05 ~ Sungguh Terlalu
Apapun pekerjaannya kepercayaan adalah yang utama.
Jangan merusak kepercayaan yang sudah aku bangun.
Sekalinya kepercayaanku itu dirusak, situasinya tak 'kan lagi sama.
Namun, sekalinya kau meragukanku atau orang terdekatku,
selamanya ragu itu juga berlaku untukmu
~L.K~
🍃🍃🍃
Hari sudah beranjak siang, tetapi gelak tawa masih saja begeman di ruang bimbingan konseling. Dua lelaki berbeda usia masih tetap terbahak. Keduanya bersikukuh bahwa calon sudah setia menanti.
Radit si guru BK merasa dirinya yang harus menikah terlebih dahulu. Namun, Nardo yang lebih muda tak ingin kalah. Merasa menikah muda sah-sah saja. Tanpa peduli siapa yang yang lebih tua dan siapa yang lebih muda.
"Memangnya Pak Radit sudah menetapkan tanggal pernikahannya? Kapan?"
"Mau tahu banget? Nanti juga bakal tahu pas saya sudah sebar undangan," kilah Radit.
"Calonnya orang mana?"
"Nah, calonmu yang katanya sudah setia menunggu itu orang mana? Super sekali dia mau menunggu sampai sukses." Bukannya menjawab lelaki bermata sipit itu justru balik bertanya.
"Calon saya Insya Allah cantik, Pak. Untuk sementara sebut saja Fulanah. Saya tidak ingin mendahului kehendak Allah dan takdirnya. Semua masih Allah rahasiakan, tapi saya yakin si dia akan datang saat saya sudah sukses."
"Jadi dari tadi pasang kuda-kuda untuk main aman? Tahu begitu saya jujur-jujur saja. Calon saya identitasnya juga masih dirahasiakan. Allah gitu, sukanya main rahasia-rahasia. Sebut saja si doi itu Fulanah 2. Jangan-jangan Fulanah-mu itu teman dekat Fulanah-ku."
"Cailah ..., jangan-jangan Fulanah-mu dan Fulanah-ku sedang bergibah tentang kita," ujar Nardo dengan tawa lebar hingga meninggalkan segaris mata saja yang tampak.
🍃🍃🍃
Selama beberapa hari Nardo disibukkan dengan mempelajari beberapa administrasi kelas yang harus dia selesaikan. Belum lagi permasalahan anak kelas X TSM 1 yang seperti banjir rob, terus datang tanpa pernah surut.
Baru hari ini Nardo menyempatkan diri untuk berkunjung ke ruangan khusus para pejuang data. Ruangan itu cukup nyaman untuk ditempati oleh enam orang. Pak Roni sebagai Kepala Tata Usaha ditambah tiga staf TU untuk membantunya.
Selain itu ada juga Pak Yusuf sebagai Koordinator Operator SMK Bina Bangsa yang akan menjadi rekan kerja Nardo. Nardo mendapat meja yang bersebelahan dengan Pak Yusuf. Aroma floral dari pengharum ruangan menyapa indera penciuman Nardo saat memasuki kantor TU.
"Akhirnya kita dapat bala bantuan, master lagi di dunia operator. Bukan begitu, Pak Roni?" ujar Pak Yusuf sembari melempar senyum pada Nardo.
"Benar sekali, Pak Yus. Saya dengar dari Pak Tjah kalau Mas Nardo ini sudah pro kalau berurusan dengan aplikasi," sahut Pak Roni.
"Pak Tjah terlalu melebih-lebihkan, Pak. Saya ini banyak kurangnya dari pada lebihnya. Termasuk kurang cakep, kurang pandai, kurang uang juga."
"Aih ..., Mas Nardo ini terlalu merendah. Jangan begitu, Mas. Sharing ilmunya, kok bisa betah kerja dengan banyak aplikasi. Soal aplikasi, apa bedanya madrasah dengan sekolah umum seperti kita?" tanya Pak Yusuf.
"Mau gimana lagi, Pak, kalau wes di-pakon sama atasan apalagi sampai Pak Kyai yang minta tolong, mau nggak mau harus mau karena niatan saya adalah benar-benar mengabdikan diri di madrasah dan pondok."
"Lah, gitu itu ada bayarannya? Saya juga dengar Mas Nardo kerjakan pendataan untuk beberapa sekolah, ya? Nggak sakit kepala, Mas, soalnya saya lihat Pak Yus kalau sudah masuk bulan data rasanya kepala juga ikutan puyeng," tanya pak Roni.
"Iya, Pak, saya pegang enam lembaga di luar empat lembaga di bawah naungan yayasan tempat saya mengabdi."
"Wah! Otaknya nggak ngebul? Saya pegang satu sekolah saja sudah megap-megap. Apalagi kalau sudah mepet batas akhir pengerjaan. Rasanya itu pengen tenggelamkan diri di kolam ikan," ujar Pak Yusuf sembari menggeleng tak percaya dengan pekerjaan Nardo.
"Sekolah yang saya bantu itu jenjang Raudlatul Athfal (RA) setara TK. Jumlah siswanya juga tidak banyak. Beberapa bahkan tidak sampai 30 siswa. Selain itu saya juga kasihan, tenaga pengajarnya sudah ibu-ibu, susah untuk belajar IT karena kesibukannya. Jadi, ya, iyain aja, dah!
🍃🍃🍃
Pembicaraan tiga orang yang menjadi "jantung" sekolah itu harus terjeda karena memasuki waktu salat Duhur. Ketiganya berjalan beriringan kembali ke ruangan semula.
Dulu, segala bentuk pendataan dilakukan secara manual, mengumpulkan berkas secara berkala ke dinas terkait. Seiring berkembangnya jaman, kertas-kertas berisikan data itu sudah mulai jarang dibutuhkan.
Pendataan sudah lebih kekinian dengan menggunakan beberapa aplikasi yang dirancang untuk dunia pendidikan. Tidak hanya satu atau dua aplikasi, ada banyak aplikasi bermunculan sesuai dengan peruntukannya.
Mulai aplikasi untuk data guru dan siswa, data keuangan, data mengenai sarana dan prasarana, bahkan pendataan untuk mengajukan pembelian buku menggunakan dana bantuan dari pemerintah.
Aplikasi-aplikasi tesebut dioperasikan oleh seorang yang disebut operator sekolah/madrasah. Operator itu adalah jantung dari sekolah. Mengapa demikian? Karena berjalan tidaknya sebuah sekolah saat ini sangat bergantung dengan kinerja sang operator.
Data beres, dana bantuan berjalan lancar, semua warga sekolah tenang. Data bermasalah, operator disalahkan, warga sekolah dilanda gelisah.
"Aplikasi di madrasah ada berapa, Pak? Kalau di SMK yang utama itu Dapodik, Verval PD, Verval SP, Verval PTK, Aplikasi BPOPP, Simbada, A-GTK, terus apalagi, ya? Saya lupa, soalnya ada yang jarang-jarang dipakai," ujar Pak Yusuf setelah sampai di ruang TU.
"Di madrasah lumayan banyak, sih. Simpatika, ARD, Emis, SiBosPintar, SiEka untuk PNS, Bio Un, E-Manja, E-Monitor, Emis PIP ada Verval PD dan Verval SP juga, selebihnya saya lupa," jawab Nardo.
"Kalian ini yang terbaik, tak acungi jempol untuk operator sekolah. Wes cocok! Kalian sebagai operator itu kayak semboyan SCTV, satu untuk semua," ujar Pak Roni.
"Kalau di madrasah itu lebih ekstrim, Pak. Ada kepala sekolah yang merangkap jadi operator. Ya, sebutlah dia keparator. Beda lagi kalau seperti saya yang semua aplikasi dikerjakan, bahkan merangkap jadi operator di beberapa lembaga. Sepertinya sebutan yang pas itu sekarator," jawab Nardo.
"Soale kerjaannya bener-bener bisa bikin sekarat makanya disebut sekarator. Sekarat data internet, sekarat isi dompet, sekarat dari segi kesehatan juga iya. Begadang terus!" bela Pak Yusuf.
Pak Roni kembali memasang wajah seriusnya saat menatap Nardo. "Kalau sistem kerjanya operator itu gimana?"
"Kalau saya, sih, sistem kepercayaan. Kalau mereka percaya sama saya, meski deadline mepet sudah pasti dan harus saya selesaikan karena saya tidak ingin mengecewakan mereka yang sudah percaya sama saya." Nardo menjawab dengan tegas.
"Kalau mereka misalnya ragu atau tidak percaya, bagaimana? Apa masih akan lanjut dikerjakan?" tanya Pak Yus pada Nardo.
"Untuk apa saya kerjakan kalau mereka tidak percaya? Kalau tanggung-tanggung percayanya, apalagi mereka ragu sama saya, sekalian nggak usah mendekat. Percuma ngoyo dikerjakan kalau dasarnya emang sudah tidak ada rasa percaya. Mereka akan cari celah dari rasa ragu itu.
Pak Roni dan Pak Yusuf kompak mengangkat kedua jempolnya.
"Mantul banget jawaban Mas Nardo ini, Pak Ron. Ibaratnya untuk apa diperjuangkan kalau masih ragu dan tidak ada rasa percaya."
"Banget! Kelihatan kalau sudah pengalaman menjadi pejuang data," imbuh Pak Roni. "Peraturane operator itu ada berapa Pak Yus?"
"Peraturan operator itu ada dua. Pertama operator dilarang sakit, cuti atau meliburkan diri. Kedua, kalau operatornya sakit, cuti atau meliburkan diri, balik lagi ke peraturan pertama tadi. Uwes, muter-muter disitu aja dari jaman sinetron azab sampai sinetron Suara Hari Seorang Istri." Bukan Pak Yus yang menjelaskan, melainkan Nardo.
Gemuruh gelak tawa memenuhi ruangan tersebut. Beberapa anggota staf TU juga tak ketinggalan meramaikan suasana siang itu. Membangun sebuah keakraban dengan rekan kerja sangat dibutuhkan untuk kenyamanan bersama.
Tak perlu menjaga jarak semisal bisa dikerjakan bersama dan lebih ringan. Tidak perlu juga membangun sekat jika berbaur lebih tenang dan damai. Rekan kerja adalah keluarga kedua, tempat kerja adalah rumah kedua. Jika tidak ada rasa nyaman di rumah kedua, maka tidak ada keluarga kedua.
🍃🍃🍃
Satu untuk semua
Ngobat dulu
Rumitnya alur
Selamat malam!
Masih potek hatinya? Semoga tidak.
Untuk kalian yang ingin tahu kisah Radit boleh mampir di cerita Dèanach.
Kalau ingin tahu bagaimana kisah Nardo sebelumnya boleh mampir di Menunggu Maaf (cerpen), tapi kalau di cerpen itu kalian menemukan banyak kata yang salah, tanda baca, dan beberapa typo mohon dimaafkan, Na belum sempat benerin.
ONE DAY ONE CHAPTER BATCH 4
#DAY5
Bondowoso, 02 Oktober 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top