Chapter 05

Gadis masih berdiri di balkon rumah yang berada tepat di depan kamar si nona muda. Menikmati cahaya mentari di pagi hari setelah penolakan Lova atas kehadirannya. Gadis kecil itu kini justru memilih terisak di atas bantal dengan membuang barang-barang yang ada di kamar ke lantai.

Sedikit berpikir, apa yang harus Gadis lakukan untuk meredam rasa kecewa yang Lova rasakan. Selama mengenalnya, Gadis selalu memiliki cara untuk menyelami perasaan Lova, tapi sepertinya untuk saat ini tidak.

Gadis mondar-mandir di atas balkon saat sepasang mata sedang memandang apa saja yang dia lakukan. Hingga tanpa sengaja tatapan mereka bertemu pada satu titik. Senyum kaku otomatis menyambut, bersamaan pula terlintas ide gila dalam otak Gadis untuk menyelamatkan kekecewaan nona kecilnya.

"Semoga Mas Faruk bersedia," kata Gadis dalam hati.

Gadis turun dan berjalan keluar rumah. Masih dengan senyum yang sama, Gadis melihat Faruk bergeming di tempatnya.

"Mbak Gadis....?"

"Mas Faruk, maaf, hari ini repot tidak?" Secara singkat Gadis meceritakan apa yang terjadi dengan nona kecilnya. Dia hanya meminta tolong kepada Faruk untuk bersedia menghibur Lova di rumah.

"Baiklah, mari kita lihat Lova." Gadis mengikuti langkah Faruk. Sepertinya dia tidak asing dengan ruangan yang ada di rumah Lova, itu artinya Lova pasti sering mengajak Om Faruknya ini bermain bersama di rumahnya.

Mendapati kamar Lova yang masih sama, berantakan seperti kapal pecah. Faruk berjalan perlahan mendekati tubuh mungil yang meringkuk di atas bed. Tangannya terulur untuk mengusap kepala Lova dengan lembut.

"Lova, main yuk. Om Faruk nggak punya teman."

"Nggak mau!" jawab Lova cepat.

"Terus Lova inginnya apa?" tanya Faruk dengan

"Papa dan Mama janji mau mengajak Lova ke Songgolangit Waterpark, Om Faruk. Tapi mereka malah pergi ke kantor. Lova sebal!"

Tampak Faruk berpikir sejenak, kemudian bibirnya bergerak lagi. "Kalau ke Songgolangitnya sama Om Faruk dan Mbak Gadis mau?"

Lova bergerak perlahan, ada binar cerah menyusul kalimat yang disampaikan oleh Faruk kepadanya.

"Om Faruk tidak bohong pada Lova kan?" Lova memastikan.

"Untuk apa Om Faruk bohong, Lova mau nggak? Mumpung sekarang Om Faruk sedang libur, tidak bekerja."

"Mau...." Senyum Lova kembali. Mata lentiknya lincah bergerak meski tidak menutupi bengkak sisa tangisnya. "Mbak, siapkan bajuku. Aku mau ke Songgolangit sama Om Faruk dan Mbak Gadis."

Mbok Pur hanya bisa mengangguk, merasa kasihan melihat Lova yang kesepian karena kedua orang tuanya sibuk bekerja. Saat semua sudah siap, tiba-tiba Gadis merasa mual. Entahlah, beberapa hari terakhir ini kehamilannya butuh perhatian lebih.

"Kamu kenapa Dis?" tanya Faruk.

"Nggak apa-apa kok, Mas."

"Muka kamu pucat, kalau memang sakit kita pending saja. Lova pasti mengerti."

"Jangan...." Gadis menggeleng tegas. "Dia sudah senang jadi pergi ke Songgolangit meski tidak dengan orang tuanya."

"Kamu yakin?" tanya Faruk sekali lagi. Gadis mengangguk mantap. "Nanti kamu duduk saja di sana, biar aku yang menemani Lova bermain."

Senyum manis Faruk kembali menjelajah hati Gadis tanpa permisi. Entahlah ini untuk yang keberapa kali, yang jelas kebersamaan antara Faruk dan Lova membuat hati Gadis nyaman. Pikirannya kini justru melayang jauh, seandainya ayah dari jabang bayi yang dikandungnya seperhatian seperti halnya sikap Faruk kepada Lova, betapa sempurnanya hidup Gadis saat ini.

Gadis sedang mengusap perutnya saat suara Faruk kembali mengagetkan. "Gadis, kamu lapar lagi?" tanya Faruk mengernyit heran. Pasalnya sebelum Faruk turun ke wahana air bersama Lova, dia memutuskan untuk mengajak keduanya makan.

"Eh, nggak Mas," jawab Gadis.

"Perut kamu sakit?" Kembali Gadis menggeleng.

"Mbak Gadis sakit ya, Om Faruk?" tanya Lova sambil memperhatikan wajah Gadis yang semakin memucat. "Kita udahan saja Om, main airnya. Kasihan Mbak Gadis." Wajah gadis kecil itu memperhatikan Gadis dengan seksama.

Ada kedut tipis di hati Gadis, biasanya nona mudanya ini tidak pernah memberikan empati, bahkan untuk bertoleransi saja sangat sulit. Tapi kini?

"Aku sayang Mbak Gadis, aku nggak mau kalau Mbak Gadis sakit." Lagi-lagi hati Gadis menghangat. Setelah banyak peristiwa, tragedi dan rayuan akhirnya Lova meliriknya.

"Apa yang membuat Lova sayang Mbak Gadis?" tanya Faruk tiba-tiba.

"Mbak Gadis nggak pernah marah-marah ke aku seperti mbak-mbak sebelumnya. Bisa buatin makanan yang enak buat aku, pinter bantuin ngerjain PR." Meski bibir Lova menjelaskan tapi mata Faruk tak lagi memperhatikannya. Dia lebih asyik menatap Gadis yang mulai salah tingkah.

"Ya sudah mandi dulu yuk," ajak Gadis sebelum Lova bicara banyak yang akan merubah pipinya bersemu semerah tomat.

"Aku mandi sama Om Faruk saja. Mbak Gadis duduk di sini saja."

"Nggak boleh, Sayang!" jawab Gadis cepat. Ngilu hatinya belum sembuh jika mengingat peristiwa yang membuatnya harus memilih berada jauh dari keluarga. "Mandi dengan Mbak Gadis saja."

"Mengapa? Kan Om Faruk baik orangnya."

"Iya, tapi Non Lova harus mandi dengan Mbak Gadis. Karena Non Lova perempuan jadi nggak boleh mandi dengan laki-laki." Gadis menarik lengan Lova untuk mengajaknya ke kamar basuh.

Menikmati suasana seharian dengan senyuman. Gadis juga sudah tidak lagi merasa lemas. Semangat Lova seolah menular langsung kepadanya. Mungkin juga karena dia nyaman berada di dekat Faruk yang selalu memberikan perlindungan untuknya dan juga untuk Lova.

"Om Faruk, aku mau nonton. Ada film Disney terbaru. Ayo Mbak Gadis kita nonton saja." Menghitung waktu, sepertinya jika mereka harus menonton film di bioskop akan terlambat tiba di rumah.

"Tapi nanti Mama dan Papa marah kalau kita terlambat pulang," kata Gadis. Lova merubah mimik mukanya menjadi sedih kembali. Secepat itu, hingga Faruk kembali mengiyakan dan memberikan kode kepada Gadis untuk menuruti keinginan Lova.

"Nanti biar Om Faruk yang bilang ke Papa Fariz ya?" Lova mengangguk kemudian melangkah ringan mengikuti Faruk.

Seratus lima belas menit berlalu dan film pun selesai dengan baik. Rona bahagia itu tampak sekali menghias wajah Lova. Bahkan di sepanjang perjalanan pulang tak hentinya Lova bernyanyi.

"Kita sampai." Mobil berhenti di depan rumah Lova. Gadis melihat, dua mobil telah terparkir rapi di garasi. Itu artinya kedua majikannya telah ada di rumah sebelum mereka tiba.

Ketukan pintu, hingga tatapan tajam dari Fariz sempat membuat Gadis merinding. Terlebih saat suaranya terdengar menggelegar, membuat nyalinya semakin ciut.

"Lova, masuk ke kamar dengan Mama, cepat!"

Gadis hanya bisa memandang Faruk sekilas kemudian menunduk sebelum akhirnya dia harus duduk berhadapan dengan majikannya di ruang tamu.

------------------------------------->> 🐾🐾

to be continued
Blitar, 24 Mei 2022

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top