2
Buat yang bingung siapa Lady dan Seno mereka ada di lapak JA ya. Lady adek dari bang Eru dan Seno orang kepercayaan Eru...
Gak baca JA juga gak masalah kok...karena cerita ini berdiri sendiri.
Cuzz... happy reading sista 😘😘
🌿🌿🌿
Tiga hari setelah pertengkaran mereka Seno baru bertandang ke rumah orangtua Lady. Setibanya di sana Seno langsung menuju ruang makan. Di meja makan hanya ada orangtua dan abangnya Lady. Perempuan itu sendiri tidak terlihat bergabung sarapan. Elen, mama Lady mengajaknya untuk sarapan bersama namun Seno menolaknya. Saat Eru menyuruhnya ikut sarapan laki-laki tersebut tak berani menolaknya.
Elen dan Prabu terkekeh melihatnya. Seno benar-benar patuh dan tidak membantah satu katapun yang keluar dari bibir putranya. Tak berapa lama Lady turun dari lantai dua dan bergabung dengan mereka. Ia tidak menghiraukan kehadiran Seno di sebelah abangnya, dirinya masih jengkel terhadap pria itu.
Tanpa menatap kearah laki-laki yang dicintainya, perempuan yang memakai blouse lengan pendek peach dan celana bahan hitam itu memakan sarapannya. Ia enggan menyapa Seno. Dia memang mencintai pria tersebut namun jika harus merendahkan dirinya jangan harap. Selama ini dirinya sudah mengalah, menahan sakit karena mencintai secara sepihak.
Lady tahu resikonya saat dirinya memaksa Seno menjadi pasangannya, tetapi tak bisakah pria itu memberinya secuil cinta padanya. Ini sudah satu tahun lebih tapi hubungan mereka tetap di tempat tanpa ada kemajuan. Bukan waktu yang singkat untuk Lady berusaha mengambil hati Seno namun cela untuk dirinya masih tetap tertutup rapat.
Mungkin yang dikatakan Felly benar sudah saatnya ia menyerah. Tapi hatinya berat jika berpisah dengan Seno. Dirinya sudah terbiasa dengan pria itu, sudah terbiasa Seno di sampingnya. Jika harus sendiri Lady belum bisa membayangkan bagaimana nantinya. Ia menghela napas pendek, kenapa cintanya harus seperti ini? Sekalinya jatuh cinta tak mendapat balasan.
"Dy, udah selesai. Berangkat dulu ya." Didorongnya kursi di belakangnya sampai menimbulkan suara deritan.
"Seno-nya belum selesai, Sayang," tunjuk Elen kearah piring Seno yang masih tersisa sedikit nasi.
"Dy, berangkat sendiri aja nggak usah diantar," jawab Lady tanpa mau melihat kearah Seno.
"Tapi, Sayang. Seno udah datang tunggu sebentar, ya?" bujuk Elen lagi. Firasatnya mengatakan terjadi sesuatu dengan pasangan itu, namun ia tidak akan ikut campur. Baginya mereka sudah dewasa pasti mampu menyelesaikan permasalah mereka.
"Nggak usah, Ma. Lady berangkat sendiri aja," tolaknya lagi.
Lady mengambil tasnya dan menyampirkan tali tas itu ke bahu. Kemudian mencium tangan kedua orangtua dan mencium pipi abangya sekilas. Sedangkan kakak iparnya belum terlihat mungkin masih tidur, maklum saja sejak hamil Arumi jadi sedikit pemalas.
"Biar diantar Seno, Dek." Eru menghentikan langkah Lady yang sudah mencapai ruang tengah.
Lady menghela napasnya, ia butuh waktu sendiri untuk memikirkan semua ini. Tanpa banyak kata perempuan itu duduk di sofa tengah lalu menyalakan televisi. Abangnya jelas tahu jika ada yang tidak beres dengan dirinya. Ia tidak akan mengeluh apa-apa pada Eru. Abangnya sudah memperingatkan Lady saat dirinya meminta izin untuk menjalin hubungan dengan Seno.
"Dy.." belum selesai Seno bicara, Lady sudah berdiri dan meninggalkan dirinya.
"No, habis antar Lady aku tunggu di rumah."
Seno berbalik dan mengangguk mendengar perintah Eru. Kemudian, ia melanjutkan langkahnya ke depan.
🌿🌿🌿
"Saya turun di sini."
Seno tidak menghiraukan perintah Lady. Pria itu terus melakukan mobil ke butik milik perempuan berwajah ayu sampingnya. Untuk mengantisipasi Lady secara tiba-tiba membuka pintu maka Seno menguncinya. Ia tahu kekasihnya itu masih marah padanya.
Sebenarnya selama ini Lady tidak pernah menuntut dirinya berperilaku layaknya orang bertunangan pada umumnya menghabiskan waktu bersama, hang out atau sekedar duduk berdua di taman. Dia memahami Seno. Bisa dikatakan mereka jarang berkencan. Lady akan menelepon dirinya untuk mengingatkan istirahat, makan dan jika perlu teman ke undang pesta. Tapi entah mengapa Seno masih belum bisa menerima Lady sepenuhnya. Kadang ia merasa bersalah pada perempuan cantik tersebut karena dirinya tak bisa berpura-pura baik pada Lady.
"Seno! Kamu dengar saya, kan? Kenapa terus berjalan? Berhenti!" hardik Lady kesal. Apa pria itu tuli sampai menghiraukan perintahnya?
Seno menutup telinganya pura-pura tidak mendengar. Ia terus melajukan mobil tersebut, tidak berapa lama benda besi beroda itu berhenti tepat di depan sebuah rumah minimalis di kawasan pertokoan elit pusat kota. Dengan segera Lady membuka pintu mobil tapi kuncinya belum dibukan Seno. Ia hempaskan tubuhnya disandaran jok mobil.
"Dy, aku minta maaf soal kemarin. Aku... aku bukannya nggak suka kamu ke rumah, hanya saja..."
"Kamu nggak ingin aku dekat dengan keluargamu, kan? Aku tahu kamu kurang suka jika aku kesana. Satu tahun lebih dan kamu masih nggak suka. Beri aku satu alasan yang tepat agar aku nggak ke rumahmu lagi." Lady menatap lekat wajah Seno dari samping.
Pria itu diam. Apa yang harus ia katakan? Apa dia harus mengatakan yang sebenarnya kalau memang ia tidak suka Lady main ke rumahnya, dekat dengan keluarganya?
"Udahlah. Buka pintunya aku udah telat."
Seno membuka kunci otomatis pintu mobil. Lady keluar dan menutup pintu tanpa menoleh padanya. Seno memandangi siluet tubuh lady yang menghilang di balik pintu butiknya.
🌿🌿🌿
Dengan jantung berdebar tidak karuan Seno membawa kakinya melangkah memasuki bangunan sederhana namun luas yang sering disebutnya rumah. Tempat dimana dia juga teman-temannya dilatih sebagai seorang bodyguard. Sudah lebih dari 5 tahun dirinya bergabung dengan kelompok ini. Baginya mereka adalah keluarga.
Namun perasaannya mengatakan ada yang tidak beres dengan bos-nya. Meskipun tadi lelaki itu berbicara seperti biasanya tapi sorot matanya menunjukkan percikan amarah. Seno memberanikan diri mengetuk pintu ruangan Eru lalu masuk setelah mendengar instruksi dari bos-nya. Dengan susah payah ia menelan ludah melihat Eru dengan wajah kerasnya.
"Pak."
Pria itu berbalik berjalan kearahnya. Hanya sepersekian detik rahang Seno terasa sakit, Eru memukulnya meskipun bukan di titik fatal. Beberapa kali laki-laki tersebut menerima pukulan yang dilayangkan Eru.
"Aku sudah katakan padamu jangan pernah menyakiti Lady. Aku juga sudah memperingatkanmu jangan mempermainkan perasaan adikku. Jangan memberinya harapan palsu dan jangan menerima cintanya karena balas budi padaku. Tapi kamu tidak mendengarku. Kamu mencoba bermain-main denganku, heh?!
Satu tahun Seno hampir satu tahun lebih belum cukupkah untukmu bisa menerimanya? Aku diam bukan berarti tak tahu apa-apa. Jangam berpikir dia mengadu padaku, Lady tak pernah sekalipun bercerita padaku tentang hubungan kalian. Kurang apa Lady? Aku tahu dia bukan tipe orang yang setia tapi denganmu dia bertahan sampai sekarang, tapi sepertinya dirimu yang terlalu angkuh karena dicintai olehnya. Lebih baik pertunangan kalian dibatalkannya saja, tidak ada gunanya bertahan dalam hubungan yang saling menyakiti. Sungguh menyesal aku mendorong Lady untuk tidak menyerah mendapatkan dirimu."
Pria itu menutup mulutnya dengan rapat. Ia kira Eru tidak akan memantau hubungan mereka ternyata secara diam-diam memperhatikan mereka.
"Pak."
"Pergilah. Tidak ada gunanya kamu di sini. Soal pembatalan pertunangan biar aku yang mengurusnya." Eru sudah tidak tahan melihat kesedihan yang terus menerus ditutupi oleh adiknya. Mereka lahir dari rahim yang sama karena itu ikatan batin mereka lebih kuat. Dirinya pria yang memang ditakdirkan untuk mengejar keinginannya, lain hal dengan Lady. Sekuat dan setegar apapun perempuan itu tidak pantas untuk disia-siakan. Adiknya berusaha bertahan namun pada akhirnya Eru akan memaksanya untuk menyerah.
"Pak, saya..."
"Keluar Seno! Sekarang. Sebelum timah panas ini menancap di kepalamu!"
Dengan langkah lesu dan gontai serta wajah lebam juga perut sakit Seno keluar dari ruangan Eru. Dirinya memang pantas mendapatkan ini semua. Bos-nya sudah cukup baik namun dia seperti anjing yang menggigit majikannya, tidak tahu terima kasih. Sekarang keadaan semakin rumit hubungannya dengan Lady juga Eru menjadi tegang. Mungkin bos-nya benar dirinya terlalu sombong dicintai oleh perempuan berparas ayu itu.
Ya Tuhan kenapa semakin rumit seperti ini.
🌿🌿🌿
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top