BAB 1 AYDINA RUYA

Mentari pagi yang tidak begitu terik menyinari sebuah taman bunga di kebun istana. Semilir angin nan sejuk seakan menyapa bunga-bunga yang kemudian dibalas dengan gemericik kelopak dan riak dedaunannya. Setetes demi setetes embun pagi pun jatuh perlahan terserap tanah dan menguarkan aroma petrichor.

Dalam kesyahduan pagi itu, seorang gadis kecil yang tengah bermain mengejar kupu-kupu terdiam menghentikan langkahnya. Kedua sudut bibir mungilnya terangkat naik ketika hidung mancungnya mengendus aroma yang disukainya. Sambil memejamkan mata dia bergumam, "Ah! Aku sangat menyukai aroma ini!"

Dia, Aydina Ruya Pahlevi. Putri Mahkota kerajaan Ramisha yang masih berusia tujuh tahun. Tengah menikmati pagi yang indah di kebun istana. Kedua kaki mungilnya berlari ke sana-ke mari mengejar kupu-kupu. Sesekali dia berhenti kemudian memetik bunga yang membuatnya tertarik, dengan jemarinya yang mungil dia memainkan kelopaknya. Lalu, tak lupa dia menyapa tukang kebun yang ditemuinya. Aktivitas rutin yang selalu dilakukan Putri Ruya setiap pagi.

"RUYA!"

Sontak Ruya terkesiap! Bukan karena panggilan namanya, tapi karena dia tahu siapa yang memanggilnya. "Ibu? Pasti ini sudah waktunya aku menghadap ayahku."

"RUYA!" Samira dengan cekatan mendekati putrinya. "Kenapa kau masih berada di taman? Apa kau sudah menghadap ayahmu?' Ruya menggeleng. "Cepat! Kau harus segera menghadap ayahmu sebelum nenekmu yang tidak lain dan tidak bukan ibu suri kerajaan ini berada di istana utama."

Ruya kemudian dengan patuh menuruti ibunya. Dia tahu betul, jika neneknya lebih dulu sampai di istana, itu pasti akan mempermalukan ibunya. Dan Ruya tidak ingin itu terjadi.

Di dalam istana kerajaan, tidak ada yang berani dengan neneknya itu. satu-satunya mantan ratu dari garis keturunan klan Fahrouq yang sangat berpengaruh setelah klan Pahlevi yang tentu saja merupakan garis keturunan keluarga kerajaan, neneknya itu, tentu saja bukan ibu kandung dari raja yang berkuasa saat ini, yaitu ayahnya Ruya, Raja Ashraf Eskandar Pahlevi. Dia hanya ibu suri pengganti yang dipilih petinggi kerajaan karena trahnya dari klan Fahrouq.

Ibu suri saat ini tidak menyukai ibunya Ruya, Samira Nazanin Pahlevi. Karena dia bukanlah dari keluarga kerajaan, meskipun ada garis keturunan bangsawan Shahzaz. Dulu, ibu suri berharap Pangeran Ashraf memilih dan menikahi seorang wanita dari klan Fahrouq yang jauh lebih berpengaruh atas keluarga kerajaan. Tapi, Raja Ashraf jatuh cinta dengan ibunya Ruya dan mereka pun menikah. Meski dari klan Fahrouq tidak menyetujui pernikahan itu, tapi Raja saat itu merestui keduanya untuk menikah.

Bukan tanpa sebab jika klan Fahrouq menginginkan wanita dari klan mereka terpilih menjadi permaisuri, karena ini sudah menjadi agenda mereka sejak dulu. Meski klan Fahrouq bukanlah dari garis keluarga kerajaan, tapi tanpa klan mereka, tidak akan mungkin klan Pahlevi bisa mempertahankan status kerajaannya sejak berabad-abad lalu hingga saat ini. Bisa dikatakan, klan Fahrouq sama kuat dan berpengaruhnya dengan klan Pahlevi di kerajaan.

Akan tetapi, pengangkatan ibu suri dari klan Fahrouq sebagai ibu suri pengganti setelah ibu suri sebelumnya wafat oleh petinggi kerajaan. Ada kemungkinan akan terjadinya pergeseran kekuasaan di dalam istana.

"Selamat pagi, Yang Mulia," Ruya membungkukkan badannya. "Aydina Ruya Pahlevi menyapa pagi kepada Raja." Ia kemudian mendongakkan kepalanya sambil masih membungkuk. "Maaf, Ruya terlambat... Ayah."

Raja Ashraf tersenyum dengan sedikit kekehan melihat tingkah putrinya. "Tidak apa-apa, Ruya, kemari, mendekat pada Ayah, putriku."

Ruya pun langsung berlari kecil menghampiri ayahnya lalu memeluknya erat kemudian berbisik. "Aku mencintaimu, ayah."

Samira baru saja ingin menginterupsi dan menasihati putrinya yang bertingkah seperti itu, tapi raja memberi tanda untuk membiarkannya saja.

"IBU SURI TIBA!"

Ruya langsung melepas pelukan dari ayahnya, dengan sigap dia langsung berdiri di samping ibunya. Merapikan dirinya dan sebisa mungkin untuk tidak memperlihatkan kesalahan apapun. Ruya tidak ingin mempermalukan ibunya, dia juga ingin membuat bangga ayahnya. Ruya kecil, yang sangat takut dengan ibu suri penggantinya itu, mencoba untuk mengendalikan diri untuk tidak memperlihatkan betapa dia sangat takut pada neneknya itu.

Raja Ashraf, Ratu Samira dan Putri Ruya memberi salam dengan hormat kepada ibu suri begitu dia tiba di ruang utama, namun ternyata dia tidak sendirian, keponakannya, Ashkan Esfandiar Fahrouq dan cucu keponakannya, Reza Allaedin Fahrouq yang masih berusia sepuluh tahun juga datang untuk menemaninya.

"Maaf, Raja Ashraf, tidak masalah, kan, jika aku membawa keponakanku dan putranya menemuimu?"

"Oh, tidak apa-apa. Keluargamu juga keluarga kerajaan." Raja Ashraf tersenyum tipis kemudian melirik Ashkan dan Putranya Reza.

Suasana menjadi sedikit canggung terlihat bagaimana Raja Ashraf tidak begitu menyukai Ashkan. Karena ada kisah diantara mereka yang telibat cinta segitiga dengan Ratu Samira. Meski sudah lama berlalu, tapi Raja Ashraf tidak bisa melupakan bagaimana Ashkan begitu terobsesi kepada Ratu Samira.

Ibu suri lalu berjalan perlahan ke arah Ruya, kenudian menggenggam tangan gadis kecil itu. Dial au membawa Ruya mendekati Pangeran Reza. "Ruya, aku yakin kau belum mengenalnya. Kali ini, nenek ingin mengenalkan seseorang kepadamu.' Ibu suri tersenyum tipis kemudian memanggil cucu keponakannya.

"Ayo, Reza, perkenalkan dirimu."

"Salam, Putri Ruya, perkenalkan aku Pangeran Reza Allaedin Fahrouq." Reza membungkukkan badannya di hadapan Ruya.

Ruya tidak mengerti kenapa dia dikenalkan kepada pangeran Reza, tapi begitu dia melihat neneknya, ada rasa takut di hatinya. Kontan dia pun langsung memperkenalkan dirinya juga kepada pangeran Reza.

"Salam, Pangeran Reza, perkenalkan aku Aydina Ruya Pahlevi. Ayahku adalah Raja Ahsraf Eskandar Pahlevi. Ibuku adalah Ratu Samira Nazanin Pahlevi. Aku biasa dipanggil Ruya, dan aku sangat menyukai aroma petrichor." Ruya menatap dalam pangeran Reza dengan kedua matanya yang berbinar indah serta diringi senyumannya yang cantik.

Entah kenapa Ruya menjelaskan panjang lebar seperti itu, lagipula siapa yang tidak tahu status orangtuanya yang seorang Raja dan Ratu? Ruya, langsung merutuk dirinya sendiri, matanya melirik ke arah neneknya yang menatapnya tajam. Ruya benar-benar merasa sudah melakukan kesalahan. Tapi, tidak dengan pangeran Reza, perkenalan Ruya menurutnya sangat lucu dan menggemaskan. Tanpa sadar, Reza sudah tersenyum lebar melihat tingkah Ruya.

Dengan paniknya, Ruya mengalikan lirikan dari neneknya kembali menatap Pangeran Reza. Untuk beberapa menit tatapan mereka bertemu dan seperti ada sesuatu yang tidak bisa dijelaskan, mereka tenggelam dalam momen pertemuan pertama.

Ruya dan Reza mungkin tidak menyadari kalau mereka sudah ditakdirkan sejak dipertemukan. Bagi Ruya, momen pertemuan ini adalah hal biasa yang dia lakukan untuk bertemu dengan para pangeran. Tapi, tidak begitu dengan pangeran Reza. Baginya, momen pertemuan ini meninggalkan kesan mendalam. Mungkin Ruya hanya melihatnya sebagai pangeran. Tapi tidak dengan Reza, di matanya, Ruya akan selalu menjadi Putri Mahkota-nya.

TO BE CONTINUED 🖤

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top