Saat Dia Tertidur (12)

Author Pov

"Jangan-jangan kamu juga tak pernah cinta ya sama aku,kalian hanya mainin aku aja hah...iya??"

Prilly menurunkan Caca dari gendongannya,Caca memeluk kakinya masih menangis.

"Bicaramu sudah diluar akal sehat ya,A! Kamu lebih membiarkan setan merasuki pikiranmu!"

Prilly menunjuk kepalanya sendiri menatap nanar pada Ali. Ali terdiam tak menjawab.

"Kamu kira aku tak tertekan mengetahui kakakku sendiri berbuat tak pantas? Kalau aku boleh milih lebih baik aku tak tau apa-apa!"

Prilly menunjuk dadanya.

"Kamu pikir apa artinya setelah dua bulan menikah denganmu,aku mengijinkanmu melanggar perjanjian kita jika aku tak  cinta sama kamu!!"

Ujung telunjuknya tepat didada Ali.

"Itu hanya karna kamu memenuhi kewajibanmu sebagai isteri sama seperti Shanaz!"

Ali menjawab sambil menatap tepat dimanik mata Prilly.

"Berarti kamu yang tak pernah cinta sama aku,A,kalau kamu benar cinta sama aku kamu pasti ngerasain sebesar apa cinta aku sama kamu dan tulusnya aku mendampingi kamu..!"

Mata Prilly berkaca kecewa dengan apa yang didengarnya dari mulut Ali.

Ali hanya bungkam seribu bahasa.  Melihat kilatan kecewa dimata Prilly ingin ia mengatakan 'kamu salah,justru aku sangat mencintaimu,aku mengatakan itu karna sebenarnya tak ingin kehilangan cintamu..'

Tapi otak dan mulutnya ternyata tidak satu suara. Kekecewaan terhadap kenyataan Shanaz sejak awal hanya menginginkan status dan mempermainkan perkawinan mereka bahkan bermain api dengan mantan pacarnya membuat bara dikepalanya berkobar dahsyat apalagi ternyata Prilly mengetahuinya. Dia berani bertaruh,pria manapun takkan ada yang terima dengan kenyataan ini.

"Terserah kamu mau menilai apa,aku gak peduli ya,aku kecewa sama kamu,kecewa kamu udah gak jujur soal Shanaz,kecewa kamu udah mau nutupin salahnya dari aku,yang artinya kamu dukung dia berbuat salah...!!"

Ali menatap Prilly dengan tatapan kecewa dan luka yang mendalam. Tak menyangka Prilly yang dicintainya ikut mengetahui perbuatan kakaknya dan dia terkesan menyembunyikannya.

"Iya aku salah,aku minta maaf A,kalau apa yang aku lakukan selama ini tak bisa membayar dosa Shanaz padamu artinya aku juga tak berarti lagi bila ada disini..!"

Prilly menunduk dalam, menyembunyikan airmatanya. Tak perlu Ali melihat lagi mata yang menggambarkan luka sekaligus cinta. Semua sudah berakhir.

Mengangkat Caca Prilly keluar dari kamarnya.

"Papaaaaaaa...!!"

Caca menangis menggapaikan tangan kearah Ali,membuat Prilly memeluknya tak tega karna Ali tak sedikitpun beranjak dari tempatnya berdiri dan tidak mencoba  menahan langkah mereka.

Prilly melihat Susi dan Bi Sinah berpelukan sambil menangis disudut dapur. Mereka mendengar pertengkaran dan tangis pilu Caca karna pintu kamar yang terbuka.

"Mba Susi bantu aku benahin baju Caca,aku sama Caca gak bisa tinggal disini lagi,Mba Susi ikut aku,Bi Sinah tetap disini..!"

Susi dan Bi Sinah makin erat berpelukan dan menangis sebelum Susi mengambil Caca dan Bi Sinah membantu membenahi baju-bajunya sedangkan Prilly membenahi bajunya sendiri.

Sementara dikamar Prilly,Ali menghempaskan tubuh telentang diatas tempat tidur,menatap langit-langit kamar,mengusap wajahnya kasar dan meremas rambutnya kuat-kuat. Ali merasa hancur.

Tak ada niat menahan langkah Prilly yang membawa Caca pergi. Hatinya saat ini hanya diliputi kekecewaan yang mendalam.

##########

Ali Pov

Mataku mengitari kamar yang sepi. Menatap box Caca yang kosong. Menyentuh kekosongan sebelahku berbaring.

Tak kulihat lagi senyum isteri cantikku,yang hangat dan menenangkan batin. Tak kudengar lagi teriakan Caca lucuku, yang memanggil-manggil Papa dan Mama.

Tangisan Caca yang mengisi ruang tengah  saat dia tersandung karpet dan suara Prilly yang lembut menenangkannya sambil memeluk sayang pada anakku.

Dimalam kedua, Aku merindukan mereka. Tetapi aku masih merasakan kecewa yang dalam. Mataku terjaga sampai pagi,akhirnya aku memutuskan untuk tidak kekantor.

"Kalau kamu merasa keputusan kamu tepat bunda bisa apa?"

Bunda duduk bersandar diSofa ruang tamu memandangku yang sedang menatap tv.

Bunda datang dihari ketiga setelah kejadian itu. Sengaja aku baru menelpon bunda untuk menceritakan kejadian 3hari lalu,karena sebelumnya,aku hanya ingin menenangkan diri dulu.

"Asal kamu yakin kamu gak akan menyesal setelah melepas Prilly dan Caca dari hidup kamu...!"

Aku mengusap dahiku dengan siku menopang di lengan sofa.

"Bunda tau kamu akan mudah mencari wanita lain tapi belum tentu senyaman bersama Prilly...!"

Bunda menambahkan lagi.

"Dia sudah merusak kepercayaan Ali,bun!"

Aku bicara tanpa menatap bunda yang menatapku.

"Justru sebaliknya Li,dia melindungi kakaknya tapi mengorbankan dirinya untuk membayar semua yang membuat kamu menderita dengan ketulusannya!"

Aku menoleh bunda tanpa menyela,karena bunda benar dan aku menyadari itu.

"Kamu sudah tidak mencintainya lagi?"

Bunda bertanya padaku hati-hati. Aku menatap Bunda.

Tentu aku masih sangat mencintainya. Terbayang kehangatan rumah ini yang diisi senyumnya,perhatian dan kasih sayangnya padaku dan Caca, bahkan pada Susi dan Bi Sinah dia bersikap layaknya keluarga.

Rumah sekarang terasa tak ada kehidupan dengan wajah Bi Sinah yang muram.

Kamarku dingin dan sepi tanpanya.

"Forever with you,mama!"

"Forever with love,papa!"

Aku memejamkan mata, terbayang wajahnya dan bisikan terakhir kami saat melepas penyatuan cinta.

"Apa kamu tidak menyayangi Caca lagi?"

Bunda menyebut Caca,yang dengan kejam aku ragukan sebagai anakku. Aku terlalu terbawa emosi.

"Papaaaaa..!!!"

Terbayang tangisan Caca yang menggapaikan tangannya ingin meraihku. Teriakannya memanggilku histeris ketika dibawa Prilly sangat menyayat hati yang mendengarnya. Tau apa Caca soal ibunya? Kenapa ia harus aku seret-seret kedalam masalah kami.

Airmataku tergenang teringat akan Caca. Caca yang membuat aku merubah Schejule tak lagi keluar kota. Caca yang menjadi semangatku ketika Shanaz kecelakaan dan koma. Caca yang membuat Prilly menerima harus menikah denganku.

"Tidakkah harusnya kamu bersyukur Li,Shanaz membayar perbuatannya dengan celaka dan koma,dan saat dia tertidur koma kamu menemukan cintamu yang sesungguhnya,Prilly??"

Sekali lagi Bunda benar. Bunda membuka hatiku melihat sisi lain dari kejadian ini. Cinta yang sesungguhnya. Takdirku ada pada Prilly. Shanaz hanya sebagai perantara untuk menemukan cinta sejati yang harusnya hanya satu-satunya dan sekali dalam hidup.

##########

Prilly Pov

"Mamaaaa...!"

Caca lari menghampiriku dengan boneka barbie ditangannya. Aku sedang duduk dikursi yang menghadap jendela ditemani angin sepoi disiang yang panas.

"Iya sayang Mama...!"

Aku mengangkatnya duduk dipangkuanku. Mencium pipinya yang chubby.

"Papaaa...!"

Caca menyebut Papanya lagi. Selama tiga hari ditempat Mamaku,Caca selalu merengek ketemu sama Papanya.

"Ntar sore kita jalan ya sayang ke Mall,mau gak? Main di Time Zone,tar kita nonton film 4dimensi,naik kuda-kudaan,naik mobil-mobilan sama kereta api...!"

Aku mengalihkan perhatian Caca dari ingatannya pada Ali,padahal aku sendiripun tak mampu melupakannya.

"Auuu..ma..Papa..!"

Maksut Caca mau tapi sama Papa.

"Tar kita telpon Papa biar ketemu dan nyamperin kita di Mall yah...!"

Aku terpaksa memberi harapan palsu pada Caca supaya dia tak merengek lagi. Caca mengangguk dengan wajah senang.

"Sekarang Caca bobo dulu!"

Aku mengisyaratkan pada Susi untuk menyerahkan dot Caca padaku. Sambil duduk kuelus punggungnya sementara mulutnya tersumpal dot. Kupandang wajahnya yang polos. Kasian Caca. Rindu pada orang yang sudah meragukan dia sebagai anaknya.

Aku yang paling tau saat Shanaz hamil Caca. Aku yang menemani Shanaz kedokter kandungan walaupun aku belum ikut tinggal bersamanya. Dia tak percaya kenapa dia bisa hamil secepat itu.

"Jika siklus haid Bu Shanaz adalah 28 hari, maka ovulasi biasanya terjadi pada sekitar 14 hari setelah hari pertama periode menstruasi terakhir. Pada minggu kedua siklus menstruasi, hormon estrogen membuat rahim membentuk lapisan jaringan tebal untuk mengantisipasi datangnya sel telur yang sudah dibuahi agar dapat berkembang. Di saat bersamaan, ovarium mematangkan sel telur dalam kantung folikel. Pada minggu ketiga, terjadilah ovulasi, yaitu saat sel telur turun ke dalam tuba falopi untuk kemudian bertemu dengan sperma."

"Jadi pada saat pertama kali  mba Shanaz berhubungan dengan suami diperkirakan dimasa subur atau berada diminggu kedua setelah haid terakhir,dan seminggu kemudian yaitu minggu ketiga setelah haid dimana terjadi ovulasi,sel telur turun untuk bertemu dengan sperma!"

"Setelah sel telur dan sperma bertemu, materi genetis dalam sperma dan sel telur yang telah dibuahi atau zigot berkombinasi membentuk sel-sel baru. Sel-sel yang terbentuk kemudian akan menuruni tuba falopi menuju rahim. Dalam perjalanan menuju rahim, sel-sel tersebut terus membelah diri hingga menjadi lebih dari 100 sel saat tiba di rahim, menjadi embrio. Kehamilan baru akan terjadi ketika embrio telah menanamkan diri pada dinding rahim untuk kemudian berkembang. Proses ini disebut implantasi."

"Itulah sebabnya,Mba Shanaz bulan ini gak dapet haid karna langsung jadi mba,selamat ya!"

Dokter Shinta menjelaskan panjang lebar pada Shanaz dan aku jadi pendengar setia disebelahnya. Dan sesungguhnya aku pusing dengan teori-teori begitu.

Jadi kalau Ali menyangka Caca bukan anaknya itu salah besar. Shanaz tidak ada kontak dengan mantan pacarnya setelah menikah. Dia justru sedang mencoba melupakan karna sudah ditinggal enam bulan lamanya oleh Gio yang menikahi wanita lain.

Lamunan Prilly terhenti ketika Susi mengangkat Caca dari dekapannya. Caca sudah tertidur dan Susi menaruhnya di ranjang Prilly sementara Prilly masih memandang luar jendela kamarnya.

"Kamu harus ingat aku sangat mencintaimu ya sayang! Apapun yang terjadi aku mencintaimu!"

Kalimat Ali ketika membenamkan wajahnya diatas bahuku setelah melepas kenikmatan saat itu kembali terngiang.

'Aku masih ingat sayang,dan sekarang apakah ingatanku ini bisa merubah segalanya?? Benarkah apapun yang terjadi kau tetap mencintaiku?'

Aku membatin pedih.

"Akan aku ingat sayang,jika suatu saat kita terpisah oleh keadaan,kamu juga harus tetap ingat,hatiku dan segala yang kupunya sudah kamu miliki!"

Bahkan aku masih ingat apa yang kukatakan padanya,apa dia ingat?

"Janji ya akan berjuang untuk tetap menyatukan hati kita,apapun yang terjadi!"

Ali yang menyuruh berjanji,sekarang dengan cara apa aku harus menepatinya sedangkan aku tak tau apakah Ali sendiri mau memperjuangkan?

Mana Janji hati tanpa merpati yang aku bilang tetap takkan pernah teringkari? Aku tak pernah mengingkari,aku tetap mencintainya.

Airmataku meleleh mengenangnya. Sudah  Satu tahun kami serumah tanpa Shanaz. Empat bulan bersama sebagai ipar, Delapan bulan dalam ikatan pernikahan. Dan Enam bulan dalam ikatan Cinta. Singkat sekali untuk saling mencinta. Singkat juga cara mengakhirinya. Cinta beginikah rasanya mencinta?

########

Author Pov

Senang sekali Caca diajak keliling Mall. Kewalahan Prilly dan Susi mengejarnya.

"Papaaaaa...!!"

Prilly tersenyum dan mengangguk pada orang yang dipanggil Caca Papa. Kerinduannya pada Ali membuat setiap pria yang lewat didepannya dipanggil Papa dan Caca akan lari memeluk kakinya. Untung setiap orang yang dipanggil Caca dengan senang hati menunduk dan menciumnya dengan gemas,bahkan isteri mereka ikut menggendong Caca yang lucu.

Caca bermain diarea mandi bola. Prilly sendiri yang turun tangan menemaninya masuk kedalam kolam bola. Main lempar-lemparan bola bersama, Prilly mengangkat Caca untuk main perosotan.

"Yeayyyyy....Mamaaaaa!!!!"

Caca berteriak mengangkat kedua tangannya ketika merosot dari atas kebawah diantara bola-bola yang menggunung.

"Papaaaaa!!!"

Keluar dari kolam mandi bola, saat Prilly menunduk memakai sandalnya, ia mendengar Caca memanggil Papa lagi. Prilly pikir pasti Caca memanggil orang yang lewat didekatnya lagi.

"Caca sayangnya Papa!!"

Tubuh Prilly menegang mendengar suara yang teramat sangat dikenalinya. Prilly mengangkat wajahnya melihat seseorang yang sedang menggendong Caca. Memeluk dan menciumnya dengan airmata. Ali!

"Papa,ngis!"

Caca menyentuh mata Ali yang basah. Memainkan airmata Ali dengan jari-jari kecilnya.

Prilly terpaku ditempat,bingung apa yang harus dilakukan.

"Papa kangen Caca! Caca kangen Papa gak?"

Ali menatap Caca dengan sisa airmatanya.

"Anen Papa!"

Caca mencium ujung hidung Ali.

"Mamaaa...ciniiiii!"

Caca melambai-lambaikan tangannya pada Prilly. Sejenak Prilly menatap Caca ragu.

"Ciniiiiii Maaaaa!"

Caca mulai berteriak. Ali mendekati Prilly. Caca berpindah kegendongan Prilly. Kembali berdesir saat bersentuhan. Mereka hanya bertatapan bingung apa yang harus dikatakan. Jelas terpancar kerinduan yang sangat dalam dimata keduanya.

"Papa!"

Caca menggapai tangan Ali,Ali menyambut tangannya, Caca mengangkat tangan Ali dengan susah payah menyentuhkan kewajah Prilly.

"Papa anen ma Mama! Mama 'yang Papa!"

Ali dan Prilly tertawa haru dengan mata berkaca dengan ulah Caca. Caca bilang Papa kangen sama Mama,Mama sayang sama Papa.

Susi mengambil Caca dari gendongan Prilly. Prilly mengusap lengannya   canggung berhadapan dengan Ali sekarang. Apa yang harus dikatakan?

Berpandangan saja dengan mata yang berbicara rindu membuat mereka tak tahan. Seperti dikomando Ali dan Prilly mendekat dan saling memeluk.

"Mana janjimu untuk berjuang tetap menyatukan hati kita!!!"

#############
Banjarmasin, Juli 2015

Republish, 11 April 2020
Tidak diedit, tidak direvisi

Cihuyyyy.....

Salam rindu dari Papa aa dan Mama ii
Mmuach dari Caca..

Thanks ya sudah kasih vote dan komentarnya..
Typo typo gak usah dihiraukan ya..

Repost....

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top