🗒 ❛ chapter one ༉‧₊˚✧
- if only -
*
"SEMANGAT Terushima," ujar Bobata sembari menepuk bahu Terushima.
"Nanti tanganmu akan sembuh kok." Sambung Futamata.
Terushima menenggelamkan wajahnya di meja. "Aaah!! Padahal aku ingin mainnn!!!"
"Setidaknya, kau bisa mengejar ketertinggalanmu kan?" balas Bobata.
"ITU MASALAHNYA!!" Tangis Terushima.
"Udah, aku ke gym dulu. Bye!!" Bobata dan Futamata
Terushima menghela napasnya, menatap nanar ke bukunya. Karena pertandingan voli kemarin, tangannya keseleo. Terpaksa dia tidak bisa bermain untuk sementara waktu.
"Ukh, ya sudahlah. Masih ada Inter-High kelas tiga," gumam Terushima, mulai membaca bukunya.
Lima menit.
Sepuluh menit.
Lima belas menit.
"AHH!! Aku pulang saja!!"
Terushima beranjak pulang. Kakinya melangkah berat, rasanya seperti tidak ada kehidupan jika dia tidak bermain voli.
Sebentar saja.
Semenit saja sudah cukup
"...."
"Suara apa itu?"
"......"
"Piano?" Terushima berjalan ke ruang musik. Pintunya terbuka sedikit, sehingga dia dapat melihat siapa di dalam.
"(Name)?"
Alunan piano tadi berhenti. Perempuan yang memainkan piano lantas menoleh.
"Terushima-kun? K-kau bukannya ada kegiatan klub?"
Terushima mengangkat tangannya yang dibalut perban.
"O-oh..." gumam (Name).
"Aku tadi mau pulang, tapi saat aku mendengar kau bermain tadi... kau bisa bernyanyi?"
"E-eh? S-sedikit..."
"Maukah kau bernyanyi?"
(Name) tampak sedikit ragu. Lalu dia memutarkan tubuhnya kembali ke depan tuts piano.
"Hidoii yo, hidoii yo, mou isso boku no karada wo
Kowashite, hikisaite, suki na yo mo ni shiite yo
Sakende, mogaitte, mabuta wa harashite mo
Mada kimi wa, boku na koto, dakishimete hanasanai
Mou ii yo"
(Name) mengakhiri permainannya. Dia menoleh ke arah Terushima yang tampak terdiam.
"E-eh... maaf. Suaraku tidak begitu ba-"
"HEBATT!!" seru Terushima
"Apaan itu tadi? Suaramu... SUARAMU BAGUS SEKALI!!"
Wajah (Name) memerah. "A-ah.. m-makasih..."
"Kenapa kau tidak pernah bermain di depan kelas?" tanya Terushima. "Padahal suaramu bagus sekali."
(Name) tersenyum kecil. "Yah... aku kurang pe-de.."
"Kurang pe-de? Suara seperti itu?" Terushima memutarkan bola matanya tidak percaya. "Ayolah! Suara seperti itu kamubtidak pe-de?"
(Name) memainkan jemarinya.
"Kau harus lebih menonjolkan dirimu," ujar Terushima. "Apalagi, kau itu manis."
Wajah (Name) memerah. "A-hah?!"
Terushima terkekeh. "Percaya diri-lah. OK?"
(Name) memandang Terushima. "Makasih..."
Terushima nyengir. "Eh, kau tidak pulang?"
"Sebentar lagi.. aku sedang mengerjakan... sesuatu..." (Name) mengambil beberapa lembar kertas dan menyembunyikannya.
Terushima mengangkat alisnya, dia langsung mengambil kertas itu dari tangan (Name).
Not kertas.
"Kau sedang membuat lagu?"
Wajah (Name) kian memerah.
"Hebat... Kau beneran hebat!!" Terushima menyerahkan kertas itu kepada (Name). "Kalau lagu itu sudah selesai, aku mau mendengarnya. Boleh kan?"
(Name) mengangguk. "Tentu."
Terushima menyerahkan kertas tersebut. "Sampai nanti, kalau begitu." Terushima lantas keluar dari ruang musik.
.
.
.
"Aku harus ke rumah sakit."
•
- 13 - 01 - 21 -
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top