Saat Dia Tertidur (13)
Ali Pov
"Barusan aja mereka pergi Li...!"
Ucapan Mama mertuaku mengandaskan harapanku untuk segera bertemu Prilly dan Caca yang sangat kurindukan.
Ketiadaan Mereka berdua dirumah telah membuat tidurku tak nyenyak,makanku tak enak dan pekerjaanku kacau karna sering melamunkan mereka.
Setiap pulang kerumah hatiku hampa dan tak bersemangat mengingat tak ada senyum Prilly dan celoteh Caca menyambut kedatanganku.
"Mereka kemana,Ma?"
Aku duduk diteras melepas lelah sejenak mengobrol dengan Mama mertuaku.
"Prilly bilang tadi ke Mall mengajak Caca main, Li, barusan taxinya keluar dari sini tapi belok kanan,kamukan masuk dari kiri jadi selisih jalan aja !"
Aku sedikit lega karna mereka ternyata hanya main ke Mall bukan pergi selamanya kesuatu tempat. Kalau tidak,aku bisa tambah kacau.
"Mereka baik-baik aja kan, Ma?"
Aku mencoba menanyakan keadaan isteri dan anakku.
"Baik kok, Li, cuma memang tiap hari Caca nanyain kamu."
Mertuaku menoleh sambil menatapku dengan pandangan sedih.
"Prilly, Ma?"
Aku bertanya ragu menatap Mama Prilly.
"Baik juga, dia sudah sedikit tenang walaupun banyak melamun,bagaimana dengan kamu sendiri,sekarang sudah tenang?!"
Mama Prilly menjawab sekaligus bertanya sambil tersenyum getir.
"Ali kacau Ma, Ali ternyata gak bisa tanpa mereka!"
Aku mengusap wajahku perlahan.
"Mama juga minta maaf ya,Li,kami tak bermaksut mendukung sikap Shanaz, tak ada orang tua yang menginginkan anaknya punya rencana seperti itu dalam memutuskan hidup berumah tangga!"
Mama mertuaku menunduk terlihat menyesal.
"Maafin Ali juga Ma, Ali emosi, seharusnya Ali menyadari dari awal semua kejadian ini bukan salah Mama ataupun Prilly tetapi salah Shanaz sepenuhnya!"
"Mama terima saja jika Ali melakukan apapun pada Shanaz jika dia sadar dari komanya!"
Aku menghela nafas, bahkan aku sekarang tak ingin dia sadar untuk selamanya. Apakah aku jahat?
"Ali justru gak mikirin dia, Ma, Ali hanya mikirin Prilly dan Caca, apa Mama tidak keberatan?"
Aku menoleh Mama mertuaku.
"Enggak sama sekali, Prilly lebih pantas untukmu, Caca lebih pantas bersamanya, mereka lebih pantas menjadi kebahagiaanmu, walaupun Mama tetap menyayangi Shanaz karna dia tetap anak Mama,Li!"
Mama mertuaku menitikkan airmata.
"Sudahlah Ma, Maafin Ali ya Ma!"
Aku meraih dan mencium tangan Mama mertuaku yang mengangguk menyeka airmatanya.
"Ali mau nunggu Prilly disini atau menyusul ke Mall?"
Mama mertuaku bertanya menyadarkan aku kembali ketujuan semula datang kerumahnya.
"Ali nyusul mereka aja ya Ma,udah gak tahan pingin ketemu, kangen Caca!"
Aku menjawab sambil menambahkan dalam hati kalau aku kangen Prilly juga.
"Gak kangen Prilly?"
Mama mertuaku memiringkan kepalanya sambil tersenyum. Aku tersenyum sedikit malu seperti ketahuan munafiknya hanya bilang kangen Caca.
"Iyalah Ma,banget...!"
Akhirnya aku mengakui rasa rinduku pada Prilly yang sudah tak tertahankan lagi.
Pamit sama Mama,aku melajukan mobilku ke Mall yang dimaksut beliau. Walaupun Mall itu cukup besar dan bertingkat 4 tapi aku mudah saja menemukan mereka,aku tinggal mendatangi Time Zone atau tempat main anak-anak dan yakin bisa menemukan mereka.
Aku memang tak menelpon Prilly karna masih bingung apa yang harus aku bicarakan padanya. Karna kami perlu bicara langsung bukan lewat telpon.
Aku melihat Prilly sedang bermain dikolam bola bersama Caca. Aku melihat ada guratan lelah dan sedih dimatanya walaupun didepan Caca dia tertawa berusaha menyenangkan hati Caca. Aku menunggu tanpa sepengetahuan mereka begitupun Susi yang kulihat menatap sedih kearah Prilly dan Caca bermain. Susi sudah menjadi baby sister Caca sejak Caca baru lahir. Shanaz mencari baby sister jauh-jauh hari hingga pada saat Caca lahir baby sister sudah siap.
Ketika mereka keluar dari kolam mandi bola Caca sudah disambut Susi yang memasangkan sepatunya sementara Prilly mengambil sandalnya. Aku mendekati Caca yang tak sengaja mengangkat kepala dan bertemu pandang denganku.
"Papaaaaaa!"
"Caca sayangnya Papa!"
Caca lari menghampiriku dengan suka citanya, aku langsung menggendongnya dan menangis terharu melihat anakku yang tak mengerti aku menolaknya waktu itu.
"Papa,ngis!"
Caca menyentuh mataku yang basah.
"Papa kangen Caca! Caca kangen Papa gak?"
Aku menatap anakku yang berwajah polos memegang wajahku.
"Anen Papa!"
Caca mencium ujung hidungku dan aku mencium pipi chubbynya.
"Mamaaa...ciniiiii!"
Caca melambai-lambaikan tangannya pada Prilly. Prilly kelihatan ragu untuk mendekati kami.
"Ciniiiiii Maaaaa!"
Caca mulai berteriak. Aku berinisiatif mendekati Prilly karna sedikitpun Prilly tak bergerak dari tempatnya berdiri. Caca menggapaikan tangannya berpindah kegendongan Prilly. Tersentuh tangannya aku rasanya kembali berdesir. Aku menatapnya dengan rindu yang sangat menggumpal didalam dadaku.
"Papa!"
Aku mengangkat tangan mengambil tangan Caca yang ingin menggapai tanganku, Caca mengangkat tanganku dengan susah payah menyentuhkan kewajah Prilly.
"Papa anen ma Mama! Mama 'yang Papa!"
Aku terharu dengan kepekaan anakku pada kami. Aku tertawa dengan mata berkaca begitu juga Prilly.
Ketika Susi yang tak kalah peka mengambil Caca dari gendongan Prilly, kami hanya terpaku saling menatap rindu. Kulihat dalam mata Prilly yang mengabut penuh rindu yang tertutup sendu diwajah cantiknya.
Seperti diremote kami saling mendekat dan saling memeluk erat. Kucium ujung kepalanya yang wanginya merasuki rongga dadaku.
"Mana janjimu untuk berjuang tetap menyatukan hati kita!!!"
Aku melepas pelukan sambil tetap rapat memeluk pinggangnya menuntut janji yang pernah aku minta padanya, dalam keadaan apapun tetap harus berjuang menyatukan hati kami. Janji hati tanpa merpati.
"Kamu tak mencoba menahan langkahku ketika meninggalkan rumah!"
Prilly menatap sedih.
"Aku tak memintamu pergi!"
Aku balik menatapnya sendu.
"Tapi kamu gak nahan aku!"
"Aku minta maaf!"
Aku mengelus wajahnya yang sayu.
"Aku yang salah, tak mampu menceritakan apapun yang aku tau tentang Shanaz!"
Prilly memegang tanganku yang masih dipipinya.
"Enggak, kamu gak salah, aku yang terlalu emosi, membiarkan kekecewaan menguasai pikiranku, tak seharusnya aku menyeret kamu dan Caca dengan kesalahan yang tidak kalian lakukan, aku egois, maafin aku sayang!"
Prilly tak menjawab,hanya menyelipkan tangannya dipunggungku, memeluk erat tanpa suara dan aku mendekapnya hangat.
"I miss you so bad,darl!"
Aku berbisik ditelinganya. Mengusap punggungnya perlahan. Menyalurkan rasa rindu yang teramat sangat.
"Kita diliatin orang, pulang yukk...!"
Aku melepas pelukan melirik sekitarku. Sebenarnya aku tak peduli tatapan aneh orang-orang disekitar tempat bermain itu. Aku hanya mau membawa Prilly pulang kerumah melepas rindu sepuas hati kami.
Memeluk bahunya erat, kami melangkah diiringi Susi yang menggendong Caca. Ketika aku mau mengambil Caca,Caca menolak.
"Papa ma Mama jaa!"
Aku mencubit pipinya. Tak habis pikir kenapa ia begitu cerdas dan pengertian sekali? Aku disuruh sama Mamanya aja sambil lagi-lagi tangannya memegang tanganku dan meletakkannya dibahu Prilly. Kami tertawa tertahan.
Kembali Aku memeluk bahu Prilly yang membalas dengan memeluk pinggangku. Aku menoleh padanya menyentuhkan hidungku keujung hidungnya.
#########
Author Pov
"Omaaa..Papaa Ca atang!"
Caca kesenangan masuk kedalam rumah omanya.
Mama Prilly tersenyum senang sambil mengangkat Caca.
"Trus Caca mau pulang dong,Oma ditinggal lagi cendilian??"
"Da o..m..a..oni!"
Caca menunjuk Tante Oni adik Mama Prilly yang tinggal dirumah itu. Merekapun tertawa dengan kelucuan Caca.
Akhirnya Setelah berpamitan pada mertuanya, Ali memboyong Prilly dan Caca kembali kerumah. Suasana yang tadinya sedikit canggung kini mulai mencair. Didalam mobil Ali dan Prilly terus saling melirik sambil tersenyum. Tangan Ali berulang kali mengelus kepala Prilly dan saat dilampu merah sempat-sempatnya menarik dan mencium puncak kepalanya.
Susi mendapatkan tontonan romantis gratis didepannya sambil senyum-senyum.
"Caca 'yang Mama, Caca 'yang Papa...!"
Caca sesekali berdiri diantara mereka sambil mencium pipi Ali dan Prilly bergantian. Dan dibalas Ali dan Prilly bersamaan.
Akhirnya Caca menyerah lelah dipangkuan Prilly, ketika sampai dirumah, segera Ali mengambil Caca yang tertidur dari pangkuan Prilly sebelum Prilly keluar dari mobil.
Bi Sinah membukakan pintu, Ali sengaja minta Bi Sinah menginap karna Ali bilang mau menjemput Prilly dan Caca hari ini. Bi Sinah berpelukan dengan bahagia bersama Susi. Sepertinya mereka juga saling rindu atau ikut bahagia Prilly dan Caca kembali.
Ali menaruh Caca diboxnya. Prilly membuka kunci pagarnya boxnya melepas sepatu dan baju Caca hingga Caca hanya menggunakan baju dalam dan memasang popoknya. Caca kalau sehari-hari sudah belajar tidak menggunakan popok tetapi kalau tidur, Prilly masih memakaikannya.
Ketika Prilly berbalik dari box Caca, Prilly cukup kaget melihat Ali berdiri dibelakangnya,bukankah tadi Ali masuk kamar mandi?
"Kangen sama Mama!"
Mata Prilly berkedip-kedip tertusuk tatapan mata Ali yang membius.
"Maafin aku ya sayang!"
Ali mengecup kening Prilly lama-lama.
"Mau sampai kapan sih Pa?"
Prilly bertanya sambil menengadah sampai hidung Ali dari kening tergeser kehidungnya ketika Ali tidak juga berhenti mencium keningnya dalam-dalam.
"Sampai kangen yang tiga hari terbayar,satu hari satu jam!"
Ali membenamkan wajah Prilly didadanya. Menempelkan dahi dan hidungnya dipuncak kepala Prilly.
Prilly tertawa kecil mendengarnya.
"Itung-itungan banget sih,berarti kalau 3hr jadinya 3jam dong?"
Prilly tersenyum geli memejamkan mata didada Ali sambil menekuk sebelah kakinya.
"Iya, 3jam, Mama...!"
Ali ikut memejamkan mata.
"Ihh aku cape, aku pegel, Papa!"
Prilly merengek manja.
"Ya udah kita pindah tempat!"
Ali menggendong Prilly dan melepaskannya ditempat tidur dan menindihnya.
"Sebenarnya kamu ngangenin apa sih dari aku,yang ginian aja emangnya?"
Prilly melingkarkan tangannya dileher Ali yang sekarang ada diatas tubuhnya.
"Ngangenin semuanya,sayang!"
"Kangen matamu yang melotot kalau lagi marah,mmuach..!"
"Kangen hidungmu kalau lagi goda aku ya hidungnya dikerutin,mmuach..!"
"Kangen bibirnya cemberut kalau lagi cemburu,mmuach..!"
"Kangen manjanya kamu yang seringnya ngalah-ngalahin Caca!"
"Kangen, tiap malam gak ada lagi yang tidur dibawah ketekku,senengannya kamukan, bawah lenganku kosong ni 3malam...!"
Prilly tertawa dengan ayat-ayat panjang Ali.
"Tu kan darling,banyak yang aku kangenin dari kamu,kamu belum tentu segitu banyaknya alasan kangennya!! Iyakan?"
Ali membenamkan kepalanya diatas bahu Prilly.
"Aku kangen mata kamu yang membiusku,darl,sini liat!"
Prilly mengangkat kepala Ali dari bahunya dan mencium matanya yang selalu membiusnya.
"Kangen idungnya yang bisa gerak-gerak bareng ama telinganya..!" Prilly mencium ujung hidung Ali.
"Kangen bibirnya,kalau nyium aku sangat melelapkan...!" Prilly mencium sudut bibir Ali.
"Kangen, Gak ada yang nindihin aku kayak gini...!"
Prilly tertawa tertahan.
"Ternyata aku memang gak bisa tanpa kamu,Mama, aku lesu tanpamu, gak ada gairah hidup!"
Ali mengelus wajah Prilly.
"Aku juga Papa,hari ini aku lemes terus, ngelamunin kamu dan Caca juga selalu ngingatin karna ngajak ketemu kamu terus!"
Prilly balas mengelus wajah Ali.
"Jangan tinggalin aku lagi ya, gak boleh, ditahan apa enggak,apapun itu kamu gak boleh keluar dari sini ya!"
Prilly mengangguk membalas tatap mata Ali yang mulai sayu. Bibir Ali mendekat kebibir Prilly,menciumnya dengan tekanan dan Prilly membalasnya dengan mengangkat sedikit kepalanya agar bisa lebih kuat menyatu. Menikmati ciuman Ali tangan Prilly bergerak membuka kancing baju, terlebih Ali,tangannya sudah bergerak masuk kedalam baju berbahan dasar Sifon yang belum sempat Prilly ganti. Bergerak mengelus punggung mulus isterinya dan mencoba membuka pengait bra. Menaikkan baju Prilly sampai lehernya,tangannya menarik bra hingga terlepas,bibirnya perlahan menyentuh ujung dada Prilly yang berwarna kecoklatan yang kontras dengan kulit mulus dan putihnya. Tubuh Prilly rasanya terbakar gairah sama dengan tubuh Ali yang menegang. Perlahan tapi pasti dengan mata yang saling menatap penuh cinta penyatuan atas nama rindu ini tiba pada puncaknya.
Ali mengerang membenamkan wajahnya dibantal diatas kepala Prilly,sedangkan Prilly menggigit dada Ali dengan tubuh mengejang berada dipuncaknya.
"Cintaaa Prillyyy!"
"Cintaaa Aliiii!"
Mereka berbisik bersahutan menormalkan nafas.
"Jangan tinggalin aku!"
Ali berbisik pelan ditelinga Prilly.
"Asal kamu jangan nyuruh aku ninggalin kamu!"
Prilly balas berbisik ditelinga Ali.
"Janji gak suka salah faham lagi sama aku!"
Prilly menyisir rambut Ali yang basah karna keringat dengan jarinya.
"Asal kamu bisa jaga diri kamu dan perasaan aku!"
Ali menyeka keringat didahi Prilly. Dan berguling kesampingnya.
"Aku mau nanya,boleh?"
Prilly menoleh Ali yang langsung menggenggam tangannya sambil menoleh Prilly.
" Nanya apa?"
Ali mengecup tangan Prilly yang digenggamnya.
"Apa....kamu cinta sama Shanaz?!"
Ali terlihat menerawang kelangit kamar. Cukup lama berpikir.
"Kalau gak bisa jawab gak papa, aku ngerti, dari awal aku memang bukan satu-satunya!"
Prilly memiringkan badannya menghadap Ali.
"Awal menikah dengannya aku tertarik padanya, dia cantik, energik dan cuek,itu yang membuat aku penasaran,aku belum tau apa perasaanku padanya dia sudah mendesak melamar dan aku merasa tertantang karna aku merasa tak pernah main-main!"
Ali memulai kalimatnya sambil menekan-nekan jarinya kepipi Prilly. Prilly memegang jarinya serius menatap Ali.
"Tapi Shanaz ternyata gak sehangat kamu,gak seperhatian kamu, gak telatenan kaya kamu dan gak cinta sama aku seperti kamu cinta sama aku!"
Ali mengusap rambut Prilly.
"Aku dekat sama kamu karna dia celaka dan koma,kalau dia tidak koma mungkin aku juga gak pernah ngerasain kasih sayang kamu dan gak pernah jatuh cinta!"
Ali mengelus pipi isterinya dengan punggung tangannya.
"Sekarang baru aku sadari perasaan aku sama kamu, dan perasaanku padanya berbeda, aku mencintaimu, sedangkan Shanaz tak pernah membuat aku jatuh cinta padanya!"
Ali melanjutkan sambil menghela nafas.
"Terbukti, karna dia punya rencana sendiri setelah pernikahan, dan aku menyadari semua ini adalah takdir kita, Shanaz hanya perantara untuk mempertemukan takdir kita, Bukankah rencana Allah itu indah buat kita,sayang?"
Prilly mengelus wajah Ali dengan telapak tangannya bersamaan dengan Ali mengucapkan kalimat itu.
"Jadi kesimpulannya,Pa?"
"Aku mencintai kamu,Ma dan kalau dengan Shanaz setidaknya saat ini aku tak merasakan apa-apa padanya!"
"Sungguh?"
"Sungguh,sayang!"
"Kalau Shanaz bangun kita bagaimana?"
"Aku tetap akan mencintaimu!"
Prilly menghela nafas. Dalam hatinya masih ada ketakutan. Apa yang akan terjadi saat Shanaz bangun? Bangunkah? Atau tidak untuk selamanya!
###########
Prilly Pov
Aku bangun dengan mata berkunang-kunang. Kupegang dahiku agak hangat. Badanku melemas. Tiba-tiba perutku seperti diaduk-aduk. Aku membuka selimut, tak peduli tubuhku polos tanpa pakaian aku lari kewastafel didepan kamar mandi memuntahkan isi perutku. Tapi tak ada yang keluar. Apa aku masuk angin? Kemarin ditempat Mama aku sudah mulai lemas, malas makan, dan hanya melamunkan Ali.
"Kenapa,Ma?"
Ali dengan kondisi sama tanpa sehelai benangpun ditubuhnya bergegas turun dari ranjang menghampiriku diwastafel,membantu memijit tengkukku,dan menyatukan rambutku yang tergerai berantakan dan mengikatnya dengat karet rambut yang ada dalam kaca diatas wastafel.
"Kamu,sakit?"
Ali menyentuh dahiku dengan punggung tangannya. Aku membuka kran air dan mencoba berkumur-kumur dengan menampung air ditelapak tanganku dengan merapatkan jari-jari dan membuat lekukan.
"Mungkin masuk angin, Pa!"
Aku memijit dahiku sambil berjalan dan Ali membimbingku kembali ketempat tidur.
Aku merebahkan tubuh lemasku kembali. Ali menyelimutiku. Dan ikut berbaring lagi disampingku.
"Pa, masuk kedalam selimut dong atau pake boxermu, jangan kasih pemandangan pagi kaya gitu...!"
Ali tertawa pelan sambil menutupi tubuhnya dengan selimut yang kupakai. Mencium keningku. Dan memberi morning kiss dibibirku.
"Ini udah jam 6 aku mau mandi dulu ya...!"
Ali bangun lagi dan duduk ditempat tidur.
"Tungguuuu....aku mau cium ketekmu,sayanggg,siniiiii!!"
Aku menarik lengan Ali dan membuka ketiaknya lantas mendekatkan kehidungku, Ali jadi geli ketika ujung hidungku menyentuh keteknya dan itu membuatnya merinding.
"Papa gak usah kerja ya, Mama sakittt!!"
Aku memeluk Ali manja dan masih berada dibawah ketiaknya.
"Iya deh,tapi Papa mandi dulu ya Mama sayang...!"
Ali ingin beranjak lagi.
"Eh,jangan nanti dulu, Mama lagi suka cium keteknya Papa habis bangun tidur,ciniii,cinii lagii Pa...!!"
Aku menarik lengannya. Ali memandangku aneh, tapi dia tetap menuruti membenamkan kepalaku dibawah ketiaknya sambil menerawang.
"Papaaaa,mintaaaa!"
Aku mulai merengek lagi.
"Minta apa, Mama sayang ?"
Ali mengeryitkan Alis melihat keanehanku. Akupun jadi merasa ada yang aneh juga pada diriku, banyak maunya dan kelewat manja.
'Ah, aku ini kenapa????'
##############
Banjarmasin, Juli 2015
Republish, 11 April 2020
Tidak diedit, tidak direvisi
Kenapa eh kenapa?
Trims ya udah pada kasih vote dan komen... senang sekali deh!
Salam sayang dari Papa aa sm Mama ii...dan mmuach dari Caca...
############
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top