Saat Dia Tertidur (8)
Author Pov
Ali memandang Prilly dimeja makan dengan heran melihat sikap Prilly yang berbeda dari saat bangun tidur tadi.
Sedari tadi diajak bicara tak mau melihat kearahnya. Kelihatannya dia marah. Marah kenapa? Apa karna tadi malam ia sudah lancang menciumnya? Ali tak mengerti.
"Papa berangkat ya...!"
Prilly segera mengambil Caca dari gendongan Susi.
"Dadah Papa...!"
Prilly bersuara tanpa semangat membuat Ali jadi merasa berat meninggalkan. Mencium pipi Caca dan mencubit gemas pipinya Ali juga mengelus rambut Prilly yang tak memandangnya.
"Kalau marah soal tadi malam,Papa minta maaf ya Ma...!"
Ali mengucapkannya terakhir setelah itu memasuki mobilnya dan Prilly memandang kepergiannya dengan mata berkaca.
Ali masih tak menyadari kenapa Prilly bisa bersikap seperti tak respek padanya padahal tadi malam sampai bangun tidur ia kelihatan baik-baik saja. Dimeja kerjanya Ali hanya diam tak bisa mengerjakan apapun karna teringat sikap Prilly yang dingin.
Drrttt...drrrttt...drrttt...
Suara handphone sekaligus getarannya yang berada disaku celananya mengagetkan Ali. Segera dikeluarkannya handphonenya.
Bella Kalila calling
"Hallo....!"
"Morning Aliii...kok sms aku gak lo balas?"
"Gw belum sempat buka hape,kalau pagi dirumah agak sibuk...kenapa Bel?"
"Makan siang sama gw hari ini?"
"Hmmm...gak bisa Bel...maaf ya..."
"Yaaa....kok gitu sih katanya mau jadi tempat curhat gw kok makan siang sama-sama aja gak mau..."
"Hari ini gw makan siang dirumah,bini gw nungguin..."
"Bini lo? Bukannya bini lo koma ya?"
"Udah dulu ya Bel...bye..."
Ali segera menutup telpon. Ya,tiba-tiba dia punya ide siang ini pulang kerumah makan siang. Hatinya merasa tak nyaman dengan sikap Prilly hingga dia merasa perlu untuk menyelesaikan.
Bella adalah teman kuliah Ali dulu,Bella sempat menyukainya tetapi dia lebih memilih Reyhan kakak tingkat mereka yang lebih dulu wisuda dan menghandle perusahaan otomotif papanya setelah tak ada kepastian dari Ali dan dilamar oleh Reyhan.
Kemarin Ali bertemu Bella dimall dan melepas kangen disebuah tempat makan sambil banyak bercerita. Bella bercerita kalau suaminya terlalu sibuk mengurus mobil-mobil mewahnya daripada memperhatikan dirinya.
Ali hanya sempat sebatas bercerita kalau isterinya koma karna Bella yang lebih dominan mencurahkan isi hatinya pada Ali.
###############
Prilly Pov
"Sepertinya karma A'a Naz jatuh menimpa I'i,Mamaa....!"
Aku menangis dipangkuan Mama. Mama hanya bisa menghela nafas dan membelai rambutku.
"Maafkan A'a Naz...dia beruntung memiliki adik kaya I'i...yang sayang padanya dan terlalu banyak berkorban untukknya..!"
Mama masih membelai rambutku lembut.
"Kenapa saat i'i udah ngerasa nyaman dan menikmati hidup sama-sama Ali dan Caca tiba-tiba ada yang ganggu hati i'i banget,Ma..?"
"Itu ujian seberapa jauh perasaan i'i pada Ali...mungkin i'i mulai mencintainya sebagai suami"
"Memang boleh Ma?"
"Siapa bilang gak boleh?"
"A'a Naz?"
Aku mendongak menatap Mama.
"Kita gak tau sampai kapan keadaannya seperti ini sayang, mungkin ini teguran juga buat Naz karna sudah menyalah gunakan pernikahan yang sakral...menodai sucinya perkawinan...!"
Mama menangkup pipiku. Menghapus airmataku dengan senyum menenangkan.
"Tapi i'i takut kecewa Ma,Ali menikahi i'i hanya karna Caca,pasti dia gak ada perasaan apa-apa...tadinya ii pikir dia setia pada Naz ternyata kemarin tau-tau dia ngedate sama perempuan lain...ii kecewa Ma...!!"
Aku menelungkupkan wajahku lagi dipangkuan Mama.
"Kamu hanya cemburu,sayang....!"
"I'i sakit hati Ma,rasanya gak punya hak melarang Ali pergi sama perempuan lain,diapun gak berusaha jaga perasaan I'i...!"
"Sabar,sayang ...bicarakan baik-baik sama Ali ya,gak ada salahnya kamu bilang mau kamu apa sama dia,diakan suamimu sayang tentu kamu ada hak...!"
Aku berdiri diiringi Mama.
"Makasih Ma udah bantu menenangkan hati I'i,I'i mau jenguk A'a Naz dulu,Ma...!"
"Iya jangan lama-lama,i'i harus segera kembali kerumah,apa tadi keluar rumah i'i minta ijin dulu sama Ali?"
Aku menggeleng. Aku lagi kecewa padanya. Tanpa pikir panjang meninggalkan rumah hanya untuk menemui mama mengeluarkan unek-unekku. Sekaligus berniat menjenguk ShaNaz. Saat Caca tidur,aku titipkan dia pada Susi dan Bi Sinah untuk tetap menjaganya karna aku pergi hanya sebentar.
Naik taxi aku menuju Dr.Subiyakto Hospital. Sampai diruangan Shanaz aku meneteskan airmata melihatnya semakin kurus. Wajahnya semakin pucat. Tak ada tanda-tanda perubahan yang lebih baik.
"A'a...apa kabar? Kami bertiga baik-baik saja...apa A'a gak mau bangun lagi? Gak pingin liat Caca anak lo yang lucu,bulan depan dia ulang tahun yang pertama...dia mulai belajar berdiri A,melangkah nyasar sambil pegangan,semalam malah kejedot dan kepalanya benjol,gw dimarahi papanya,suami lo galak kalau soal anaknya...!"
Suaraku pelan terdengar diantara alat-alat ruangan ICU.
"Sekarang dia suami gw juga,gw minta maaf A,sepertinya gw jatuh cinta sama suami lo...tapi bukan berarti gw berharap lo gak kembali,lo jangan kuatir...perjanjian kami sudah jelas ... sampai lo sadar dari koma kami akan berpisah...!"
Aku menggenggam dan mencium tangan shanaz dengan titik-titik air yang jatuh dipipiku.
"Suami kita kencan sama cewe lain,apa lo cemburu? Kalau lo gak cemburu berarti lo beneran gak sayang sama dia A'...lo berbeda sama gw...gw menyayangi suami kita..."
Aku keluar dari ruangan Shanaz dengan perasaan lega karna isi hatiku sudah kutumpahkan lengkap dengan kedua orang terdekatku. Mama dan Shanaz.
Aku melangkah tergesa karna kulihat sudah jam satu lewat. Aku takut Caca terbangun dan mencariku. Walaupun biasanya dia bermain dengan Susi,kalau ada aku dirumah aku bisa mengawasinya.
Tak sengaja aku bersenggolan dengan seseorang yang menggunakan baju putih ala dokter. Aku menengoknya sambil mengucapkan maaf.
"Prilly...!!"
Aku memiringkan kepala menatap dokter tampan didepanku.
"Eh,Kak Mirza..."
Aku melebarkan mata dan tersenyum kaget melihatnya.
"Kak Mirza tugas disini?"
"Baru sebulan,habis dari semacam study banding Pril disingapura selama setahun ,aku langsung kembali kesini..."
Ya,aku baru ingat rumah sakit ini milik Papanya. Dr.Subiyakto.
"Specialis apa Kak?"
"Saraf...."
"Ohh.."
"Kamu mau pulang,mau bareng aku? Aku juga baru lepas dinas nih..."
"Eeengg...."
"Ayolahhh..kita udah lama gak ketemu hitung-hitung melepas kangen cerita-cerita....!"
Setengah memaksa Mirza membawaku keparkiran menuju mobilnya.
Mirza adalah kakak kelasku saat SMA. Dia terkenal playboy disekolah,sering gonta ganti cewe. Hanya aku yang tak bisa dijadikan pacarnya diantara gadis incarannya dan membuat dia tiap hari mengejarku dikelas karna penasaran. Aku pikir buat apa melayani playboy jelas-jelas sudah banyak yang patah hati karnanya.
Saat dia mengantarku dia bercerita baru putus dengan seorang dokter spesialis kandungan. Dia bilang agak kacau perasaannya karna kali ini dia benar-benar menyayangi gadis itu,tetapi karna mereka sama-sama sibuk dan sempat ditinggal setahun ke singapura,hubungannya agak renggang.
"Makasih ya Kak...!"
Aku turun dari mobilnya didepan rumahku.
Mirza membuka kaca mobil dan melambaikan tangan dengan senyum manisnya. Tampan dan keren.
Aku melihat mobil Ali terparkir digarasi. Apa dia pulang? Tumben sekali dia pulang.
Aku memasuki rumah yang terlihat sepi.
"Papa Caca pulang ,Mba Sus?"
Aku bertanya pada Mba Sus yang membukakan pintu.
"Iya mba Pril,barusan masuk kamar..."
Susi berkata sambil menutup pintu.
"Caca masih tidur?"
"Iya nyenyak banget...gak biasanya udah 3jam belum bangun...!"
"Kecapean Mba,diakan mulai belajar jalan..."
Aku melangkah menuju kamar.Barusan Ali masuk kamar? Berarti saat aku pulang dan diantar Mirza dia melihat?
Pelan-pelan kubuka pintu kamar. Kulihat Ali merebahkan dirinya telentang dengan tangan terlipat diatas dahinya. Matanya terpejam. Tidurkah? Apa dia sakit?
Kudekati dia dan duduk ditepi tempat tidur. Kusentuh pipinya dengan punggung tanganku. Tidak panas.
"Darimana?"
Dengan mata yang masih tertutup dia bertanya.
"Dari rumah mama dan nengokin Shanaz..."
"Kenapa gak bilang? Kamu sudah gak anggap aku suamimu?"
Ali membuka matanya.
"Maaf bukan begitu..."
Aku berkata lirih. Merasa bersalah. Kenapa tadi tak bilang karna aku sedang kecewa padanya?
"Lalu apa??? Pantaskah seorang wanita yang sudah bersuami terlihat semobil dengan pria lain yang tak dikenal suaminya??"
Ali menggeram dan langsung duduk ditepi ranjang.
Aku berdiri dari tepi ranjang. Dadaku terasa mau meledak karnanya.
"Tanya dirimu dulu...!!! Apa pantas seorang pria yang sudah beristeri bahkan punya isteri dua,ngedate dengan wanita lain yang tidak dikenal isterinya???!!!!"
Aku lari keluar dari kamar meninggalkan pria egois itu dengan membanting pintu keras.
BLAMMM!!!!
Untung Caca tidur siang dikamarnya sendiri,khusus tempat bermainnya bersama Susi. Apa jadinya kalau Caca tidur dikamar itu. Mendengar suara keras dari aku dan Ali juga bunyi bantingan pintu yang berdentam keras memenuhi isi rumah. Semoga Susi dan Bi Sinah sedang tidur siang dan tak memperhatikan pertengkaran ini. Walaupun rasanya mustahil,biarlah.
#########
Ali Pov
Oh,jadi Prilly membaca sms dari Bella. Pantas saja setelah aku keluar dari kamar mandi raut wajahnya sudah tidak lagi menyenangkan.
Tapi bukan berarti hal itu membenarkannya untuk tidak pamit padaku keluar rumah. Walaupun dia bilang hanya ketempat Mama dan menjenguk Shanaz. Diakan bisa mengajakku malam hari atau hari sabtu atau minggu. Kenapa harus pergi sendiri tanpa pamit? Dan pulang bersama pria lain.
Siapa pria itu? Turun dari mobil Prilly tampak sumringah,kaca jendela terbuka terlihat pria itu yang tersenyum manis melambaikan tangannya pada Prilly.
Terasa terbakar hatiku melihatnya dengan pria lain yang tak kukenal.
Tiba-tiba aku takut Prilly jatuh cinta pada pria lain. Aku sadar aku ini hanya suami kakaknya dan menikah denganku karna rasa sayangnya pada anakku.
Tapi sepertinya Aku cemburu. Aku tak bisa melihatnya dengan pria lain. Dia hanya milikku.
Dan apakah dia juga cemburu pada Bella? Hingga membuatnya marah dan bersikap tak biasa padaku? Ah,aku terlalu percaya diri.
Aku membuka pintu kamar dan menuju kamar Prilly. Tanpa mengetuk pintu aku ingin membukanya tetapi ternyata dikunci.
"Maaa....buka pintunya!!"
Aku mengetuk pintu dengan menyandarkan kepala didaun pintu. Aku sangsi apakah dia mau membukakan pintu kamar mengingat tadi dia terlihat sangat marah.
Tapi setelah tiga kali aku mengetuknya ternyata terdengar kunci diputar dari dalam dan gagang pintu yang turun kebawah. Segera aku mendorongnya masuk kedalam dan menutup pintu kamarnya.
"Aku minta maaf...aku gak ada apa-apa sama Bella,kemarin bukan ngedate Ma,tapi ketemu dimall lalu kami makan siang sama-sama..."
Dia hanya tertunduk duduk ditepi ranjang. Aku memeluknya.
"Maafin aku ya...!"
"Aku yang minta maaf,ada hak apa untuk tak suka kalau kamu pergi sama wanita lain,kamu menikah denganku karna Caca,kita menikah karna dia...jadi aku harus sadar kamu bebas pergi sama siapapun tanpa boleh aku melarang...!"
Prilly melepas pelukanku.
"Jangan bicara begitu,pernikahan kita tetap sakral...kamu boleh tak suka...karna aku juga tak suka melihatmu dengan pria lain...!"
Aku meraih pipinya untuk melihatku.
"Jangan pergi tanpa ijinku lagi!"
Aku meraih tangan kanan Prilly dengan tangan kiriku dan meletakkannya dibahu kiriku,sementara tangan kananku menyisih rambutnya kebalik telinganya.
"Siapa dia?"
Aku masih penasaran dengan pria itu.
"Kak Mirza,dokter spesialis Saraf di Dr.Subiyakto Hospital...dia anak Dr. Subiyakto,kakak kelasku di SMA...tadi waktu menengok Shanaz bertemu disana"
Prilly berkata sambil menunduk seperti tak mau menatapku.
"Dia pernah suka padamu? Mantan pacar?"
Ah,kenapa aku posesif sekali. Prilly menatapku ragu.
"Dia playboy aku tak mau jadi pacarnya..!"
Prilly bicara dengan nada datar sambil memalingkan wajahnya lagi.
"Terus perasaan kamu sendi..."
"Pa'an sih kamu dari tadi nanya-nanya kaya gitu?"
Prilly memotong ucapanku sambil tangannya mendorong pipi kananku kearah kiri. Aku mencium tangannya yang ada dibahu kiriku dan mengembalikan arah pandangku padanya.
"Kamu sendiri,siapa tu Bella Kalila yang ngajak ngedate lagi,pantas ya kemarin pulang-pulang ngamuk,sengaja ya cari gara-gara supaya aku pergi dari sini dan kamu bisa bebas bersama dia...!"
Prilly menarik tangannya dari bahuku,matanya menyala sepertinya emosi.
"Heii,kenapa berpikir seperti itu,sama sekali enggak,Bella itu dulu memang teman dekat tapi dia lebih memilih pengusaha otomotif yang lebih dulu melamarnya daripada menungguku tanpa kepastian...!"
"Ya udah sih,sapa juga yang cemburu...!"
Prilly berdiri dan aku mengikutinya.
"Aku udah gak ada perasaan apa-apa sama dia,aku ada perasaannya sama kamu sekarang..."
Aku meraih tubuhnya,melingkarkan tanganku dipinggangnya,dua tangannya berada didadaku seakan ingin mendorong tubuhku hingga wajah kami berjauhan.
"Mak...maksut kamu apa??"
Prilly tergagap mengeluarkan pertanyaan yang kurasa hanya ingin meyakinkan dirinya saja.
"Kalau aku cinta sama kamu,menurut kamu gimana???"
###########
Yuhuuuuu...nextnya cepet ya...tapi aku gak bisa selalu begini...jadi maklumin kalau tar ada keterlambatan update..
Makasih dan semangat kasih vote dan komennya ya..
Papa A'a sama Mama I'i udah mau selangkah lebih maju nih...
Mmuach dari Caca...
Repost
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top