Bab 17 - Sabiya, Agnes, dan Niat
Allah itu pendengar paling baik. Pemberi solusi paling solutif. Sayang, manusia sering tidak menjadikan-Nya Dzat pertama untuk berkuluh kesah.
~Sabiya~
Karya Mellyana Dhian
***
Kegaduhan yang terjadi pagi hari membuat mama dan papa marah. Ibu masih bicara kepadaku, tapi satu dua kata saja. Hanya Nabila yang mengapresasiku. Kondisi ini membuat seolah-olah akulah yang paling salah. Tidak kusangka perselingkuhan di keluarga berakibat sangat rumit. Padahal teman sejawatku berhasil rujuk. Mungkin karena istrinya tidak seegois Sabiya.
Aroma kopi di mobil mengingatkanku pada Sabiya. Dia paling suka memasang aroma baru di mobil. Kini tersisa fotonya menggantung di dekat spion. Tanpa kabar dia pergi begitu saja. Aku sudah berusaha perhatian, menanyakan tempat tinggalnya sekarang, tapi nomorku malah diblokir. Yasmin juga tidak membalas pesanku. Apa iya aku harus chat Raka? Gengsilah. Gak level.
Ada rasa curiga Sabiya punya lelaki yang memberinya uang. Bisa saja kan dia berbalas dendam dengan menyelingkuhkanku balik? Aku patut curiga. Selama menjadi istriku dia tidak pernah bekerja. Mama dan papa kadang membagi rata uang kepada anak-anaknya. Hak Sabiya sebesar seratus dua puluh juta masih kusimpan. Kalau pun dia menyimpan mungkin dua puluh sampai lima puluh juta saja.
"Sabiya, Sabiya, ditawarin hidup enak kok malah menyusahkan diri sendiri," lirihku melihat fotonya.
Telepon masuk dari Kak Agnes. Begitu kutempelkan ponsel di telinga, suaranya berhasil membuat telingaku sakit. "Abizard! Kamu apain Sabiya? Apa bener dia keluar dari rumah dan kalian mau cerai? Ya Allah, kalian ini!"
Pasti ibu yang mengadu ke Kak Agnes. "Santai kali, Kak."
"Santai santai kepalamu peyang! Kamu udah nyakitin Sabiya bodoh!"
"Iya, Abizard juga merasa bersalah kok. Sabiya aja yang gak mau maafin Abizard." Jarang Kak Agnes menghardik adiknya. Apalagi kalau bukan gara-gara adik ipar tercintanya itu.
"Gue pukul palamu pake palu loh! Merasa bersalah kok nadamu kek gitu. Yaudah kakak bakal dukung Sabiya cerai dari kamu," putusnya agar aku takut.
"Kak, jangan gitu. Aku masih cinta banget sama dia." Santai saja menaggapi manusia sejenis Kak Agnes. Kalau dibawa serius malah makin pening. Toh aku optimis Sabiya akan kembali ke pelukanku.
"Cinta. Cinta. Makan tu cinta!"
"Kak, semuanya udah terjadi. Abizard kan udah mau berubah. Udah nyesel nyakitin Sabiya. Abizard mau perbaiki semua, tapi dia gak mau. Kakak bantu Abizard buat nahan Sabiya ya. Pokoknya jangan sampai kita cerai. Abizard butuh dia, Kak."
"Ya gimana Sabiya udah terlanjur sakit hati. Kamu juga kenapa main selingkuh! Selingkuh bukan masalah sepele di rumah tangga. Peradilan juga bakal mudah ngabulin kalau urusannya udah selingkuh. Kamu sih goblok!"
"Ya elah kak, khilaf. Kan semua manusia juga pernah salah. Yang penting udah enggak. Abizard cuma keblablasan nyaman aja. Oh ya Kak Agnes tolong tanyain kabar dia. Aku khawatir."
Kak Agnes menghela napas. "Goblok jangan dipelihara! Kamu udah gedhe, kakak gak berhak marah gini. Tapi kelakuanmu itu loh ... astgfirullah. Jangan dzalim sama istri, ntar rezekimu seret! Lagian sama siapa sih? Hah! Sini biar kakak cuci otaknya. Sekalian gue mandiin tobat."
"Dia udah aku usir." Sejak kemarin aku memang tidak mengubungi Naila.
"Sumpah kakak kesel banget sama kamu! Gak paham sama alur pikiranmu. Kebangetan! Kamu gak sampe punya anak kan sama dia?"
Deg. Pertanyaan itu. Ya Allah, semoga saja tidak terjadi hal mengerikan seperti itu. Bisa-bisa aku diusir dari rumah kalau punya anak dari Naila. "Ya—ya enggaklah, Kak. Adik kamu emang banyak dosa, tapi insya allah gak sampe melakukan zina."
"Kakak pusing ngomong sama kamu. Sana kamu mandi tobat biar Allah ampuni kamu. Gak ngerti lagi kakak sama kamu. Mana Abizard yang dulu? Selalu menghormati istri dengan baik. Bukan malah nyakitin gini. KAKAK KECEWA SAMA KAMU!"
Sejak hijrah dia memang seperti ustadzah. Suka mengurus hidup orang. "Kakak udah selesai ngomelnya? Abizard capek banget."
"Huft... kakak gak ngerti lagi sama pikiran kamu! Bisa-bisanya! Sabiya itu sayang banget sama kamu. Dia rela hidup buat berbakti sama suaminya. Kok ya bisa-bisanya malah diduain. Ya Allah Abizard!"
"Iya Abizard salah. Udah minta maaf, tapi dia gak mau bertahan. Makanya bantuin bujuk biar mau lagi tinggal di sini."
"Males kakak ngomong sama kamu! Udah gak waras! Kebanyakan maksiat jadi dodol!"
Kalau Allah saja maha pengampun, mengapa Sabiya tidak? Kata-kata Kak Agnes tentang mudahnya perceraian akibat selingkuh, aku pun menghubungi firma hukum. Akan kusewa 7 pengacara sekaligus.
Ya Allah buatlah Sabiya sadar kalau dia tidak bisa hidup tanpaku. Ini kan hanya masalah sepele, Sabiya saja yang bikin rumit. Cukup memaafkan, damai, selesai.
***
Air mata tanpa sadar mengalir begitu saja saat aku membaca kutipan dari media sosial. Jelas, kutipan itu langsung meresap ke hati. Begini bunyinya. 'bayangkan saat engkau menegadahkan tangan memohon doa, lalu Allah menggengamnya'. Berarti setiap tanganku menengadah, Allah ada di dekatku. Memberiku kekuatan. Menjadi pendengar paling baik sekaligus pemberi solusi paling solutif.
Siapa pun pencipta kata-kata itu, semoga diberikan keberkahan hidup, karena sudah menyadarkanku. Masyaallah butiran semakin mengalir deras. Betapa dekat Allah kepada makhluknya. Namun selama ini aku mengabaikan dan selalu lari darinya. Ya Allah ...
Di apartemen sederhana ini aku menangis tersedu-sedu di atas ranjang dengan tangan yang masih menggengam ponsel. Ya Allah, sudah sering hamba melupakan sujud di setiap malam. Sudah sering hamba melewatkan waktu salat. Betapa sering aku mengabaikan perintahmu. Pantas kalau kau menghukumku dengan kesendirian ini. Dulu Abizard sering bilang kalau orang yang lalai dalam salatnya akan celaka.
Sekarang waktunya salah dhuha, aku pun mengambil wudu, memakai mukena, menggelar sajadah, lalu melaksanakan salat empat rekaat dengan dua kali salam. Masih berat rasanya memenuhi 12 rekaat. Membaca doa dari aplikasi muslim. Mesti terbata berdoa berbahasa arab, aku tetap berusaha. Tak lupa membaca terjemahannya. Lebih mudah memahami kalau mengetahui artinya.
Sekarang waktu menunjukkan pukul delapan. Tiga puluh menit lagi kelas kursus komputer dimulai. Beruntung jarak apartemen tidak jauh dari lokasi. Aku juga sudah janjian dengan Raka untuk takziah. Makanya aku pakai serba hitam hari ini. Tak masalah satu mobil, toh ada calon istri Raka.
***
"Makan di ayam bakar Bali aja kak Agnes." Aku dijemput Kak Agnes di dekat stasiun Pasar Minggu. Tibalah aku duduk manis di samping kemudi.
"Ish serem masak ada ayam bisa bakar bali sih?"
"Gak gitu konsepnya kakak. Merknya itu ayam bakar bali. Ayam bakar. Bakarnya bukan kata kerja kayak membakar."
"Iyi kikik pihim. Kikik kin cimi bircindi simi kimi."
Kak Agnes berhasil membuatku tertawa. Sejak pengsiun dari dunia hiburan satu minggu yang lalu, Kak Agnes tampak bahagia. Jilbabnya juga semakin syari.
Aku tahu kenapa Kak Agnes menemuiku. Pasti masalah rumah tanggaku dengan Abizad. Apa pun nanti yang dia katakan aku akan mendengar. Apa yang dia tanyakan, aku akan menjawab. Aku tidak takut.
Sampai di restoran Viola bangun dari pangkuan ibunya, tangannya langsung meminta kugendong. Sudah lama sekali aku tidak bermain dengannya. Maafkan tante Viola. Tante terlalu sibuk dengan hidupnya.
Viola terlihat senang ada di pangkuanku. Biasanya tidak ada rasa aneh saat mengajaknya, tapi kini aku malah ingat kalau sudah telat datang bulan. Sudah kucoba menghempas dugaan hamil. Bisa saja kan stres memengaruhi menstruasi.
***
Dugaan kalian Sabiya hamil gak?
Kalau aku sih nebaknya engga. Tapi gak tahu authornya. Eh, siapa sih penulisnya? Eh, aku ya ternyata. (Gimana sih aku wkwkwk) pokoknya tunggu saja kejutan di bab selanjutanya.
Kali-kali ada target gitu. 1000 vote sama seribu komentar. Yok tim #TheStrongGeng pasti bisa spam😂
Kewajiban manusia adalah beribadah
Mel~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top