Bab 16 - Sabiya, Abizard, dan Keluarga
Mencintaimu pernah menjadi bagian terindah di catatan hatiku. Mebersamaimu pernah menjadi bagian terbersyukur dalam hidupku.
~Sabiya~
Karya Mellyana Dhian
Terdapat umpatan. Bukan untuk ditiru!
***
Kupandang baju yang berjejer rapi di almari. Tidak mungkin aku membawa semuanya. Tak akan cukup di dalam koper besar sekalipun. Baiklah, pakaian penting saja yang akan kubawa. Antara nanti ke sini lagi atau mengiklaskan pakaian itu dipakai Naila sang pengganti. Itu pun kalau gak dibakar sama dia. Mana mungkin dia mau dengan bekasku, ya kecuali suami. Pengecualian yang paling dia harapkan dariku.
"Bi, kamu beneran mau pisah sama aku?" tanya Abizard yang baru pulang dari jamaah subuh di masjid. Ini yang ketiga puluh dua kali dia bertanya.
"Ini yang terbaik buat kita," jawabku tampa menolah. Masih sibuk menata isi koper.
Aku bisa melihat bayangan Abizard. Dia berdiri di belakangku. "Terbaik apanya? Ini cuma memperkeruh keadaan. Kamu kenapa sih kalau mikir pendek banget?" Pertanyaan menyusutkan itu dia ucapkan begitu saja.
Dia meremehkanku. Tidak sadarkah dia bahwa gara-gara penghianatannya itu aku hilang nafsu makan, sering kesulitan tidur, sekaligus tercabik-cabik setiap melihat wajahnya, dan selalu kesal mendengar ucapannya yang hampir semua kebohongan. Rasanya lelah sekali sama semua tingkahnya.
Abizard tidak menyerah. "Memangnya kamu ada uang buat hidup sendiri? Gugat cerai juga butuh banyak uang, Bia. Sejak awal aku bilang sama kamu kalau aku gak mau pisah. Jadi gimana pun caranya aku bakal buat pengadilan memihakku," ancamnya yang membuat dadaku sesak. Amarahku tidak bisa dibendung lagi. Apa sih mau dia?
Aku berteriak nyaring. Depresi dengan tekanan-tekanan darinya yang tak punya hati. Kulari mengambil bantal, lalu melemparnya dengan keras ke tubuh Abizard. "AKU CUMA MAU BAHAGIA! KAMU YANG GAK TAU DIRI! KAMU JUGA YANG BIKIN AKU KAYAK GINI."
Apa sih mau Abizard? Kenapa orang berpendidikan seperti dia bisa sesempit itu pikirannya. Dia bukan lagi lelaki penolong, tapi iblis yang serakah.
Abizard mencekal kedua bakuku sampai aku merasa nyeri. Dia mendorong sampai punggungku ngilu menghantam almari. Kakinya tanpa kontrol menendang koper hingga isinya porak parik di lantai. Sampai-sampai permukaan koper retak. "Aku gak mau kamu pergi. Aku gak mau pisah. TITIK."
"Ya kalau kamu bahagia sama Naila, jangan korbanin aku."
"Aku kan udah bilang kalau kami sekarang pisah. PISAH!" Dia berteriak tatkala megatakan kata pisah tepat di telinga kananku.
Aku hilang kendali. Kulidahi wajahnya. "Kamu pikir semuanya bisa kembali normal setelah apa yang kamu lakukan? Aku udah capek sama tingkah kamu. Udah gak bisa lagi!"
Ngeri. Abizard tertawa. "Sabiyaaa, kamu gak ingat siapa yang bikin kamu kayak gini? Kamu cuma gembel kalau gak jadi istriku. DASAR GAK TAU TERIMA KASIH. Tolol!"
Keganduhan yang terjadi membuat ibu, mama, Nabila, dan simbok datang ke kamar. Saat mereka datang aku masih menatap Abizard penuh denga mata merH. Tangaku mengepal erat. Sedangkan Abizard langsung melepas cengkreamannya.
"Sabiya, Abizard, ini ada apa?" tanya mama panik. Ibu memelukku dan aku menangis. Hanya air mata yang bisa mewakili perasaanku.
"Sekarang kalian ke ruang keluarga. Kami butuh penjelasan dari kalian," kata mama tegas.
Nabila melirikku dan sengaja menyenggol beberapa baju dengan kaki. Merasa menang melihat kami bertengkar. Pasti dia akan bertepuk tangan keras kalau palu perceraian diketuk.
Setiba di ruang keluarga, aku menunduk. Semua mata tertuju padaku dan Abizard bergantian. Sebenarnya aku memang tidak sekuat yang orang pikir, apalagi berhadapan dengan keluarga besar. Ngaliku bisa saja ciut secara mudah. Huft, Sabiya pasti bisa!
Papa datang lantas duduk di kursinya. Abizard ada di sampingku. Dia juga diam, tetapi tidak tahu bagaimana ekpresi wajahnya.
Papa berdeham. "Ini pertama kalinya kalian berantem. Jelaskan Abizard!"
"Sabiya mau pergi dari rumah. Sebagai suami Abizard melarang. Dia mulai susah diatur. Gak nurut sama suami," adunya seolah menyudutkanku. Aku ingin bicara, tapi papa paling tidak suka ada orang menyela pembicaraan. Kutelan lagi kata-kata yang sudah ingin kulontarkan.
"Kenapa pergi Sabiya? Kamu gak nyaman sama Nabila?" Papa melihat Nabila yang menyimak pembicaraan keluarga sambil sok-sokan memainkan ponsel. Papa tahu tingkah Nabila makanya dia yang dituduh.
"Ih, papa kok Nabila sih!" protesnya dengan bibir mengkrucut. "Apakah aku tidak salah dengar? Aku gak ngapa-ngapain Sabiya." Setalah banyak hinaan yang dia pernah berikan. Dia bisa bilang tidak pernah ngapa-ngapain. Adik dan kakak sama saja bikin kepala pusing.
"Kenapa, Sabiya?" Mama bertanya lebih lembut sambil mengusap tanganku.
Mataku melihat ibu yang memandangku sendu. "Sabiya udah gak kuat. Kak Abizard selingkuh. Sa—" Tenggorokanku seperti tercekik. Air mata yang sudah ditahan keluar juga. Beginilah sulitnya mengatakan fakta. Aku tidak tega menyakiti mama. "Sabiya ma-mau ce-rai."
Brak!!!
Papa memukul meja. Keadaan semakin mencekam. Nabila yang semula santai sekarang tampak ketakutan. Begitu juga aku. Papa memang orang yang berwibawa. Jarang marah, tapi sekalinya marah sangat menyeramkan. "Sabiya! Abizard! Kalian tau kalau di keluarga ini gak ada yang punya riwayat cerai?"
Aku mengganguk, sedangkan Abizard menimpali," tau Pa. Makanya Abizard akan menolak gugat cerai yang diajukan Sabiya. Abizard masih sayang sama dia. Sabiya yang gak sayang sama Abizard, Pa. Dia yang mau ninggalin keluarga kita."
Payah. Abizard sudah seperti anak SD yang mengadu kegelisahannya pada orang tua. Manja sekali!
"Kamu bener selingkuh, Abizard?" tanya papa dingin.
Cukup lama dia menjawab. "Enggak, Pa. Abizard cuma dekat dengan teman kantor, tapi sebatas teman. Sabiya aja yang berlebihan."
Kuucapkan istigfar di dalam hati. Semoga saja iblis tidak merasukiku hingga hilang kendali dan membunuhnya. Papa melihatku, menunggu aku memberi tanggapan, tetapi percuma sebab aku memilih membisu.
"Sabiya gak mau bertahan?" Mama menatap. Terselip permohonon agak aku menjawab 'iya'. "Mama ini udah sayang banget sama kamu."
"Sabiya juga sayang sama keluarga ini, tapi maaf udah gak bisa lagi. Sabiya udah terlanjut sakit hati sama Mas Abizard."
Papa tidak berkata. Dia bangkit lalu meninggalkan kami. Mama menatap Abizard tajam. "Abizard! Kamu tega sekali sama Sabiya."
"Iya, Abizard salah udah bikin Sabiya cemburu."
"Demi Allah. Abizard gak cuma berteman sama wanita itu. Sabiya lihat sediri dia membela selingkuhannya dan meninggalkan Sabiya di restoran menanggung malu sendiri. Maaf Ibu, mama, mohon menghargai keputusan Sabiya."
Mama menampar Abizard. "Mama kecewa sama kamu."
Lalu mama memelukku sambil menangis. Awan pias telihat di wajah ibu. Sejak awal ibu memang tidak berkata apa pun. Sekarang pun dia hanya sesekali menatapku.
"Maafin Sabiya, Ma."
Mama menangis histeris seraya memukuli dada. "Sakit banget hati mama."
"Maaf ya, Ma." Aku gak tega melihat mama. Pasti dia kecewa sekali dengan anak yang dia banggakan.
Aku meraih tangan ibu. "Bu, kita pindah ya siang ini."
Ibu bangkit dari duduknya. Menghela napas lalu berkata," ibu mau tetap di sini."
"Ta-tapi, Bu." Belum selesai aku bicara ibu sudah pergi ke kamarnya. Abizard berjalan menyusul ibu. Entah bagaimana dia bisa mencuci otak ibu sampai-sampai lebih menurutinya daripada anak sendiri.
***
Aku melihat angka yang ada di rekeningku. Apartemen sederhana ini sudah kubayar sampai tiga bulan ke depan. Kalau sebulan aku bisa menggunakan pengeluaran hanya tiga juta untuk kebutuhan, maka aku masih bisa hidup selama satu tahun tanpa pemasukan. Sisa tabungan ada sembilan puluh enam juta akan kugunakan untuk modal. Meski Raka bilang sudah ada investor, tidak mungkin aku bergantung begitu saja.
Selesai menata pakaian, aku duduk menatap jendela. Ibu ngotot tinggal di rumah itu. Sekarang hanya aku sendiri di sini. Merasa kesepian.
RAKA (room chat)
Inalillahi wa innalilai rojin. Mbak Sabiya ibunya yasmin meninggal dunia 🤣. Mohon doanya semoga amal ibadah beliau diterima di sisi Allah
Innalillah. Aamiin. Raka kamu seneng?
Astagfirullah salah emot. Gini maksudnya 😔
Hahaha... oke
Sudah tau alamat rumah ibunya?
Belum, Ka
Ok. Nanti aku kasih tai
Typo ya?
Ya Allah iya. Maksudnya aku kash tau
Oke oke.
Aku mengambil handuk. Sebelum masuk ke kamar mandi ada notifikasi dari aplikasi kalau aku sudah telat datang bulan. Tidak mungkin kan aku hamil?
***
#TheStrongGeng
#DukungSabiyaSampaiSukses
Gimana bab ini?
Kita udah sampai bab belasan aja ya. Terima kasih atas segala dukungan. Yuk ajak orang-orang baca Sabiya!
Ikutan juga GA Shopee pay 50K
Bab 17 up kapan ya enaknya?
Manusia diciptakan untuk beribadah
Mel~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top