Saat Dia Tertidur (5)

Ali Pov

"Bukan hanya Caca yang butuh lo...gw juga!"

Aku harus mengakui bukan hanya Caca yang butuh Prilly tapi aku juga. Sebenarnya berniat menikahinya jauh sekali dari pikiranku. Tetapi aku merasa tidak punya pilihan lain agar Prilly tetap tinggal dirumah bersama kami. Menatap matanya ada yang bergejolak didalam dadaku. Gejolak yang tak pernah kurasakan saat memandang Shanaz, isteriku sendiri. Mungkin karna tatapan Shanaz juga berbeda dengan tatapan Prilly yang lembut dan perhatian.

"Lo sudah merubah kebiasaan gw, gw sekarang terbiasa makan ditemani lo, terbiasa disiapin lo baju sebelum kerja, Bi Sinah beresin kamar gw ga serapi lo,berangkat kerja hampa tanpa lo dan Caca ngantar gw sampai depan pintu....!"

"Lo hanya kembali kesaat Shanaz belum koma A...!"

Prilly menyelaku.

Setelah melewati kalimat kalimat penolakan dari Prilly akhirnya aku tidak ada pilihan lain harus membuatnya mau menerima aku menikahinya.

"Kita menikah, dan buat perjanjian jika Shanaz sadar dari komanya kita bercerai,dan selama kita menikah gw gak akan nyentuh lo, lo gak perlu melayani kebutuhan batin gw, karena pernikahan ini hanya bertujuan supaya lo bisa tinggal dirumah, jadi lo ga perlu risau, tujuan kita hanya Caca...!"

Prilly malah bertanya pada Caca dengan lucunya. Tetapi bahasa tubuh Caca justru sangat menyenangkan seakan merestui rencana pernikahan kami.

"Bagaimana Mama? Maukah menikah sama Papa???"

Aku merasa lucu sendiri dengan ucapanku. Rasanya saat menikahi Shanaz tidak segininya. Bahkan saat ini jantungku berdebar dua kali lebih cepat daripada biasanya. Akhirnya bibirku tak hentinya tersenyum dan tidak bisa menyembunyikan senyum lagi ketika Prilly menengadah menatapku.

"Kenapa,senyum-senyum...??"

Prilly mengeryitkan alisnya dengan mata menatap tajam.

"Gw gugup tau,gw belum pernah ngajak wanita menikah...."

Aku menjawab sejujurnya saja.

"Hmmm, terus A'a menikah sama Naz, gak ngajak emang?"

Prilly bertanya dengan polosnya.

"Ck. Shanazkan nantang gw Pril, mendesak melamarnya...!"

Aku berdecak menjelaskan.

"Hmmm....!"

Prilly memandangku kebingungan. Mungkin bingung Apa yang harus dikatakan?

"Hmmm aja, jadi gimana? Yes or No?"

Aku duduk disamping Prilly menatapnya penuh tanya.

"Nggak bisa.....!"

Prilly menggeleng dengan wajah tegang menghindari pandanganku.

"Yahhh Ca, Mama gak mau balik kerumah...!"

Aku berniat mengambil Caca dari gendongan Prilly.

"Gak bisa bilang No, bisanya Yes....!"

Prilly menepis tanganku yang sudah siap mengangkat tubuh Caca.

"Benarkah...?? Ca, Mama mau balik kerumah, Caca senangkan??"

Aku memeluk Prilly yang sedang menggendong Caca. Caca bertepuk tangan seakan mengerti. Sedangkan Prilly menatapku bingung.

"A'a, ini untuk Caca, ingat...!"

Prilly seakan mengingatkanku.

"Ya..yaa...untuk Caca!"

Aku mengangguk-angguk sambil tetap tersenyum sumringah. Tuhan,kenapa rasanya seperti melamar pacar? Bahagia rasanya saat diterima.

"Keluar, yuk, Bunda sama Ayah nyusulin gw kesini, sekalian mereka bicara sama Mama dan Tante lo...!"

Aku mengajak Prilly keluar dari kamar karna bunda dan ayah menyusulku kesini untuk bicara pada Mama Prilly dan Tante Oni yang tinggal menemani Mamanya.

#############

Prilly Pov

Akhirnya pernikahan kami diselenggarakan secara sederhana dirumah yang kami tinggali. Disaksikan tetangga dan ketua RT disana aku resmi menjadi isteri dari suami kakakku sendiri.

Takdir membawaku menjadi isteri dari Ali suami kakakku sendiri yang sedang koma karena kecelakaan.

Aku mau dinikahinya karna mertua kakakku,Bundanya Ali memaksa untuk menikahkanku dengan alasan karena aku tinggal bersamanya.

Aku mau dinikahinya karna Caca yang kusayang dan tak mungkin berpisah dengannya.

"Ayo, cium tangan suamimu,Pril...!"

Mama menyuruhku mencium tangan Ali.

"Li, cium kening isterimu...!"

Aduh Bunda kenapa jadi begini.

Jantungku rasanya nyeri tak karuan ketika menyentuh tangannya untuk dicium pertama kali sebagai suami dan isteri. Saat bibirnya mendarat dikeningkupun seperti ada bunga bunga dikepalaku.

Maafkan aku A' Shanaz.

Kenapa saat dia tertidur, aku justru mengambil suaminya?

Ah, sudahlah Pril, kamu disini juga sedang berkorban,seharusnya kau bisa mendapatkan seseorang yang lebih daripada pria yang punya anak dan istri yang sedang koma.

Bersalaman dengan tetangga dan keluarga terdekat kami kelihatan bahagia. Sesekali kami saling melirik. Hmmm...sebenarnya kakak iparku eh, suamiku ganteng ya,coba liat matanya memiliki tatapan tajam, hidungnya mancung, alisnya tebal, bulu matanya lentik, bibirnya hmm...hampir saja aku rasanya ingin memukul kepalaku.

Kulirik lagi Ali yang berada disebelahku. Ternyata dia juga sedang melirikku juga sambil tersenyum tak melepaskan pandangannya.

"Kenapa sih, A...?"

Aku jengah ditatapnya begitu.

"Lo, cantik...!"

Dia berbicara mendekatkan wajahnya ketelingaku.

"Ehhhh....!"

Aku menjauhkan kepalaku dari wajahnya. Wajahku menghangat.

"Ma...maaa....!"

Susi mendekat sambil menggendong Caca.

"Eyy...cayangnya Mama,cinii...!"

Aku mengambil Caca dari Susi.

"Pa...paaa...!"

"Iyaa...Papa disini...!"

Ali berdiri dibelakangku sambil menyentil dagu Caca yang mendongak kearahnya. Caca melonjak-lonjak menginjak perutku membuat aku terhuyung kebelakang ditahan oleh Ali dengan kedua tangannya menahan bahuku,punggungku menyandar didadanya.

"Ihh Caca, cakit perut Mama Ca...!"

Ali malah menaruh dagunya dikepalaku sambil melongok Caca maksutnya. Aduh rasanya malu dilihat orang.

"Sus...Cacanya ambil dulu...mama papanya lagi sibuk!!"

Bunda menyuruh Susi mengambil Caca.

"Nggak papa sus,siapin Sebotol Susu aja dia ngantuk...!"

Aku melihat Caca menguap.

"Gw kekamar dulu ya A...!"

"E...eh..sama suami gw gw gak sopan...!"

Mama tiba-tiba menyelaku. Duh, Mama ih kenapa ngatur kaya gitu segala,bukannya Mama sudah tau pernikahan ini hanya untuk Caca.

"Aku kekamar ya A...!"

Aku mengulang pamitku. Dan menggendong Caca menuju kamarku.

"Eh, Pril...mulai sekarang kamu tidurnya sama-sama Ali dan Caca dikamar Ali."

"Bun, tapiii...."

"Jangan tapi...tapi...biar kamu mudah ngawasin Caca!"

########

Author Pov

Prilly masuk kekamar Ali dimana ada box Caca disitu diiringi Susi.

"Mba Sus,aku mau ganti baju sama mandi dulu tolong pegang Caca tapi ditepuk-tepuk punggungnya ya seperti aku biasanya boboin dia...!"

"Ya Mbak..!"

Prilly membuka kebaya putih dan acsesoris dikepalanya. Melilitkan tubuhnya dengan handuk sebelum masuk kamar mandi ia membersihkan wajah terlebih dahulu.

Keluar dari kamar mandi Susi sudah tidak ada. Prilly melempar handuk yang melilit tubuhnya ketempat tidur. Memakai body lotion yang diambil dari tasnya. Duduk ditepi tempat tidur hanya menggunakan bra dan underware hitam. Gaun tidur yang diberikan Mamanya tadi ia terawang didepan wajahnya...berwarna putih dengan leher agak rendah,pasti kalau dipakai diatas lutut. Prilly berdiri membelakangi Pintu dan memasangnya pelan. Mematut diri dicermin.

'Hmm seksi...!'

Prilly tersenyum kecut. Sebenarnya buat apa sih berpakaian seksi begini. Kan mereka sudah berjanji tak saling menyentuh. Prilly memijit keningnya sambil tersenyum dengan wajah memerah.

Aktifitas Prilly didalam kamar tertangkap mata Ali yang pada saat itu ingin masuk kekamar karna dipaksa beristirahat oleh Mama Prilly dan Bundanya.

Mendorong pelan pintu kamar yang terbuka sedikit takut membangunkan Caca yang sedang tidur, Ali terpaku melihat pemandangan didepannya. Prilly sedang mengusap body lotion keseluruh tubuhnya tanpa menyadari Ali melihatnya.

Tubuh mungil yang indah, mulus dan polos yang sekarang ada didepan mata Ali membuat darah Ali mengalir lebih cepat.

Saat Prilly berdiri membelakangi pintu dan memakai bajunya Ali mengurungkan niat masuk kamar dan berdiri kaku didepan pintu. Antara jadi masuk atau tidak.

'Tuhan....tolong hambamu supaya tahan dengan godaan ini!!!'

Tok.tok.tok.

Ali mengetuk pintu kamar dengan dada berdebar. Pintu terbuka Ali menahan nafasnya melihat Prilly begitu segar dengan rambut basah dan selimut melilit tubuhnya. Baju tidur yang dipakainya tadi, yang tanpa disadari Prilly telah dilihat Ali sekarang tertutup selimut. Ali tersenyum.

"Udah mandi aja..! Siap tidur rupanya?"

Prilly membuka lebar pintu kamar berusaha tak menatap Ali karna ia merasa canggung. Prilly berbalik menuju box Caca yang tertidur lelap. Ali berjalan menuju kamar mandi.

Melihat Ali masuk kamar mandi cepat-cepat Prilly melompat ketempat tidur dan membungkus dirinya sampai leher dengan selimut yang tadi sengaja dililitkan ketubuhnya ketika membukakan Ali pintu.Prilly malu kalau dilihat Ali berpakaian seksi begitu, ntar dikira menggoda.

Prilly sebenarnya merasa aneh, kenapa Ali mengetuk pintu padahal pintu tidak dikunci dan biasanya juga Ali masuk-masuk aja tanpa mengetuk.

Tak lama, Prilly mendengar pintu kamar mandi dibuka, Prilly cepat menutup matanya pura-pura tidur. Dari balik selimut Prilly melihat Ali keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit dipinggang dengan rambut basah, dengan dada bidang yang terbuka dan basah. Prilly menggigit bibirnya.

Prilly memejamkan mata ketika melihat Ali melempar handuknya keranjang dan mengambil baju didalam lemari hanya menggunakan boxer dan memasang kaosnya.

'Ya Tuhan, sepertinya besok aku harus tidur dikamarku sendiri, kuatkan aku ya Allah!!'

Prilly merasakan tubuh Ali sudah menaiki tempat tidur dan merebahkan diri disebelahnya yang terhalang guling. Prilly memundurkan diri jengah dengan mata terpejam.

BUKKKK!!!

Oh My God.

Prilly jatuh dari tempat tidur karena tak sadar ia mundur terlalu ketepi . Ali langsung terduduk bangun.

"Ya ampun Mamaaa, kenapa sih??"

Ali turun dari tempat tidur dan menghampiri Prilly yang tergolek dilantai terlilit selimutnya.

"Papaaa, bantuin aku nggak bisa bangunnn!!"

Ali ingin tertawa melihat Prilly tak bisa bergerak didalam selimut yang melilitnya.

Ali mengangkat tubuh Prilly kembali keatas. Terinjak selimut Ali malah jatuh keatas tubuh Prilly ketika Prilly sudah berhasil dikembalikan ketempat tidur.

Sedetik.

dua detik.

tiga detik.

Jantung mereka rasanya sudah berhenti berdetak.

Prilly tak bisa menghindari wajah Ali yang sudah mendarat diwajahnya.

Ali segera berdiri meluruskan badan.

'Ingat perjanjian Ali...!'

Batin Ali menepis.

"Makanya kamu jangan terlalu mundur-mundur, takut banget sih isteriku?"

Prilly bersemu merah mendengar kata isteri, apalagi tadi Ali menyebutnya Mama dan dibalasnya pula dengan memanggil Papa. Ya ampun, sudah gila ya Pril. Prilly tak kalah membatin.

"Humaira...humaira...!!"

Ali beranjak menuju kembali tempatnya disebelah Prilly.

"Siapa Humaira??"

Prilly mengerutkan kening,tak senang hati. Ali menyebut Humaira. Wanita mana lagi itu?

"Jangan cemburu,Mama...Humaira itu dalam bahasa arab pipi yang kemerahan...itu panggilan sayangnya Nabi pada isterinya Aisyah yang pipinya kemerahan...ciyeee...!!"

Ali tertawa keras apalagi melihat Prilly menarik selimut sampai menutupi wajahnya.

Ali menelentangkan badannya dan menatap langit-langit kamar.

'Salahkah bila rasanya lebih bahagia menikah saat ini daripada saat menikah dengan Shanaz?'

Ali menghela nafas mengingat Shanaz.

Maaf Shanaz...

Ali merasa miris mengingat, mengapa saat dia tertidur koma, justru Ali lebih merasakan bahagia yang lebih daripada dengannya? Berdosakah?

''Bangunlah Shanaz, jika memang pernikahan kami yang akan dilangsungkan ini salah...!"

Ali bicara disisi Shanaz dengan Prilly disampingnya sehari sebelum melangsungkan pernikahan.

"Jika A'a bangun,tugas i'i akan selesai A...A'a jangan kuatir!"

Prilly menambahkan dengan mata berkaca. Sebenarnya Ali nyeri mendengar ucapan Prilly tapi apa boleh buat. Mereka sudah berjanji.

"Aku minta maaf karna terkesan tak setia padamu, Naz, aku terpaksa untuk Caca...untuk anak kita...!"

Sesungguhnya Prilly pedih mendengarnya, tetapi memang begitulah kenyataannya, itu tak bisa disangkal.

Prilly menatap Ali yang menelentang menerawang. Berpikir apa yang sedang dipikirkan Ali. Apakah ia menyesal tak setia pada isterinya?

Prilly memejamkan mata ketika Ali memiringkan badan kearahnya. Tak berapa lama Prilly merasa pipinya dielus lembut.

"Good Night, Mama....!"

################
Banjarmasin, Juli 2015

Terima kasih ya sudah baca sekaligus memberi vote dan komen...

Repost

Republish, 11 April 2020
Tidak diedit, tidak direvisi

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top