Saat Dia Tertidur (6)

Author Pov

Tangisan Caca membuat Prilly ikut menitikkan airmata ketika melihat dahi Caca yang benjol karna terjatuh dan tertelungkup dimeja Tv padahal baru saja Prilly meninggalkannya sebentar mengambil botol susunya yang diangsurkan Susi padanya. Caca yang sudah mulai agresif merangkak dan menarik apa saja yang berada didekatnya tergelincir ketika mencoba berdiri dimeja Tv dan menyasar kesekitarnya sore itu.

Prilly menggulung rambutnya dan menekan kedahi Caca untuk mengurangi benjolan. Prilly menepuk pantat Caca dan memangkunya memberikan Susu yang dipegangnya. Akhirnya Caca terdiam dengan menyedot Susu sambil terisak.

"Ssssttttt....sssstttt....cayang Mama...kaciann jatuh ...cakit yaa...tar Caca hati-hatii ya cayang...maafin Mama yaa...udah lengah jagain Caca...!!"

Prilly menenangkan Caca yang menyedot Susu dipangkuannya.

Sebentar lagi Ali pulang kerja,Prilly takut Ali akan ribut melihat keadaan Caca. Prilly mengusap dahi sampai kekepala Bayi mungil yang berkeringat itu dengan sayang. Caca masih terisak.

Mobil Ali terdengar memasuki halaman rumah. Prilly deg-degkan menunggu Ali masuk,apa reaksinya? Kemarin waktu Caca bermain bersama Susi dan terantuk pintu dan menangis Ali terdengar menegur Susi agar berhati-hati.

"Tuuu...Ca...Papa datang...haii Papa...!"

Prilly berdiri sambil menggendong Caca yang masih mengisap dot dan menghampiri Ali yang tersenyum mendekati sambil menaruh tasnya disofa.

"Haii sayangnya Papa lagi minum susu...ya..!"

Ali mencubit Pipi Caca dan pandangannya jatuh pada dahi Caca yang benjol dan memerah.

"Kenapa?"

Ali mengelus dahi Caca. Caca menangis dan dotnya terlepas jatuh. Ali mengambil Caca dari gendongan Prilly sementara Prilly mengambil botol susu yang terjatuh.

"Tadi Caca jatuh Papa,merangkak trus menyasar dimeja tv tergelincir...akhirnya tertelungkup dilantai,dahinya kejedot deh...!"

Prilly berusaha mengelus dahi Caca tapi Ali menepis tangannya dan beranjak duduk diSofa. Wajahnya berubah tegang.

"Yang bener dong kalau jaga anak...! Kalau kenapa-kenapa kepalanya gimana?"

Ali menegur dengan suara sedikit ditekan dengan wajah tak enak dilihat.

"Iya maaf...!"

Prilly menunduk sambil ikut duduk disamping Ali.

"Caca memang bukan lahir dari rahim kamu tapi dia anaknya kakakmu berarti darah daging kamu juga...jangan setengah-setengah menjaganya..!!!"

Kalimat Ali sedikit menyinggung perasaan Prilly.

"Siapa yang setengah-setengah sih A menjaganya? Namanya juga anak kecil bukan boneka yang gak bisa gerak...!"

Prilly mencoba membela diri.

"Kalau udah gak mau dengan hati merawatnya ya udah sekarang kasihkan Susi aja...gak perlu kamu pegang dia lagi!!"

Kalimat Ali kali ini sungguh menyakitkan hati Prilly. Prilly berdiri dari duduknya dengan mata mengabut. Setengah berlari Prilly masuk kedalam kamarnya dan menutup pintu keras tanpa mengatakan apa-apa lagi.

##########

Prilly Pov

Aku hempaskan tubuhku ketempat tidur dikamarku. Aku benamkan wajahku yang mulai basah karna air bening mulai mengalir dari mataku.

Apa maksutnya berkata seperti itu?Tentu aku sangat menyayangi Caca walaupun dia tak keluar dari rahimku. Sejak lahir aku sudah bersamanya. Sangat tau perkembangan Caca bahkan dibanding Shanaz yang katanya ibu yang melahirkan dia.

"Kalau udah gak mau dengan hati merawatnya ya udah sekarang kasihkan Susi aja...gak perlu kamu pegang dia lagi!!"

Tak ada kalimat yang paling menyedihkan kurasa. Saat aku tak pernah berpikiran buruk seperti itu justru kalimat itu datang dari orang yang menikahi karna alasan Caca dan sekarang dia bilang begitu artinya sudah tak butuh aku lagi.

Dia pikir dirumah aku ini santai dan gak cape? Seharian dirumah aku bukannya santai. Aku mengawasi Caca yang sudah mulai lincah kesana kemari. Ikut Bi Sinah membantunya memasak. Membereskan kamar kami supaya terasa nyaman,saat Caca tidur siang bahkan aku tak bisa tidur karna mencuci pakaian Caca yang tak kuperbolehkan dicampur dengan baju kotorku dan Ali.

Aku terus menangis dikamarku sendiri sampai mataku berat dan suara-suara hilang dari pendengaranku. Kamarku masih menjadi tempat favoriteku untuk merenung dan membuka-buka handphone Shanaz yang tidak diketahui Ali. Saat aku memeriksa tas yang dipakai Shanaz saat kecelakaan,ada satu handphone dengan nomer baru yang sama sekali aku tak tau sebelumnya.

Me
Yaa kok gak percaya?aku menikah hanya untuk cari status kok...kamu lama banget gak ngelamar aku,udah gitu kamu main ngilang aja........tau-tau terdengar kabar kamu udah menikahi cewe lain.....

Honey
Masa sih kamu juga bisa-bisanya langsung menikah...langsung punya anak pula,mudah ya lupa sama keperkasaanku...

Me
Salah sendiri kamu ninggalin aku nikah sama yang lain...segala yang kupunya sudah kamu ambil,aku harus punya status yang jelas,kebetulan ada pria yang baik dekatin aku ya udah aku desak aja...

Honey
Sekarang udah ada kabar berita ,tapi kamu udah menikah,aku harus bagaimana dong? padahal aku gak bisa lupain kamu.....

Me
Memangnya kamu masih cinta sama aku???

Honey
Dari dulu aku sudah bilang aku sangat mencintai kamu,aku hanya memenuhi keinginan orang tua untuk konsen menempuh pendidikan tinggi di Ausie demi masa depanku...dan menikahi puteri sahabat papa demi menguatkan bisnisnya...

Me
Lalu sekarang,kita bagaimana?

Honey
Kita ketemuan yuk sayang,aku dah kangen banget sama kamu...aku tar check in dihotel yang biasa ya kamu tinggal datengin aku aja...

Miris sekali rasanya membaca sms yang ada dalam handphone tersebut. Kakakku Shanaz benar-benar sudah keterlaluan. Jadi waktu menikah dengan Ali dia sudah tidak perawan? Trus Ali terima aja? Hmm...baik banget sih bisa terima isterinya dalam keadaan seperti itu. Entahlah. Itulah sebabnya kenapa aku begitu memperhatikan Ali,membayar dosa kakakku padanya,berkorban agar semua berjalan tak memberatkan Ali lantaran Shanaz koma.

Tapi apa yang dia perbuat? Kalimatnya menyakiti hatiku. Seakan sia-sia pengorbananku menikah dengannya bukan hanya demi Caca tapi demi Shanaz dan demi dia yang kuanggap paling tersia-sia karna Shanaz. Walaupun sesuai dengan perjanjian,sudah sebulan berjalan dia tak pernah menyentuh nafsuku walaupun sebenarnya itu wajib bagiku melayaninya.

Tetapi Walaupun tanpa sentuhan nafsu,kurasa kami bahagia...sering menghabiskan waktu bersama diruang tengah...Aku duduk disofa, Ali menaruh kepalanya dipangkuanku sedangkan Caca duduk diperutnya...sesekali Caca diangkat tinggi-tinggi dan berdiri diperutnya...

"Aduh...jangan melonjak lonjak diperut Papa,Ca,Sakit...kasian Papa...!"

Aku memegang tangan Caca yang berdiri diperut Papanya. Caca malah tambah kesenangan karna dikira aku mengajaknya bercanda,Ali akhirnya mengaduh juga,bisa dibayangkan dengan bobot Caca 15kg melonjak diperut seperti itu.

Tak lama karna kecapean Caca menelungkup dipelukan Ali sambil mengemut jempolnya dan mengoceh khas bayi menyebut Mama dan Papa. Aku mengelus kepala Caca dan Ali yang terpejam. Setelah dielus Ali malah membuka matanya menatapku,aku mengalihkan pandanganku keTv,pura-pura menyimak berita jatuhnya pesawat Hercules di Medan yang sedang berulang ulang ditayangkan hampir semua Tv. Dia mengelus wajahku sambil tersenyum dan kembali memeluk Caca. Hanya sebatas saling mengelus. Tiap malam aku masih tidur dikamarnya karna saat aku bilang akan tidur dikamarku sendiri dia bilang tidur sama dia aja sambil jaga Caca,padahal Caca jarang bangun kalau sudah tidur dimalam hari.

Lain waktu dia mengajak Aku dan Caca keMall berbelanja kebutuhan dapur dan kebutuhan Caca. Selama dimall dia dengan sabar menunggu sambil mendorong kereta bayi Caca sementara aku sibuk berbelanja. Terkadang tangan sebelah kirinya mendorong kereta Caca tangan sebelah kanannya berada dibahuku. Caca menjadi bahan towelan bukan hanya ibu-ibu tapi juga bapak-bapak bahkan anak-anak remaja. Mereka rata-rata bilang Caca gemesin.

"Berapa umurnya Mba...!"

Seorang ibu-ibu bertanya sambil menowel pipi Caca.

"11bulan,bu...!"

Ali yang menyahut.

"Lucu banget berapa beratnya ini...?"

"Hampir 16kg bu...!"

Kali ini aku yang menjawab.

"Coba kalau gak ketarik pipi,pasti idungnya mancung kaya mama papanya..!"

Ibu itu terus memandang gemas pada Caca. Kami saling berpandangan.

"Ini anak pertama ya ??"

"Iya,bu...!"

Kami menjawab bersamaan.

"Mumpung masih muda itu jarak adiknya kalau bisa dua tahun aja mba,sekalian capenya kalau udah gede-gede...!"

Aku dan Ali hanya tersenyum saling melirik. Sampai ibu itu pamit berlalu.

"Adik? Bikin aja belum pernah bu..."

Ali mengapit kepalaku diketiaknya berbisik sekaligus tertawa.

"Pa'an sih...!"

Wajahku bersemu merah melepaskan diri dari ketiaknya yang hmm wangi.

*

Berat sekali mataku ketika aku rasakan tangan mungil menepuk-nepuk wajahku.

"Ma...ma...ma...!"

Aku mencoba membuka mata dan mendapati Caca sudah berada disampingku berbaring,duduk dengan kaki dilipat sesekali dia mengangkat pantatnya dengan tangan menekan wajahku. Sedangkan Ali duduk ditepi ranjang memperhatikan Caca.

"Cacaaa....!"

Lirih suara serakku menyebut nama Caca. Kuambil tangannya dan kucium dan kugigit pelan montok jari-jarinya.

"Mam...mam...mam...!"

Caca menepuk pipiku lagi. Kulirik jam dinding diatas pintu kamarku. Jam 8. Aku terlonjak bangun.

"Caca belum mamam sayang??"

Aku ingin meraihnya tapi tanganku berhenti disaat sudah terangkat ingin memegangnya. Aku memandang Ali dan segera turun dari tempat tidurku.

"Mau kemana?"

"Mencari Susi..."

"Tadi Susi udah kasih makan tapi Caca gak mau makan..."

Aku membuka pintu dan memanggil Susi,minta ambilkan bubur hati ayam Caca dan gendongan bayi.

"Aku boleh pegang,Caca??"

"Kenapa harus minta ijin?"

"Bukannya tadi aku gak boleh?"

"Jangan diambil hati,Mama...kamu itu Mama buat Caca...dia justru takkan mengenali Mama kandungnya..."

Ali berdiri dan memegang bahuku,menatapku dengan tatapan menyesal.

Aku menundukkan wajah. Rasa sakit hatiku akan kata-katanya belum bisa menguap. Ali meraih tubuhku dan memelukku hangat.

"Aku minta maaf ya!"

Ali berkata sambil mengusap punggungku perlahan.

"Kamu menikahiku karna Caca tapi kamu tega mengatakan itu padaku,kalau memang kamu ingin aku pergi dar...."

"Jangan....!"

Ali melepaskan pelukan dan menutup bibirku dengan ujung jari-jarinya. Ali mengelus pipi dan mengangkat pelan daguku agar menatapnya.

"Jangan...kalau kamu gak ada,bukan hanya Caca yang sakit,aku juga bisa sakit...!"

Ali menatapku dalam,aku tak bisa membiarkan mataku terbius karnanya. Aku membalikkan badan tapi tak disangka dia meraih pinggangku cepat sehingga wajah kami hanya berjarak tak sampai satu senti dengan hidung yang hampir bersentuhan. Aku berusaha menjauhkan tubuhku tapi ia begitu kuat mengunciku. Kenapa dia? Mulai ada rasakah? Apa merasakan desiran aneh dan gejolak hati yang sama ketika kami bersama?

"Jangan tinggalkan Caca..."

Aku menghela nafas. Jadi semua ini hanya karna Caca? Dia pria yang setia pada isterinya. Eh,bukankah aku juga isterinya sekarang? Isteri yang tak dianggap.

"Aku gak akan ninggalin, Caca..."

Aku lirih berkata,melonggarkan tangannya yang menekan punggungku.

"Jangan tinggalkan aku juga..."

Aku baru saja menoleh kepintu karna kudengar ketukan dari luar ketika Ali mengeluarkan kalimat yang tak bisa langsung kutanggapi. Pasti itu Susi.

Aku mengangkat Caca setelah sebelumnya memasang gendongan dibahuku,Ali membantu memasukkan Caca. Menggendong Caca tanpa gendongan akan sulit buatku yang akan menyuapinya makan. Dia terbiasa makan dengan cara digendong daripada ditaruh dikursi bayinya dia akan lincah bergerak.

"Kenapa Caca gak dibiasakan duduk ditempat duduknya aja sih Mama,biar bahumu gak sakit...Caca kan berat...!"

Ali membetulkan gendongan yang agak terlilit dibahuku.

"Sebentar aja habisin makan kok biar dia gak banyak gerak....ya Caa...yukk makan...!!"

Aku mulai menyuapkan bubur yang dilahap Caca dengan senang hati.

"A'a...udah makan belum?"

Ali menggeleng.

"Mau disuapi Mama ....kaya Caca...!"

#################
Banjarmasin, Juli 2015

Republish, 11 April 2020
Tidak diedit, tidak direvisi

Akhirnya update juga...
Semoga Papa A'a dan Mama I'i bisa menghibur...

Vote dan komennya makasih banyak lo Readers....

Mmuach dari Caca...

Repost

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top