2. Rushing
Tana masih sibuk mereview laporan keuangan salah satu anak perusahaan, jam makan siang hampir saja berakhir tapi perempuan itu masih belum menyuapkan karbohidrat sedikitpun.
"Lagi ngejar predikat karyawan teladan bulan ini ya, Tan?" Alvin menatap Tana tak percaya, biasanya dia akan dengan senang hati membawakan Tana sekotak susu.
"Karyawan teladan apaan." sungut Tana pelan, dan benar saja Alvin membawa sekotak susu dan roti sobek.
"Makan gih." suruhnya, ia duduk di kubikelnya. "Jangan terlalu dipaksain."
"Gimana nggak dipaksain, dari pada gue pulang malem lagi." Tana menghela napas dalam mengingat perkataan Reno tadi pagi. Manajernya itu menyuruh Tana menyelesaikan review laporan secepatnya.
"Jum'at malem aja gue pulang jam 11 lewat dari kantor." Jelas Tana, ia mengingat-ngingat kejadian saat itu dimana ia hanya berdua dengan manajernya.
"Gede dong lemburan lo bulan depan." Alvin tertawa ringan, niatnya ingin membuat wajabmh Tana tidak kaku tapi perempuan itu malah semakin merengut.
"Gue minta si Bos buat alihin sebagian PT yang gue pegang ke Lo, baru tau rasa nanti." Tana melempar Sticky Notenya ke arah Alvin.
"Ngapain, May?" tanya Alvin saat melihat Maya mendekat ke arah mereka, Tumben banget si Sekertaris bos mau mampir ke mereka. Maya ini terkenal perfectionist, cewek cantik setara sekretaris CEO-CEO gitu lah.
Alvin mana berani deketin perempuan model kayak Maya yang beuhh, harga Tas nya aja bisa buat makan Alvin sebulan.
"Mau ngasih tau Tana." Jawab Maya tak acuh, ia melengos mendekati Tana yang masih sibuk mengunyah roti pemberian Alvin. "Tan, disuruh siap-siap sama si Bos. Mau diajak meeting inspeksi ke Bekasi."
Mata Tana sukses membulat tak percaya, jam 12 ke Bekasi?
Mau pulang jam berapa hah?
"Yakin Lo? Ke Bekasi?" Sebelah Alis Tana terangkat, jika pinggiran Bekasi dekat dengan Jakarta mungkin Tana tidak akan protes karena paling cuman butuh waktu satu jam. "Enggak kurang siang?"
Tapi Tana yakin jika Bekasi yang dimaksud adalah Kawasan Industri Jababeka tempat dimana salah satu anak perusahaan beroperasi, dan itu butuh waktu dua jam perjalanan tanpa macet.
"Yah mangkanya lo cepetan, 10 menit lagi Lo udah harus siap. Ditunggu di Ruangan Pak Reno."
Dengan berat Hati Tana merapihkan segala keperluannya, ia bukan tipe perempuan yang rumit seperti Yunita yang kemana-mana harus bermake up lebih dulu.
Ia mengganti sendal jepit yang dipakainya dengan Flat Shoes, di Kantor Tana diperbolehkan menggunakan sandal di dalam kantor.
"Jangan lupa oleh-oleh dari Bekasi." celetuk Alvin dengan senyum yang tersirat di wajahnya.
"Gue kasih debu pabrik buat lo."
Tana mengetuk pintu di depannya, setelah ada sahutan yang menyuruhnya masuk ia baru membuka pintu, "Meeting di Bekasi, Pak?"
"Maya udah kasih tau kamu kan? kita mau kemana." kata Reno. Matanya masih sibuk menilik layar komputer.
"Iya." Tana mengangguk, susah yah punya bos yang irit kata. Tadi niatnya kan Tana mau memastikan, barang kali Maya yang salah menyampaikan makanya ia tanya lebih dulu sama Reno.
"Ayo." Tangan Reno menarik lengan Tana, membuat sang empunya tangan terkaget.
"P-pak." ucap Tana gugup.
Tapi Reno masih saja tidak peka, dengan santai ia melangkah mendekati pintu. Detik itu juga tubuh Tana menegang, bisa gawat kalo ia keluar ruangan Reno dengan tangan yang di gandeng sama Manajernya. Bisa heboh satu kantor nanti.
"P-pak!" Seru Tana dengan suara yang lebih tinggi, akhirnya Reno menghentikan langkahnya ketika tangannya hampir menyentuh handel pintu.
Reno menatap Tana penuh tanya, sebelah alisnya terangkat dengan dahi yang mengerut. "What?"
"Bisa gak lepasin tangan bapak." Tana melirik tangan kiri Reno yang masih bertengger di lengannya. "Kalo bapak takut saya ketinggalan, tenang aja Pak. Saya gak akan tersesat di Kantor kok."
Reno mendengus kesal mendengar ucapan Tana, dengan tidak sopannya pria itu menghempaskan tangan Tana.
Perasaan yang harusnya kesel gue deh, kenapa jadi dia yang marah. Aneh.
****
Ciyeee yang lagi ngedate sama si Bos
@Alvin. 1.06 PM
Siapa yang lagi ngedate, Vin?
@Mba Lani. 1.08 PM
Sekertaris kesayangannya Mba.
@Alvin. 1.11 PM
Woyy Chipmunk, gak usah nyebar fitnah deh. 😐
@Tana. 1.12
Ahaay dedeuhhh, dedek udah gede ternyata bisa main date-date'an 😘
@Bang Rahman 1.14 PM
Bang Rahman minta disentil bibirnya yah.
@Tana 1.15 PM
Jemari Tana masih sibuk membalas pesan WA yang masuk di grup ramenya minta ampun karena Alvin yang mengompori. Rasanya Tana udah sering meeting bareng Reno terhitung sejak ia jadi manajer baru, kenapa baru pada heboh sekarang?
Iris azel Tana melirik Reno yang masih fokus mengemudi, rasa canggung mulai menyeruak. "Pak, boleh nyalain radio atau musik apa aja kek. Gak enak di mobil sepi kayak gini."
Duh emang dasar mulutnya Tana kadang enggak bisa dikontrol, Tana menarik napas lega ketika Reno hanya mengangguk.
"Pak."
"Apa lagi?" Tanya Reno dengan mata yang memicing, bahkan suara Ed Sheeran yang melantunkan lagu Photograph tak mampu mengusir rasa kaget di hati Tana.
"Nggak apa-apa." Tana menggeleng pelan, tapi kemudian mulutnya kembali terbuka. "Padahal saya cuman mau ngajak ngobrol bapak aja, rasanya aneh ketika kita udah sering jalan bareng tapi bertukar kata dengan begitu hematnya. Kita udah kayak orang asing yang cuman menyapa ketika ada perlunya, Hah.. Ini nih yang bikin saya takut sama bapak. Bentar-bentar melotot, terus berdehem. Nggak capek apa pak jadi orang jutek?"
Setahu Reno tadi Tana bilang nggak apa-apa, yang artinya pembicaraan ditutup sampai di situ. Tapi apa? Mulut Tana tak berhenti bicara mengutarakan apa yang ada di pikirannya.
"Kamu mau saya kasih SP?"
Tana langsung memajukan bibirnya, ia merenggut tak suka dengan Respon Reno. "Ya elah pak, gitu aja baper."
"Giliran dibecandain Yunita aja, senyum-senyum nanggapin dengan sepatah dua patah kata. Giliran saya yang ngajak ngobrol, langsung dimarahin. Kenapa bapak nggak ajak Yunita aja sih?" Tana melirik sebal pada Reno, bukan tanpa alasan Tana mengutarakan ketidaksukaannya atas sikap Reno kali ini. Ia sudah terlalu jenuh dengan ketidakpedulian Reno padanya, bukan Tana ingin diperhatikan. Hanya saja jika Reno memang membenci Tana, tolong jangan persulit Tana dengan mengharuskannya berada di sekitar Reno.
"Kan enak tuh kalo Yunita yang diajak, bapak gak usah liat saya gak usah ngobrol sama orang yang bapak benci. Mendi-- Aw..., Bapak bisa nyetir nggak sih?" sungut Tana dengan kesal ketika dahinya menyentuh dashboard, tangannya mengusap dahinnya yang memerah.
"Kamu berisik, apa perlu saya sumpel mulut kamu pake mulut saya biar diem?"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top