Saat Dia Tertidur (11)

ALi Pov

Apa katanya tadi?

"Atau suaminya yang juga terluka pada kecelakaan itu? Yang sama keluarganya langsung dipindahkan kerumah sakit lain??"

Aku memikirkan kata-katanya didalam mobil yang membawa kami kembali kerumah.

Ucapannya tak bisa Prilly perjelas lagi karna tiba-tiba Mirza dipanggil seorang suster untuk melakukan tindakan pada seorang pasien.

Kulirik Prilly yang memeluk Caca dipangkuannya sambil memejamkan mata dan mengusap punggung juga menepuk pantatnya. Caca sepertinya mengantuk dan aku tak bisa mengganggu Prilly untuk bertanya.

Sesampai dirumah ketika Prilly sudah menyelesaikan Caca yang tertidur dan menaruhnya didalam box aku mulai mengungkit rasa penasaranku. Duduk ditepi tempat tidur,Prilly mengikutiku.

"Sebenarnya malam itu Shanaz kemana?"

Aku menolehnya yang menyandarkan kepala dipundakku.

"Sumpah dia gak bilang kemana,A...!"

Prilly mengangkat jari telunjuk dan tengahnya.

"Jangan sampai kamu nyembunyiin sesuatu dari aku!"

Prilly menjauhkan kepalanya dari pundakku menunduk menatap lantai,tangannya disisi-sisi pahanya mencengkram tepi tempat tidur.

"Apa Shanaz sering pergi tanpa sepengetahuanku?"

Prilly menolehku sebentar dan dengan ragu mengangguk.

"Kemananya dia gak pernah bilang?"

Lagi-lagi dia hanya mengangguk.

"Kamu bener-bener gak tau siapa pria itu kira-kira?"

Aku mencecarnya lagi dengan pertanyaan.

"Kamu cemburu sama pria yang kata Mirza juga terluka pada saat kecelakaan itu ya??"

Pertanyaan Prilly membuat aku tersadar,rasa penasaranku ini tiba-tiba membuat aku jadi seperti orang posesif.

"Aku cuma penasaran,sayang, aku lebih cemburu pada dokter kepo itu!"

Aku merengkuh bahunya.

"Jangan mengalihkan pembicaraan, bilang aja kamu cemburu pada pria yang terluka dikecelakaan itu,kamu sebenarnya sayangnya sama Shanaz bukan sama aku,iyakan?"

Prilly berdiri dari duduknya. Aku meraih tangannya dia menepisku dan berlalu kekamar mandi.

Aku menunduk menatap lantai. Kenapa Prilly marah? Cemburu pada Shanazkah karna aku terlalu ingin tahu pria itu seakan aku cemburu padanya? Apa aku salah penasaran pada pria itu? Siapakah dia dan kemana Shanaz malam itu? Kenapa keberadaan pria yang terluka dan dipindahkan kerumah sakit lain itu baru diketahui setelah sekian lama? Aku akan mencari tau biar semua rasa penasaranku ini terjawab. Biar bagaimanapun aku berhak tau lebih jauh kemana dia sebenarnya malam itu? Kenapa dia tidak pamit? Kenapa dia sering keluar tanpa sepengetahuanku?

Sebenarnya aku lebih cemburu pada Dr.Mirza yang rasa keingintahuannya  terhadap Prilly sangat luar biasa itu. Teringat cerita Prilly menolaknya karna dia playboy. Kalau dia tidak playboy apakah Prilly menerimanya waktu itu? Ah,benar-benar mengancam sekali dokter itu.

Aku mengganti baju hem kotak-kotak merahku dengan kaos dan celana pendek. Merebahkan tubuhku diatas tempat tidur. Tak lama prilly keluar dari kamar mandi dengan wajah kusut. Aku melangkah menuju kamar mandi. Membersihkan diri dan membuang air didalam tubuhku.

Keluar dari kamar mandi terlihat Prilly sedang mengacak lemari dengan hanya menggunakan bra maroon dan celana pendek. Pemandangan menggairahkan.

Aku mendekati dan mencium bahunya dari belakang.

"Aku lebih sayang sama kamu...!"

"Ck.Gak usah merayu-rayu,A,gak mempan!"

Duh,isteri muda lagi ngambek. Begini ya rasanya punya isteri dua. Bagaimana  rasanya kalau keadaannya berbeda dan kalau kedua-duanya disayang?

"Aku cuma penasaran,sumpah,coba kamu pikir,status Shanaz masih isteri aku,tapi dia pergi malam-malam gak pamit terus kecelakaan,dan kesininya pihak rumah sakit baru informasi ada korban lain dan itu seorang pria!"

Aku menaiki tempat tidur dan menelentangkan tubuhku menatapnya yang terdiam sambil memakai kaos tipis yang ngepas dibodynya.

"Masa kamu gak ngerti sih? Malah nuduh aku cemburu-cemburu sama pria itu,enggak sama sekali ya,aku hanya merasa berhak tau apa yang terjadi,kaya gitu aku salah juga?!!"

Aku membalik badanku membelakanginya yang sudah duduk ditepi ranjang. Sedikit kesal juga,aku ini cemburunya sama dokter itu bukan sama pria yang diperkirakan bersama Shanaz.

#######

Prilly Pov

Pria yang diperkirakan bersama Shanaz  pada malam itu membuat Ali kelihatan seperti orang posesif menanyakan detail padaku kejadian malam pada saat sebelum Shanaz keluar rumah.

Aku cemburu. Aku tak suka, kenapa Ali sepertinya cemburu pada pria itu? Mungkin aku salah. Tapi aku merasa tak suka. Sepertinya aku sudah merasa memiliki utuh suami kami. Aku tak ingin dia memikirkan Shanaz lagi.

Tapi bukan berarti aku mampu mengungkap fakta buruk Shanaz pada Ali. Apa yang harus kukatakan? Handphone baru dan nomer baru yang berisi sms  Shanaz dan seorang pria yang masih kusimpan itu adalah bukti otentik. Kalau aku mau merebut Ali sepenuhnya aku bisa saja membongkarnya sekarang. Tapi aku tak segegabah itu. Aku bingung ,Shanaz kakakku,kejelekannya adalah aib keluarga kami,apa jadinya kalau Ali tau awalnya Shanaz hanya mencari status dan aku mengetahuinya? Bukan tidak mungkin dia juga akan meninggalkanku.

"Masa kamu gak ngerti sih? Malah nuduh aku cemburu-cemburu sama pria itu,enggak sama sekali ya,aku hanya merasa berhak tau apa yang terjadi,kaya gitu aku salah juga?!!"

Ali membalikkan tubuhnya membelakangiku yang sudah duduk ditepi ranjang. Sepertinya dia kesal.

Aku merebahkan tubuhku dan merapat ketubuhnya lalu melingkarkan tanganku diperutnya dari belakang.

"Maaf,aku sebenarnya yang cemburu pada Shanaz,aku memang egois berharap kamu gak mikirin dia lagi padahal dia juga isterimu,maafin aku ya,memang aku yang gak sadar diri!"

Aku berkata lirih dibelakangnya yang masih tanpa reaksi. Merasa tak mendapat respon aku menarik tanganku dari perutnya tapi Ali menahan dengan tangannya dan berbalik menghadapku.

"Aku cemburu sama dokter itu,dia tampan,anak pemilik rumah sakit dan single,bukan tidak mungkin kamu lebih memilihnya daripada aku yang sudah punya isteri dan anak..!"

Ali melingkarkan tanganku dipinggangnya yang menghadapku dengan memiringkan tubuhnya. Dia mengelus wajahku dengan punggung tangannya.

"Aku inikan sudah jadi isterimu kenapa ada pikiran memilih-milih sih A,sekarang kalau misalnya Shanaz bangun dan A'a  harus memilih, disini sebetulnya posisi aku yang sulit A,takut...!"

Ali menatapku dalam dan mencium keningku. Dia tak berkata apa-apa lagi hanya kelihatan sedang berpikir. Pasti dia juga bingung dan takut bagaimana jika Shanaz tiba-tiba bangun dari komanya. Akhirnya dia hanya bisa menarikku kedalam peluk hangatnya. Aku menyusupkan kepalaku didadanya. Sambil menggigit pelan dada yang ditutupi kaos itu tanganku mulai masuk kedalamnya. Kurasa perutnya tertarik ketika kulit tanganku menyentuh kulit perutnya sampai kedada bidangnya. Aku menengadahkan daguku menatapnya dia mendaratkan bibirnya kebibirku. Tangannya balas menyentuh kulit perutku dan menyusup kedalam kaos yang ketat dan harus ditarik keatas. Aku menaikkan tanganku agar kaosku mudah terlepas dan yang tertinggal hanya bra maroonku dan Ali berusaha membuka pengaitnya sambil menciumi leherku. Bibirnya berpindah kebenda dibalik bra maroon yang ditariknya hingga terlepas. Aku mencium rambut dan menekan kepalanya dengan tubuh mengejang. Aku dan Ali melayang bersama menuju puncak asmara, melupakan ketakutan dan berbuat seakan tak ada lagi kesempatan lain kecuali hari ini.

"Forever with you,Mama!"

Ali ambruk didadaku dengan detak jantung yang bergerak cepat dan nafas yang turun naik berusaha dinormalkan.

"Forever with love,Papa!"

Aku membenamkan kepalanya didadaku dan mencium rambutnya yang berkeringat.

#########

Author Pov

Diam-diam Ali kerumah sakit saat jam makan siang. Mencoba mencari informasi mengenai korban lain saat kecelakaan Shanaz setahun yang lalu. Didapat fakta saat itu ada korban lain yang sempat juga dilarikan kerumah sakit itu tetapi setelah keluarganya datang korban tersebut langsung dipindah dengan meminta pihak rumah sakit tidak meributkannya.

Saat Ali dan Prilly kerumah sakit,mereka sudah satu jam meninggalkan tempat itu. Didapat data pria itu bernama Gionino,24tahun,pria beristri bernama Kirana,24tahun. Alamatnya tidak lengkap tanpa no rumah dan no telpon.

Ali Pulang kerumah sore itu satu jam lebih cepat. Prilly dan Caca tidak ada dirumah. Menurut Bi Sinah, Susi dan Prilly menemani Caca bermain sepeda ditaman komplek. Ali mengeluarkan handphone Shanaz yang disimpannya dilaci meja rias. Diaktifkannya nomer Shanaz untuk mencari nama Gionino tetapi tidak ada.

Rasa penasaran membawa pikiran Ali  untuk mencari tas yang dipakai Shanaz pada hari itu.

Masuk kedalam kamar Prilly ditemukannya tas tersebut ada didalam lemari bawah. Tangan Ali mengeluarkan sebuah handphone ketika merogohnya.

'Handphone siapa ini?'

Ali membatin dengan perasaan tak tenang.

Dengan berdebar Ali mengaktifkan handphone tersebut. Mencari nama Gionino juga tidak ada.

Matanya menatap nanar dan terduduk ditepi ranjang Prilly ketika terbaca deretan sms Shanaz dengan orang yang diberi nama 'Honey'.

Selama menikah,sayangpun tak pernah Shanaz ucapkan pada Ali,tapi dengan orang ini dia menamakannya 'Honey'. Tangan Ali mengepal kuat menahan marah yang hampir sampai ubun-ubunnya.

"Papaaa!!"

Prilly berdiri didepan pintu menggendong Caca tetapi dengan wajah yang pucat melihat handphone yang dipegang Ali.

Prilly mendekati Ali dengan wajah takut karna mata Ali memerah.

"Jangan bilang kamu sengaja  menyembunyikan ini...!"

"Akuuu...!"

"Apa????"

Teriakan Ali membuat mata Prilly terpejam dan bahunya tergidik. Caca yang berada dalam gendongannya langsung menangis histeris karna terkejut.

"Papaa,hati-hati,jangan membentak didepan anak!!!"

Prilly mengingatkan.

"Aku gak peduli! Jangan-jangan dia juga bukan anakku!!"

Ali dengan emosi menunjuk Caca. Caca yang tak mengerti justru merentangkan tangannya minta digendong tapi Ali tak peduli. Sepertinya setan sudah memasang tanduk dikepalanya.

PLAAKK!!!!!!

Tangan Prilly melayang kewajah Ali. Matanya memerah karna perasaan yang bercampur aduk dalam dadanya.

"Kalau kamu marah sama ibunya,kamu jangan pernah bawa-bawa Caca menjadi murkamu juga!!"

Prilly bersuara pelan dengan suara bergetar menahan tangis.

"Caca ini anakmu,Shanaz justru tak menginginkan hamil setelah menikah denganmu karena dia ingin bercerai!!!!"

Prilly menangis memeluk Caca karna Caca menangis keras.

"Oh,jadi kamu sudah tau rencana Shanaz,iya?? Jadi kamu sekongkol sama dia??"

Prilly terdiam dengan ucapan Ali yang bukan hanya keras tetapi juga membuat dia terpojok.

"Jangan-jangan kamu juga tak pernah cinta ya sama aku,kalian hanya mainin aku aja hah...iya??"

#############
Banjarmasin, Juli 2015

Republish, 11 April 2020
Tidak diedit, tidak direvisi

Nah lo!
Akankah badai ini berlalu dengan segera?
Nantikan ya...

Terima kasih telah menyempurnakan tulisan ini dengan vote dan komen..

Caca lagi nangis karna Papa aa sm Mama ii berantem jadi gak bisa mmuach..

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top