02 ~ Selamat Bertugas!

Dari yang tak ada lalu tiba-tiba berdiri di antara mereka.
Meski tak diterima, meski tak dianggap, tak masalah!
Aku 'kan tetap di tempatku.
Menunggu mereka 'tuk berbalik dan tersenyum padaku ....

(Nardo Shidqiandra)

🍃🍃🍃

Di undangan yang tersebar tertera pukul setengah sembilan. Nyatanya acara dimulai satu jam kemudian setelah beberapa anggota rapat banyak yang mengeluh. Tradisi jam karet seperti sangat mendarah daging di negara ini.

Jam sudah menunjukkan pukul satu lewat tengah hari. Azan Zuhur juga sudah berkumandang hampir sejam yang lalu. Duduk selama berjam-jam dengan menyimak pembicara yang sedang menyampaikan materi membuat beberapa orang di ruangan itu tidak nyaman.

Sejauh mata memandang, Nardo bisa melihat beberapa orang bahkan terlelap di tengah kegiatan yang masih berlanjut. Sebenarnya kantuk juga menyerang matanya, tetapi dia tahan karena tak enak dengan Pak Tjah yang sangat antusias mendengarkan.

"Mas Nardo paham dengan yang disampaikan Mas Rifan? Beliau itu operator kabupaten, kalau ada apa-apa bisa menghubunginya," ujar Pak Tjah.

"Insya Allah paham, Pak. Selama di pondok saya pernah diminta untuk mengerjakan aplikasi seperti ini. Terkait dengan pendanaan pondok dan juga beberapa madrasah yang bernaung di sana," jawab Nardo sembari menegakkan tubuhnya.

"Saya percaya Mas Nardo pasti bisa. Ini nanti kaitannya dengan bantuan khusus jenjang SMA/SMK/MA sesuai dengan usulan gubernur. Kabarnya kalau sudah mendapat bantuan yang ini sekolah-sekolah baik negeri maupun swasta tidak diizinkan menarik iuran dalam bentuk apapun."

"Semoga bantuan ini memang disesuaikan untuk kebutuhan siswa kalau memang bantuan ini untuk mengganti iuran SPP setiap bulannya."

"Harus itu, Mas. Kita diberikan amanah mendidik anak-anak, kemudian anak-anak mendapat bantuan dari pemerintah, otomatis itu adalah hak anak-anak. Sepeserpun haram bagi kita untuk mengambil hak anak."

"Benar, Pak. Saya kadang miris saat mendengar ada beberapa oknum yang sengaja memanfaakan anak-anak seperti sapi perah. Kalau semua itu sesuai dengan penggunaannya tidak apa-apa, tapi kalau nyatanya dipakai sendiri, bagaimana?"

"Semoga kita dilindungi dari segala perbuatan tidak baik. Sebentar lagi selesai, kita salat di masjid sebelah saja, supaya enak kembali ke sekolah."

🍃🍃🍃

Nardo mengesampingkan canggung yang dia bawa dari ruang guru, pagi tadi. Sesuai dengan anjuran Pak Tjah, Nardo langsung menemui Bu Hasnah untuk menanyakan beberapa tugas wali kelas yang akan dialihkan padanya.

Kegiatan belajar mengajar masih berlangsung Nardo memasuki ruang guru. Dia menghela napas karena menemukan ruangan itu sedikit lengang. Hanya ada beberapa meja yang terisi oleh pemiliknya.

"Tak pikir wong anyar langsung muleh setelah rapat. Ternyata balik lagi, Pak?" sindir Bu Dara, guru perempuan yang melayangkan interupsi saat sesi perkenalannya pagi tadi.

"Motor saya di sini, Bu. Lagian lokasi rapatnya berlawanan arah dengan rumah saya. Kalau searah sudah pasti saya langsung pamit pulang," jawab Nardo pelan, tak lupa dengan bonus senyum manisnya.

"Woaah, enak banget hari pertama ngajar sudah mau pulang awal. Di sini ini harus disiplin, Pak. Datang pagi, pulang sore. Ini full day school, bukan sekolah ecek-ecek seperti dipinggiran sana."

"Saya bilang 'kalau searah', sayangnya tempat rapat 'kan nggak searah, Bu." Nardo membalas lagi dengan wajah ramahnya.

"Bu Hasnah!" Nardo melambaikan tangannya saat wanita hamil itu masuk ke ruang guru. "Mohon maaf, Bu ..., Bu ..., Ibu namanya siapa, ya? Saya belum kenal sama Ibu. Permisi, saya ada perlu dengan Bu Hasnah. Numpang lewat, nggih, Bu."

Nardo melewati Bu Dara dengan sedikit menunduk. Lelaki itu menggeser tubuhnya perlahan supaya tak bersinggungan dengan Bu Dara. Setelah bebas, Nardo mengusap dadanya seperti ada kelegaan tersendiri saat berhasil lolos dari tatapan tajam mata Bu Dara.

Wanita yang dilewati Nardo menghentak kakinya beberapa kali dengan mulut komat-kamit seperti mengumpat tanpa suara. Namun, mata merah, bibirnya yang maju, serta tangan yang mengepal tak bisa disembunyikannya.

Nardo cuek dan melenggang menuju meja Bu Hasnah. "Bu, Pak Tjah berpesan, saya diminta untuk menemui Ibu perihal tugas-tugas wali kelas. Apa saja yang harus dikerjakan? Jujur saja ini pengalaman pertama saya menjadi wali kelas."

"Loh, katanya Pak Nardo ini pindahan? Sebelumnya ngajar di mana?" tanya Bu Hasnah.

"Saya cuma ngajar anak-anak pondok, Bu, ngajar siswa MTs juga, tapi belum pernah jadi wali kelas."

"Itu ada loker dengan label X TSM 1, di situ ada jurnal kelas, buku catatan pelanggaran, buku pembinaan, dan buku penghubung siswa. Nanti Pak Nardo juga akan menerima jurnal mengajar, jadwal, kalender pendidikan, rencana pekan efektif, dan kelengkapan mengajar lainnya. Untuk buku pegangan guru Bapak bisa pinjam ke perpus."

Nardo hanya mengangguk mendengar rentetan panjang mengenai tugas barunya sebagai wali kelas. "Kalau saya ada yang belum paham, boleh saya tanya-tanya sama Bu Hasnah?"

"Ya boleh banget, Pak. Ndak usah sungkan. Kita ini memang guru, tapi kita juga sama-sama belajar. Saling membantu satu sama lain. Kalau ndak bisa ngatasi bocah-bocah, Pak Nardo bisa panggil bala bantuan. Pak Radit biasanya paling siap siaga soal bocah-bocah," ujar Bu Hasnah dengan wajah yang berbinar.

"Pak Nardo ada laptop? Kalau ndak punya bisa mengajukan pinjaman sama Waka. Sarpras. Apalagi Pak Nardo operator, dijamin ndak akan dipersulit," jelas Bu Hasnah lagi dengan logat Jawa yang khas.

"Terima kasih, Bu. Saya sudah ada laptop. Besok saya mau les privat dulu sama Bu Hasnah sebelum masuk kelas X TSM 1."

🍃🍃🍃

Setelah menempuh perjalanan hampir satu jam, Nardo memasuki pelataran rumah saat fajar mulai turun ke peraduannya. Kedua orang tuanya menyambut, tak lupa si bungsu-Adisty Dirandra-yang langsung menjulurkan tangannya.

"Mas Nardo baru sampai kok langsung minta gendong, Nduk? Mas masih capek. Biarkan istirahat dulu," ujar sang ibu.

"Ndak apa-apa, Bu, Nardo juga rindu sama Adis." Nardo memeluk dan mencium gadis berusia enam tahun itu dengan gemas.

"Oka ke mana, Yah, kok ndak kelihatan?" Nardo menanyakan keberadaan-Asoka Nawasena-si tengah yang kini duduk di kelas sembilan.

"Oka dijemput temannya. Pak Kyai minta bantuan anak-anak remas untuk nyiapkan masjid yang akan ditempati untuk pengajian nanti malam. Kamu bisa hadir?"

"Insya Allah bisa, Yah."

"Kamu ndak capek, Le? Perjalanannya lumayan jauh. Kalau capek jangan dipaksakan. Di sini saja nemeni Ibu sama Adis. Kalau adikmu dibawa nanti malah jauh mainnya," tutur sang ibu.

"Adis emoh ikut Ayah. Adis mau sama Mas Nardo saja di rumah."

Nardo menatap ayahnya meminta persetujuan. Sang ayah mengangguk sambil berucap, "Kasih Adis ke ibu, kamu bersih-bersih dulu dan siap-siap jamah sama ibu di rumah. Ayah mau nyusulin Oka ke masjid."

"Nggih, Yah!" jawab Nardo sambil menurunkan si bungsu.

Nardo memasuki kamarnya, tas ransel hitam di punggung sudah berpindah ke kursi meja belajarnya. Lelaki berambut cepak itu berniat ingin membaringkan tubuh sejenak saat ponsel pintarnya berdering.

"Asalamualaikum ...."

"Wa alaikum salam, piye hari pertamanya? Amankah?" tanya suara dari seberang.

"Insya Allah aman-aman saja. Meski pas mau pulang tadi ada yang nyeletuk-nyeletuk, ya sindir-sindiran ngunu, lah!"

"Nyindir piye? Nggak kamu bales?"

"Nyindire sih halus, tapi agak nyelekit. Dia bilang, biasanya kalau cuma modal tampang itu nggak bisa apa-apa. Kalau mau tahu gimana kemampuannya, lihat saja satu-dua bulan kemudian. Wong ganteng iku ibarate kayak tong kosong nek ditabuh, krompyangan tapi ndak ono isine."

"Terus, kamu diem aja dibilang kayak gitu?" suara dari seberang terdengar tak terima.

"Mau dikomentari gimana? Lah wong kutipan peribahasa yang dia sampaikan buat nyindir aku ae wes keliru," jawab Nardo sambil terkikik.

🍃🍃🍃

Selamat malam, sayangku!
Semoga Nardo bisa menemani malam kalian dengan baik.
Salam dari Na.
Jangan lupa jaga kesehatan, istirahat yang benar, dan jangan lupa makan.
Kenapa jangan lupa makan?
Karena kalian pasti butuh tenaga ekstra untuk menghadapi kenyataan.
I Love you, sayangkuu!
(Mohon maaf bukan lebay, tapi kata-kata sayang ini selalu terngiang di telinga)

ONE DAY ONE CHAPTER BATCH 4
#DAY2
Bondowoso, 29 Spetember 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top