, langsung kubawa Viola ke kamar mandi terdekat. Aku menempelkan tubuhku di tembok dekat kaca kamar mandi, berusaha tidak membangunkan Viola karena suara tangisanku yang semakin ditahan semakin keras. Rasanya sesakit ini ternyata. Bernapas saja kesulitan, alat bantu pernapasan mungkin tidak bisa membantu. Runtuh sudah komitmen yang telah aku bangun bersama Abizard.

Setelah cukup lama, seorang Abizard memanggil kami. "Sabiya, Viola. Viola, ini Om. Kalian masih lama?"

Mulutku terkunci rapat, hanya isakan yang menggema di kamar mandi. Aku memeluk Viola semakin kuat sampai dia terbangun. Pasti dia ketakutan karena ada di ruangan hampa dan tantenya menangis. Dia pun ikut menangis. Sangat keras sampai membuat Abizard nekat masuk ke dalam. Dia mengambil Viola dari pelukanku. "Tenang sayang ini Om."

Abizard mengait tanganku, tapi langsung kutepis. Kedua kakiku berjalan mendahului dengan kedua tangan mengusap air mata. Entah di mana Yasmin, mungkin bergantian menjaga perempuan murahan bernama Naila itu.

Awalnya aku berniat tidak pulang. Namun sikap itu hanya akan membuat keadaan semakin rumit. Mertua dan orang tuaku pasti gelimpungan. Semua orang bisa saja menyalahkan Abizard. Anehnya, meski dia menyakitiku, aku tidak tega dia terlihat buruk. Sok suci! Rela disakiti demi orang yang menyakiti. Aku merutuki diriku sendiri.

Abizard membukakan pintu. Dengan berat hati aku masuk. Diberikannya Viola yang menangis minta susu. Usai memberikan botol berisi susu untuknya, aku menutup mata. Malas berhadapan dengan suamiku.

Saat mobil menyisir jalan, tangan Abizard meraihku. Lagi-lagi kutepis. Jijik sekali merasakan sentuhan bekas orang lain.

"Kamu marah ya gara-gara aku gak jadi ngajak makan malam?" tanyanya berhati-hati.

Hallo Abizard! Bukan itu yang paling menyakitkan! Kamu berbohong, kamu menunggu perempuan lain dan membiarkan istrimu menunggu hingga larut malam!

"Aku minta maaf deh, tadi temanku kecelakaan. Kamu paham kan? Besok aku ajak ke restoran The Angel." Abizard negosiasi.

Restoran yang disebut Abizard sangat berarti bagi kami. Karena di sana mengimpan kisah cinta aku dan dia. Sekarang? Tidak berarti bagiku. Abizard telah membunuh keyakinanku dan memaksaku mengubur kanangan manis akan luka yang dia torehkan.

"Tadi kamu kira aku yang kecelakaan ya? Jadi kamu khawatir sampe nangis gitu? Maaf ya sayang bikin kamu khawatir." Pasti Abizard yakin perbuatannya tidak ketahuan, karena memang jam besuk sudah berakhir.

"Diem terus sih? Masih marah ya? Aku minta maaf ya Sayang."

Oh Tuhan, harus kuapakan Abizard? "Aku capek kamu bohongi. Aku ingin bercerai."

Kaki Abizard mendadak menginjak pedal rem. Beruntung tanganku kuat memegang Viola, kalau tidak pasti dia sudah terbentur dashboard mobil.

***

Sampai jumpa di part berikutnya

Aku gak ngemis vote komen lah biar kalian aja yang ngasih kalau masih menghargai yang nulis hihi....

Selamat NafikaAnatasya the best komen bab 2


Kewajiban manusia adalah beribadah

Mel~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top