9. Rushing
Kostan Selly menjadi tempat menjemput mimpi bagi Tana malam ini.
Tana merebahkan tubuhnya di atas kasur, pikirannya menerawang pada sikap Reno. Pria itu tidak pernah secara gamblang mendekati Tana, lagipula Tana juga tidak terlalu banyak berharap dengan sikap Reno yang seperti itu.
"Dia suka sama Lo." ujar Selly, ia melepaskan handuk yang digunakan di atas kepalanya, Selly baru saja menyelesaikan ritual mandinya yang sangat lama bagi Tana. "Keliatan banget."
"Jangan ngarep." Tana menepis pendapat Selly, sikap Reno padanya mungkin hanya sebatas teman lama yang tak pernah berjumpa. "Lo nggak tau kan, kalo mantanya Reno itu cihuy-cihuy?!"
"Yah emang Lo gak cihuy?"
"Jangan bikin gue baper deh, jatohnya sakit neng." bibir Tana merenggut.
"Terus menurut Lo, sikap Reno sama lo wajar?" Selly berdecak kesal, ia tahu Tana memang orang yang tidak pernah berani mengambil kesimpulan. Sahabatnya satu ini terlalu takut mengambil kesimpulan yang akhirnya menyakiti hatinya sendiri.
"Nggak." Tana mengingat-ingat bagaimana sikap Reno selama ini, pria itu sangat galak padanya. Di hari pertama menjabat sebagai Manajernya, Tana ingat Reno mencoret semua laporan analisa Tana tentang laba. Bicara seperlunya dan memasang wajah juteknya.
Akhir-akhir ini juga sikap Reno terbilang lebih tidak wajar, kadang baik kadang jutek. Moodnya kayak cewek PMS, salah dikit langsung marah tapi setelahnya kembali membaik.
"Mana ada manajer yang mau nganterin staf nya pulang, terus malam ini artinya apa? dia ikut sama Lo!"
Dakwaan Selly membuat Tana menghela napas dalam, Tana tidak tahu artinya dan dia tidak mau mengartikan apapun tentang sikap Reno selama ini.
"Nggak tau deh, Lo tau sendiri cowok. Bisanya ngedeketin doang, tapi pas cewek lagi sayang-sayangnya sama tuh cowok malah ditinggalin."
"Yah Lo tau sendiri, kita udah bukan ABG lagi gak boleh gampang dibaperin." Selly mengambil cermin nya, sebelum tidur Selly selalu menyempatkan maskeran. "Dan kita bukan lagi nyari cowok buat pacaran, inget. Temen seangkatan kita malah udah ada yang suntik KB. Lah Lo, punya pacar aja belom."
Jleb.
Jika dibanding dirinya, Selly memang selangkah lebih upgrade. Gadis itu memiliki kekasih, yah Tana? Masih sibuk aja sama dokumen-dokumen keuangan. Gimana mau dapet jodoh, kalau usaha aja gak ada.
"Gue kenalin sama temen sekantor gue, mau nggak?" Tanya Selly, ini mungkin sudah yang ke sekian kali Selly mengenalkan laki-laki pada Tana. Hasilnya tak ada yang berhasil.
"Enggak deh, gue trauma sama kenalan-kenalan lo yang dikenalin ke gue." Tana meringis ngeri memikirkan lelaki yang terakhir kali Selly kenalkan padanya.
Tampan ✔
Ramah ✔
Sopan ✔
Baik ✔
Tapi sayang ternyata lelaki itu Homo, Ya Tuhan Tana bahkan tidak mengiranya saat Alvin dengan terang-terangan mengatakan jika dia digoda oleh lelaki itu. Tana bahkan harus menahan malu beberapa hari karena ledekan Alvin setelahnya.
*****
"Pengajuan cuti gue gimana? kok gak ada kabar sih? dari HRD nya kan udah lama."
"Gue proses, nanti prosesnya ke Pak Reno dulu baru balik lagi ke HRD. Tau sendiri Departement Keuangan lagi peak season, Tan." jelas Maya, ia ingin mengingatkan Tana jika gadis itu mengambil cuti di waktu yang salah.
"Syukur-syukur di-approve." Tana tersenyum kikuk, sebenarnya ia takut mengajukan cuti di peak season seperti ini. Apa lagi laporan keuangan Audited belum keluar, departement keuangan tidak bisa duduk dengan tenang. "Tapi kalau gak di-approve, gue bolos aja deh."
"Siapa yang bolos?" tanya Reno tiba-tiba, pria itu sudah berdiri dengan wajah angkernya di belakang Tana.
Mulut sialan, Rutuk Tana.
"Nggak ada, Pak." ucap Tana sedikit gugup, "Emm, saya permisi dulu pak."
Langkah Tana terasa berat, tunggu saja sampai surat pengajuan cuty itu sampai di meja Reno. Habis sudah Tana diintrogasi.
"Muka Lo kenapa di tekuk?" Alvin datang menghampiri meja Tana dengan setoples kastangel yang ia janjikan kemarin.
"Takut cuti gue gak di-approve."
"Gue pikir Lo gak jadi ngambil cuti, emangnya harus banget yah ikut acara keluarga?" pertanyaan retorik itu keluar dari mulut Alvin, padahal Tana sudah merencanakan akan cuti dari jauh hari bahkan bukan hanya Alvin yang tahu. Bang Rahman dan Mba Lani juga sudah tahu.
"Isk." Tana berdecak kesal, "Ya jadilah, ya kali gue udah di-warn sama Ibu gue dari dua bulan yang lalu biar ikut."
"Tapi kan acara inti kumpul keluarga Lo weekend, terus kenapa lo ambil cuty senin-selasanya?"
"Yah kan gue pengen sekalian liburan, family time. Vin."
"Feeling gue sih gak bakal di-approve."
Line telpon Tana berbunyi, sebelum ia membalas perkataan Alvin.
"Tana's speaking!"
"...."
"Okay."
"Baru juga lima belas menit yang lalu gue tanyain, eh udah dipanggil aja." mulut Tana menggerutu, Maya menyuruh Tana ke ruangan Reno perihal surat pengajuan cuty.
"Pak Reno responnya cepet yah kalo tentang lo." celetuk Alvin, membuat mata bulat Tana mendelik tak suka.
"Tau ah." Tana melengos pergi begitu saja meninggalkan Alvin, ia lebih memilih menyiapkan energy untuk menghadapi Reno karena ia tahu ini takkan mudah.
"Langsung aja, Tan." ujar Maya begitu melihat Tana mendekat.
Mengetuk pintu ruangan Reno itu sama saja seperti sedang mengetuk pintu hati gebetan, rasanya deg-degan campur takut.
"Masuk." suara baritone Reno memberi izin bagi Tana untuk memasuki ruangannya.
"Tentang cuti kamu."
Tuh kan to the point banget, belum juga bokong Tana menyentuh kursi udah mulai aja tegasnya.
"Gak bisa diundur?"
Tana menggeleng, "Gak bisa Pak, itu surat pengajuan cuti udah lama juga masuk HRD. Cuman HRD gak bisa langsung approve tanpa persetujuan Bapak."
Duh ilah, nggak usah lo jelasin juga dia tau Tan.
Mata Reno mendelik menatap Tana."Minggu depan lagi saja, setelah Laporan audited keluar. Kamu juga kan mau saya tugasin ke cabang yang di Surabaya, mendampingi Auditor extern stock opname."
Mampuzz, gagal sudah, pupus dan kandas harapan gue.
"Kan masih ada staf yang lain pak."
"Yang lebih kompeten memang ada?"
Nah entah Tana harus senang atau sedih, secara gak langsung Reno sedang memujinya sebagai salah satu staf yang kompeten.
"Saya nggak yakin staf lain mampu menghandle tim auditor extern sebaik kamu."
Kalau ada maunya pasti mulutnya manis banget kayak permen susu. Rayuan lama nih, "Tapi saya nggak bisa pak."
"Jadi kamu mau menghindari tanggung jawab kamu sebagai Staf, kamu tau kan laporan audit berpengaruh terhadap harga saham di lantai bursa."
Yah, jadi Tana lagi kan yang kesannya salah. "Memangnya Staf Akunting saya aja pak, bapak bisa menugaskan yang lain yang lebih kompeten. Kalau bapak lupa, bapak selalu berkomentar tentang pekerjaan saya."
Ucapan Tana terdengar begitu meletup-letup. Kenapa selalu ia yang tersudutkan, kenapa selalu dia yang dipersulit.
"Maaf." Reno berjalan mendekati Tana yang kini menundukan kepalanya dalam. "Aku nggak maksud ngehalangin acara kamu, apapun yang bakalan kamu lakuin dengan cuti kamu. Kali ini bantu aku, Please."
Tana tidak tahu bagaimana caranya Reno sudah berlutut di depannya, pria itu mensejajarkan tubuhnya dengan Tana. Ibu jarinya yang besar membelai pipi tembam Tana. "Yang lain juga sibuk Tan, aku udah jadwalin kamu yang berangkat ke Surabaya."
"Pesawatnya berangkat jam berapa?" tanya Tana dalam euforia kebingungannya.
"Jam 11."
"Okay."
Biarlah, rencana Tana untuk mengajak Ibu dan adiknya berlibur setelah acara keluarga besarnya kandas sudah. Padahal Tana sudah menyiapkan acara itu sejak jauh hari, sebagai kejutan ulang tahun untuk ibunya.
"Kamu marah?"
Mau bagaimana lagi, ini sudah tanggungjawabnya.
"Nggak."
"Tau nggak?" Bibir Reno mengurva membentuk senyuman yang demi apapun membuat Tana kehilangan fokus. "Satu hal yang membuat aku gak pernah lupa sama kamu seperti kamu yang lupain aku."
Duh kan, gimana gue gak lupa. Dulu lo tuh gendut mana ingusan lagi, coba sekarang? udah kayak patung pahatan Yunani yang aduh bikin kaum hawa meneteskan liurnya sekali tatap.
"Karena kamu udah sisipkan kenangan manis di masa kecilku."
Tana meneguk ludahnya, lidahnya terlalu kelu untuk mengeluarkan kata-kata. Sesuatu seperti sedang menyumpal tenggerokannya sehingga sulit berbicara.
"Aku pernah mencoba melupakanmu sehari dalam hidupku, namun setelahnya aku mengingatmu dalam ribuan hari."
Reno mengecup sudut mata Tana yang hampir terpejam, siapapun tolong sadarkan Tana jika ini bukan ilusi.
TBC
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top