PART II: Weird

"kumohon… hapus…"


Suara tersebut menyadarkan Rei yang terbaring di atas lantai koridor yang gelap. Dengan merogoh sakunya, ponsel ia keluarkan untuk menyalakan senter. Ia menyorot senternya ke arah datangnya suara.

"Rasanya... Aku mendengar sesuatu tadi. Halo? Apa ada seseorang disini? Geez, kukira kita kembali ke sekolah." suara derap langkahnya menggema di sepanjang koridor berharap dia dapat menemukan seseorang atau lebih baiknya jalan keluar. Setiap tangga ia turuni menuju lantai bawah.

"Rouge? Riley? Kalian disana?" ia mengintip dari balik tembok kantin namun tak ada siapa pun disana. Dengan kecewa ia berbalik dan berjalan ke setiap kelas dengan menyorot setiap sudut ruangan dengan senter ponselnya namun rasanya tempat ini atau lebih tepatnya sekolah ini tak berpenghuni.

"Hey! Jika kalian mendengarku, berteriaklah seperti saat kelingking kaki kalian menabrak kaki meja!" Rei mulai panik dan akhirnya berlari ke lobby utama, mungkin saja dia bisa keluar dari sana.

Pintu utama ia coba dorong beberapa kali dengan sekuat tenaga hingga mendobraknya untuk membuatnya terbuka tapi rasanya ini sama saja seperti ia mendorong tembok, tak ada pergerakan sama sekali. Dengan banyak pertanyaan yang berbaris di pikirannya, ia mulai panik dan berpikir bagaimana cara dirinya untuk keluar dari tempat ini.

"oke, Rei. Tenangkan dirimu terlebih dahulu." ia berusaha menenangkan deru nafasnya setelah berjalan dan berlari di sepanjang koridor. Pertama, kenapa dia bisa berada di tempat ini lagi? Rasanya ia bersama Rouge dan ketua OSIS saat lampu kembali menyala sebelum akhirnya kepalanya terasa berat dan memaksanya berbaring di atas lantai dingin. Kedua, bagaimana dia bisa kembali ke sekolahnya? Terakhir kali mereka pergi ke tempat angker ini mereka dapat kembali dengan selamat. Masalahnya apa yang harus ia lakukan sekarang? Tak ada jalan keluar, tak ada siapa pun di sini. Ditambah ingatannya tentang siswi yang menghilang kembali menghantui pikirannya, mulai dari penampilannya, wajah mengerikannya, tatapan datarnya, hingga caranya berbicara yang terdengar seperti terdapat dua orang di dalam dirinya.


"kau-...tak perlu mati-..."

"huh?" suara itu lagi. Ya, dia ingat saat dia terbangun di tempat ini suara itulah yang pertama kali ia dengar. Tak perlu mati? Apa semua yang berakhir ke tempat ini akan mati? Jika itu benar, dia akan membayar biaya listrik tempat ini. 

Atmosfer sekitar semakin mencekam saat suara derap langkah kaki terdengar mendekat dari arah tangga. Seseorang? Tapi bagaimana jika bukan 'seseorang'?

"oke, dengar! Siapa pun yang ada disana, jika kau bukan Rouge atau Riley, pergi sekarang juga! Aku lelah dengan trik tempat aneh atau sekolah ini." Rei menghela nafas sejenak, kedua tangannya yang memegang ponsel mulai bergetar ketakutan. "apa tempat ini bisa menjadi lebih buruk lagi?" gumamnya pelan.

"ya, tentu. Tempat ini akan menjadi lebih buruk jika aku tak dapat menemukanmu." Dan sang pahlawan kesiangan kita telah datang, saudara saudara.

"sudah kubilang untuk berteriak seperti saat kelingking jari kakimu menabrak meja."

"itu hanya akan memperburuk keadaan. Apa pun itu, sebaiknya kita segera keluar dari tempat ini."

"satu pertanyaan. Bagaimana?"

Seketika hening dengan keduanya yang berpikir keras mencari jalan keluar dari tempat ini.

"kita coba saja cara yang masuk akal untuk keluar dari bangunan ini. Dan jangan lupa untuk mencari Riley."

"Riley? Bukankah dia pergi ke kelasnya?" Rouge menatap Rei dengan ekspresi heran seolah olah dia baru saja mendengar hal itu.

"kau bercanda? Dia baru saja pergi ke kantin dan karena terlalu lama, kau akhirnya menyusulnya."

"tunggu, apa-...?!"

"kau pergi keluar dan karena aku terlalu malas, aku memilih untuk duduk manis di atas kursi menunggu kalian. Tapi kurasa aku tak memiliki pilihan lain selain-..."

"Rouge! Kita keluar bersama!"

"Rei, aku bersumpah, aku berada di ruang-..."

"kita sudah menemukan Riley sebelumnya!"

"maaf? Ini pertama kalinya kita terdampar di tempat ini." Rei terdiam sejenak. Ia yakin, ia menemukan Riley di kantin dan mereka berhadapan dengan sang ketua OSIS sebelum hal aneh ini terjadi.

"kita pergi ke kantin." jawab Rei dengan menghela nafas dan berjalan menjauhi Rouge. Dia masih tak mengerti apa yang terjadi, tapi mungkin event yang sama akan terjadi dan dia akhirnya dapat kembali lagi ke tempat semula.

Di tengah perjalanan keduanya menuju kantin hanya sunyi yang mendampingi. Sesuatu terbesit di pikiran Rei, mungkin ini aneh, tapi hal ini semacam…

"time...loop?"

"time loop? Maksudmu seperti mengulang waktu?"

"ya, sepertinya itu yang terjadi. Rasanya… Aku kembali ke masa lalu sekarang ini dan… urgh, Bagaimana aku menjelaskannya?"

"oh, maksudmu kau tahu apa yang akan terjadi selanjutnya dan kembali ke masa lalu seperti orang yang menebar spoiler?"

"ya! Ya! Seperti itu."

"kau tahu, aku benci spoiler kecuali jika itu soal ulangan dan di waktu seperti ini. Jadi apa yang akan terjadi?"

"err… Akan ada siswi yang datang ke kantin dan mengatakan sesuatu seperti 'jangan mengganggu urusannya'? Aku tak tahu, tapi kemudian dia terlihat tersiksa oleh hal yang tak terlihat."

Rouge berusaha memahami penjelasan Rei terutama pada bagian hal yang dikatakan siswi tersebut dan pada akhirnya dia hanya dapat menyatakan satu hal.

"Kau tahu, sepertinya kita akan berhadapan langsung dengan hantu."

"oh Rouge…"

"aku tahu ini terdengar aneh, tapi apa yang kau katakan lebih aneh dari sebelumnya. Maksudku, lihat tempat ini! Hal apa yang bisa kau gambarkan dari kata mengerikan?"

"kostum halloweenmu saat kita berada di bangku SMP?"

"kumohon lupakan soal itu." Rei tertawa sekilas sebelum mereka memasuki area kantin. Tak ada siapa pun di dalam sana bahkan Riley sekali pun.

"aneh… Aku yakin di dalam ingatanku, kita menemukan Riley disini."

"bisa kau pinjamkan supervisionmu?"

"supervision?"

"ya, semacam penglihatan masa depanmu."

"untuk?..."

"melihat jodohku. Mungkin aku bisa memulai PDKT ku dari sekarang."

"jodoh ada di tangan Tuhan, Rouge. Jadi pergilah ke sisi-Nya jika kau ingin melihatnya."


"kalian berdua?" Suara yang terdengar tak asing lagi di telinga mereka. Akhirnya mereka dapat mendengarnya lagi.

"Riley! Kami menemukanmu!"

"telingaku…"

Tapi hal ini terasa baru bagi Rei. Mereka sampai sebelum Riley sampai di kantin, padahal sebelumnya mereka bertemu Riley di kantin. Dan setelah semua itu terjadi, hal yang mengerikan akan segera terjadi.

"urgh… Aku tak mengerti…"

"sama denganku. Yang terpenting kita menemukan Riley dan apa yang akan kita lakukan selanjutnya?"

"keluar dari tempat I-..."

"tunggu tunggu, aku mendengarmu mengatakan hal soal hantu yang berbicara, bukan?"

"oh, ya. Jika tak salah hal itu akan-..."

Belum sempat Rei menyelesaikan kata katanya, pandangan Riley kini tertunduk dengan tatapan kosong sebelum jatuh bersimpuh dengan kedua tangan yang menahan tubuhnya.

"hei, Riley? Kau baik baik saja?"

"kumohon-...itu! Hapus-...itu!" kedua tangan Riley memegangi kepalanya seolah olah menahan sakit dengan mengatakan hal yang sama berulang kali.

"wow, wow, Riley! Tenanglah!"

"hei! Riley! Sadarlah!"

"hapus!-... Kumohon hapus!"

"RILEY!" pada akhirnya keduanya meneriakkan namanya secara bersamaan dan akhirnya Riley dapat bernafas dengan tenang kembali. Kedua matanya kembali normal dan mulai menatap kedua temannya yang kini berdiri di koridor kelas dengan tatapan kosong.

"hei! Itu tak lucu!" teriak Riley dan akhirnya bangkit dan kedua temannya kembali sadar lalu menatap ke sekitar.

"huh?"

"hei, tunggu dulu… Bukankah kita seharusnya-..."

"ya, tempat ini-…"


"ahem!"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top