Saat Dia Tertidur (14)
Author Pov
"Minta apa sih, Mama sayang??"
Ali mencium kepala Prilly yang ada dibawah lengannya.
"Minta es krim!"
Prilly mendongakkan kepala menatap Ali dengan pandangan mata memohon.
"Es krim? Subuh-subuh begini mau makan es krim, sayang?!"
Ali membelalakkan mata.
"Iyaaaaa!!!"
Prilly mengayun suaranya merayu Ali.
"Apa gak salah sayang minta es krim sekarang? Pagi gini tar perut kamu sakit, gak boleh!"
Ali merubah posisi tubuhnya memeluk Prilly dengan lengannya yang tadi terangkat karna Prilly menyusup dibawahnya. Prilly balas memeluk dengan menggeser tubuhnya lebih keatas,tangannya melingkari perut Ali. Dan Ketika lututnya tersentuh sesuatu dibawah perut Ali yang polos, Prilly menggeser tangannya dari perut Ali turun kebawah. Apa yang dilakukan Prilly membuat Ali menahan nafas hingga perutnya mengempes dan tubuh bagian bawah yang menegang karna disentuh.
"Ya udah, gak dikasih es krim minta ini aja!!"
Tanpa dijawab Ali, Prilly sudah menyusupkan kepalanya dibawah selimut, dan melakukan sesuatu disana.
Ali terpekik geli sekaligus nikmat merasakan tubuh bagian bawahnya dipermainkan, tangannya mencengkram kepala Prilly yang berada dibalik selimut dan menekannya ketika ketegangannya memuncak dan mengeluarkan titik titik cinta yang menderas kedalam mulut isterinya.
"O my good, darling, i love youuu!"
Ali menarik nafasnya yang tersengal.
Kepala Prilly keluar dari balik selimut dengan mulut belepotan percikan cinta yang diseka punggung tangannya, dan merayap naik kedada Ali.
"Enak es krimnya asin, nih cobain!"
Prilly mengecup bibir suaminya dengan tangan berada dibahunya, sementara Ali memeluk pinggang Prilly yang berada diatasnya itu.
"Kenapa??"
Prilly bertanya heran setelah ciumannya terlepas melihat Ali memandangnya dengan pandangan lain, seperti menggoda, seperti keheranan, seperti juga kepuasan.
"Aneh banget sih kamu sayang hari ini??"
Ali menatap Prilly sambil menyeka bibir isterinya yang masih basah.
"Kamu gak sukaaa ya, ilfil gituuu??"
Manjanya Prilly makin menjadi, Prilly membenamkan wajahnya ke atas bahu Ali dengan wajah cemberut.
"Enggak kok,kamu mau ngapain juga, kentut sekalipun didepan aku, aku tetep cinta sama kamu, sumpah!!"
Prilly memukul bahu Ali.
"Terusss,kenapa ngeliatinnya kaya gitu cii, kan aku jadi malu??"
Prilly masih menyembunyikan wajahnya dengan membenamkannya masih diatas bahu Ali.
"Aku penasaran sayang, kenapa kamu manjanya luar biasa banget hari ini,minta yang iya iya aja lagi, padahal katanya sakit, lemes, abis muntah-mun....!!"
Ali tercekat sendiri memotong kalimatnya.
"Kenapa?"
Prilly keheranan melihat ekspresi Ali yang jadi senyum-senyum tak jelas. Prilly duduk sambil menatap Ali.
"Kamu belum haid ya bulan ini, kayaknya aku gak pernah ditolak karna haid bulan ini?"
Ali menurun naikkan alisnya.
"Oh iya tanggal berapa sih ini,sayang..?"
Prilly melirik kalender meja disamping lampu tidur.
"9....!"
"Telat semingguan, biasanya aku awal bulan haidnya, tanggal gajian, aku dapat jatah uang belanja kamu malah gak dapat jatah 'itu'.."
Prilly menutup mulutnya geli.
"Sini Mama, Papa peluk!!"
Prilly keheranan kenapa tiba-tiba Ali merentangkan tangannya dengan raut wajah seperti ingin memanjakan.
"Siniiiii...!"
Ali menarik Prilly dalam pelukan dan menyandarkan kepala Prilly ke dada bidangnya yang polos. Ali mencium peilpis Prilly.
"Kamu mungkin sedang hamil, lagi ngidam, sayang!"
Ali mengelus pipi Prilly.
"Hamil? Benarkah??"
Prilly mendongakkan kepalanya menatap Ali, Ali mengangguk dan sekilas mencium bibirnya.
"Dulu Shanaz juga kaya gini ya, waktu hamil Caca, minta es krim?"
Prilly mulai cemburu kalau-kalau Shanaz juga melakukan hal sama sepertinya tadi, makanya Ali bisa menyimpulkan kalau dia sedang hamil.
"Ihhh,kenapa kaya gitu? Enggaklah, Shanaz gak manja kaya kamu, dia malah jauhin aku, katanya gak tahan nyium bauku, mau udah mandi apalagi belum mandi,"
Ali menyentil kening Prilly.
"Kok gitu dia, padahal aku doyan, sini cium lagi keteknyaaaa!"
Prilly menyentuhkan ujung hidungnya keketek Ali dan menjauhkan wajahnya sambil memejamkan mata seakan menikmati aroma ketiak Ali yang aromanya membuat hidungnya menagih.
Ali memencet hidung Prilly gemas melihat ekspresi isterinya saat mencium ketiaknya.
"Aku mau cium ketek kamu juga, siniii!"
ALi mengangkat tangan Prilly dan mencium ketiaknya dengan ujung hidungnya dan secepat kilat bergeser kedada isterinya, kali ini bukan ujung hidung yang singgah disana tetapi ujung bibirnya yang bergerilya membuat Prilly menggelinjang antara geli dan gairah.
##########
"Den Ali, ini tes packnya!"
Ali membuka pintu kamar nampak Mba Susi memberikan sebuah tes pack dan sebuah wadah kecil yang dibeli dari apotik.
"Makasih ya Mbak Sus, tolong Caca ya...!"
Ali langsung masuk kembali kekamar dan sempat mendengar teriakan Susi.
"Cihuyy,Caca mau punya dedek...!!"
Terdengar tawa Caca.
"Ayo sayang dites dulu!"
"Gimana caranya?"
"Tampung urine kamu dulu baru celupin ini sayang!!"
Ali membukakan test pack dan memberikannya pada Prilly. Prilly masuk kekamar mandi sementara Ali mondar mandir didepan pintu kamar mandi sambil melongok kedalamnya karna pintu tak dikunci Prilly dan sedikit terbuka. Tak lama Prilly keluar dengan membawa test pack yang sudah dicelupkan kedalam urinenya.
"Gimana?"
Ali melihat hasil test pack.
"Garisnya dua!"
"Positif. Yeayyy!"
Ali mengangkat tubuh Prilly, menahan bokong Prilly dengan kedua lengannya yang menyatu. Wajah Prilly berada diatas wajahnya tangan Prilly melingkar dilehernya. Ali Mengecup bibirnya singkat dan menurunkan Prilly kembali yang masih menggantungkan tangannya dibahu Ali.
"Kamu seneng??!"
Prilly menatap ragu.
"Seneng banget, Caca bakal punya temennya!"
Ali memeluk Prilly dan mencium puncak kepalanya berulang kali.
"Heii, kenapa Mama?"
Ali menangkup Pipi Prilly ketika dilihatnya airmata Prilly justru meleleh.
"Aku seneng, ternyata aku bisa hamil juga, Papa...!"
Prilly menarik air yang mengalir dari hidungnya.
"Memangnya kenapa sih,? Kenapa berpikiran gak bisa hamil, sayang!"
Ali menyeka airmata Prilly dengan ibu jarinya.
"Shanaz sebulan aja udah jadi, aku enam bulan baru jadi, gak subur banget cii akunya Pa!"
Prilly berkata dengan nada cemburu.
"Eyy, aku gak suka ya apa-apa kamu bandingin dirimu sama Shanaz, kamu itu hanya kecapean ngurus Caca dan aku, darling, kamu juga terlalu mikirin Shanaz!"
Ali mengusap dahi Prilly dengan ibu jarinya.
"Emang kamu gak mikirin dia?"
Prilly menyentil hidung Ali.
"Enggaklah, otak aku udah dipenuhin kamu, gak ada tempat lagi buat dia, hati aku udah gak muat buat siapa-siapa lagi kecuali kamu, sayang!"
Ali balik menyentil hidung Prilly dan memeluknya. Mengusap punggungnya menenangkan.
"Walaupun hanya sekedar berpikir gimana jika dia bangun dari tidurnya?"
Prilly masih tak tenang.
"Aku gak mikirin itu lagi, beneran!"
Ali mengelus kepala Prilly.
Prilly memejamkan matanya merasakan peluk hangat Ali, berusaha tenang walaupun ia tetap tak tenang. Berusaha senang walaupun tak sepenuhnya merasakan bahagia karna pikirannya masih pada Shanaz yang terbaring koma. Bagaimana jika Shanaz bangun dan menadapati dirinya sedang hamil anak dari suaminya?
"Kamu jangan mikir yang macem-macem ya,sayang, aku janji selalu ada buat kamu!"
Prilly mengangguk-angguk didada Ali.
##########
Prilly Pov
"Kalau dihitung dari haid terakhirnya Mbak Prilly, kehamilannya ini hampir tiga minggu, masih sangat muda dan rentan sekali, jangan stress ya Mbak, rileks aja!"
Dokter Laily,dokter kandungan perempuan yang dipilih Ali untuk memeriksa dan meyakinkan kehamilanku.
Sekarang kami sudah tambah yakin, aku mengandung buah cinta kami. Bahagia campur haru kami rasakan saat ini.
"Aciikkk...nya Dedee!"
Caca menyambut Ali dan aku dirumah dalam gendongan Susi sambil bertepuk tangan kesenangan akan punya adik.
"Caca seneng??"
Ali mengambil Caca dari gendongan Susi.
"Ceneng..! "
Caca menjawab riang, aku mencubit Pipinya.
"Caca jangan minta gendong Mama dulu ya, sayang, gendong sama Papa aja!"
Ali mulai protective. Caca mengangguk sambil menepuk pipi Ali.
"Ca yum de...!"
Caca menunjuk perutku, maksutnya mau mencium dede diperutku. Ali tertawa sambil membungkukkan badan mengarahkan wajah Caca keperutku.
"Ca 'yang de!"
Caca mencium perutku, aku mengusap kepala Caca.
"Dede juga cayang Caca!"
Aku menunduk mencium pipi Caca.
"Caca bobo dulu ya sama Papa!"
Ali mencium Caca,membawanya kedalam kamar dengan tangan kiri menahan tubuh Caca dan tangan kanan merengkuh bahuku.
"Selamat ya Mbak Prilly!"
Sebelum masuk kamar aku mendapat ucapan selamat dari Susi.
"Makasih Mbak Susi, anak asuh Mba Susi jadi nambah ya..!"
Aku tersenyum pada Mbak Susi.
"Siap, mbak!!"
Susi mengangguk senang.
Aku sangat bahagia bisa mengandung buah cintaku dan Ali, meskipun masih ada ketakutan dalam hatiku. Aku mencoba tenang seperti Ali. Tidak memikirkan apakah Shanaz akan bangun atau tidak? Meyakinkan diri,meskipun Shanaz bangun sekalipun Ali takkan melupakan janjinya untuk tetap mencintaiku.
"Hallo anak Papa! Mau minta Papa belikan makanan apa, sayang?"
Ali mengelus perutku sambil menciumnya. Aku mengelus rambutnya.
"Minta cium aja, Papa!!"
Aku menjawab dengan senyum simpul.
"Mamanya apa dede nih yang minta cium!"
Ali mengangkat wajahnya dari perutku, dan Mendekatkan wajahnya kewajahku.
"Kelihatannya Mama apa Dede, Ya?"
Prilly bertanya sambil memutar bola matanya.
"Dengan senang hati, Mama!"
Ali tersenyum geli mengartikan sendiri kalau si Mama yang minta cium.
Ali mencium bibirku lembut dan seperti biasa sangat melelapkan. Menatap matanya yang memenjarakan mataku kedalam pesonanya selalu membuat aku terlena. Sungguh aku takkan mampu bila tanpanya.
Aku melepas ciuman Ali dan menghempaskan kepalaku kebantal ketika bayangan Shanaz melintas diotakku.
"Kenapa?"
Ali mengelus kepalaku. Aku menggeleng.
"Kamu jadi melankolis ya,apa-apa nangis, sayang!"
Ali menghapus airmataku yang tiba-tiba meleleh. Entah kenapa tiba-tiba aku merasa takut?
"Takut, ini lebih dari itu, sayang, gak tau kenapa?!"
Aku mengeluh manja pada Ali dan dibalas pelukan yang menenangkan olehnya.
"Kamu hanya menjadi terlalu sensitif karna hamil, Mama!"
Ali mengecup kepalaku.
"Ya udah sekarang minta!"
Aku membuka tanganku seperti anak kecil meminta sesuatu pada orang tuanya.
"Minta apa?"
Ali menggigit bibir bawahnya dengan senyum jenaka.
"Es Krim!"
Aku mencubit perutnya. Ali tergelak tak tahan. Ampun ya ngidamku membuat Ali menang terus. Dia gak boleh masuk dulu soalnya, kehamilanku terlalu muda sedangkan dia terlalu kuat.
Drrrttt....drrrttt...drrttt...
(Suara telpon Ali bergetar sekaligus berbunyi)
"Bentar ya sayang!"
Ali meraih handphonenya yang berada disebelah lampu tidur samping tempat tidur kami.
"Hallo...!"
"......"
"Iya malam,"
"......"
"betul Mbak, ini Ali suaminya!"
"......."
"Benarkah?"
Wajah Ali kulihat mulai berubah sambil menatapku. Aku balas menatapnya dengan perasaan yang seketika tak enak.
"......."
"Baik, terima kasih infonya ya mba...!"
"........"
"Ya, selamat malam!"
Ali melemparkan handphonenya ketempatnya semula. Dia mendekatiku kembali yang duduk menyandar dengan bantal dikepala ranjang. Dia mencium keningku dan membawaku dalam dekapnya.
"Ingat ya, apapun yang terjadi, aku tetap akan mencintaimu!!"
##############
Banjarmasin, Juli 2015
Republish, 11 April 2020
Tidak diedit, tidak direvisi
Terima Kasih telah menunggu, membaca, memberi vote dan komennya, maaf ya tak bermaksut terlalu vulgar tapi begitulah ngidamnya mama ii, membuat papa aa menang banyak...:)
Mmuach dari Caca ...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top