Penglihatan ke masa lalu
Aku memandang kedua makhluk itu dengan tajam. Ingin rasanya mengusir dari ruangan ini secepatnya, agar tak perlu lagi menampakkan diri dan mengganggu selama kami tinggal di sini.
Kulihat, wanita yang sedang mengayunkan kaki di atas atap mulai terbang perlahan menghampiriku. Rambutnya yang sedari tadi menutupi wajah, kini terbuka. Dia menampakkan wajah, sangat menyeramkan dan mampu membuat nyali siapa pun makin menciut!
Wajah yang putih pucat, dengan bibir yang sobek di kedua sisinya, hingga nyaris menyentuh sudut telinga. Mulutnya menganga sangat lebar dan kuku yang runcing, seakan hendak mencoba mencekik.
Kali ini, aku tetap berada di tempat, tanpa beranjak mundur sedikit pun. Wanita itu terbang makin mendekat, sampai saat dia tepat di hadapan, aku bisa melihat dengan jelas dia melayang sambil tetap mencoba menakut-nakuti.
Kemudian, aku mencoba berbicara dengan sosok yang kini berada tepat di hadapan.
Aku tak akan mundur kali ini. Jika kau menginginkan sesuatu, katakanlah. Tapi tolong, jangan ganggu selama kami ada di sini. Kami tak pernah mengusik kalian.
Setelah mengucapkan hal itu dalam hati, sosok itu menolehkan kepala. Memperhatikan Ina yang saat itu tengah terbaring. Sosok itu memperhatikan Ina sesaat. Ekspresi wajahnya yang sedari tadi sangat menyeramkan dan hendak menerkam, berubah secara perlahan.
Sosok itu mulai menunjukkan wajah aslinya, persis seperti yang dilihat oleh Bu Bidan beberapa saat yang lalu.
Wajahnya yang cantik jelita itu, perlahan berubah menampakkan kesedihan yang mendalam. Aku masih tetap berdiri di hadapan sosok itu, sembari memperhatikannya. Dia menangis.
Aku yang semula menantang sosok itu, dan melihatnya menangis, jadi menatap dengan penuh iba. Mungkin, di masa hidupnya dia megalami masa kehamilan yang berat. Dia terus memandangi Ina dan tak berhenti mengeluarkan air mata.
Waktu seakan berjalan sangat lambat, bahkan seperti terhenti untuk sementara waktu. Aku melihat teman-teman yang saat itu tengah sibuk mendampingi Ina dan tak menghiraukan keberadaanku di kamar itu.
Kemudian, selang beberapa detik, aku merasakan sensasi yang sulit untuk dipahami. Pandangan mulai kabur, aku mengucek mata beberapa kali. Lalu, saat membuka mata kembali, aku sudah berada di tempat yang berbeda. Di sebuah hutan. Pepohonan terasa sangat rimbun, sehingga suasana sangat teduh.
Belum selesai memperhatikan sekeliling, tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara langkah seseorang yang sedang berlari mendekat.
Sontak saja, aku melirik dan mencari dari mana asal suara itu. Tak lama, seorang wanita tengah berlari mendekat, lalu berhenti tepat di sampingku.
Wanita itu langsung terduduk. Tubuhnya dipenuhi peluh keringat yang membanjiri, hampir keseluruhan pakaian yang dia kenakan. Napasnya memburu, wanita itu kemudian melirik ke sekeliling. Mungkin, dia ingin memastikan agar tidak ada orang lain yang tahu keberadaannya.
Aku yang tadinya sempat bingung dengan sensasi yang sempat terasa, seketika lupa dan justru lebih fokus memandangi wanita itu.
Parasnya cantik jelita. Dia tengah hamil besar, bahkan mungkin usia kehamilan wanita itu sudah mendekati masa-masa kelahiran. Kemudian, tak berselang lama, datang seorang laki-laki yang menunggangi seekor kuda dari arah belakangnya.
Laki-laki itu berseragam lengkap. Lalu tanpa basa-basi, dia mengeluarkan senapan kecil dari balik pinggang dan menembak wanita hamil itu, tepat di punggung!
Sang wanita sempat masih bergerak setelah ditembak. Dia sepertinya berusaha merayap meskipun punggungnya telah bersimbah darah. Namun, laki-laki yang tadi menembaknya turun dari kuda, menghampiri wanita hamil itu lalu menembak lagi berkali-kali hingga sang wanita tewas mengenaskan!
Aku hanya terdiam melihat pemandangan mengerikan yang baru saja terjadi. Laki-laki berseragam itu kemudian mendekati mayat sang wanita, lalu menyobek kulit pipinya dengan keji, layaknya orang yang tengah menguliti hewan. Setelah mengiris pipi wanita itu, kemudian sang laki-laki meninggalkan mayatnya dengan ekspresi angkuh.
***
Penglihatanku kembali ke semula. Kini, aku berada di kamar tengah bersama teman-teman. Aku melihat sosok arwah wanita yang tadi menangis memandangi Ina. Perlahan, bayangannya mulai memudar dan menghilang sambil menampakkan wajah cantik dan tersenyum kecil padaku, sesaat sebelum dia benar-benar memudar dan lenyap dari pandangan.
Jadi itu cerita masa lalunya? Aku berharap, semoga arwahmu kini bisa tenang di sana.
Aku berucap dalam hati, seakan teriris hati ini melihat pemandangan yang baru saja ditunjukkannya padaku. Hingga, air mataku menetes tanpa sadar.
"Hey, Dre. Kok, kamu ada di sini? Kamu sudah antar Kakak Bidan sampai ke rumahnya 'kan, Dre?" tanya Shelly, merusak suasana hatiku yang tengah bersedih.
"Eh, iya, Mak. Sudah diantar, kok. Tadi, dia bilang, kapan-kapan kalau kita ada waktu, disuruh mampir ke rumahnya," jawabku sekenanya sambil menyeka air mata.
"Kamu kenapa nangis, Dre?"
"Ciee ... cieee ... cieee ... ada yang lagi bahagia, nih ceritanya, sampe nangis gitu. Haha!"
Kali ini, ekspresi Shelly benar-benar membuatku jengkel.
"Memangnya Mas Andre kenapa, Mbak Shel?" tanya Ina saat itu.
"Itu tuh, Andre lagi jatuh cinta sama Kakak Bidan cantik, haha!"
"Apaan sih, Mak, ngeselin tau!" Aku sangat kesal dengan ledekan yang diucapkan Shelly.
Sebelum beranjak pergi, kusempatkan melihat wanita yang ada di depan cermin, tetapi sosok itu sudah tak berada di sana lagi.
Aku meninggalkan mereka berempat di kamar, maksud hati ingin beristirahat sejenak dan merebahkan tubuh di kamar belakang. Dengan merebahkan tubuh, mungkin bisa membuatku kembali rileks.
Membuka pintu kamar, kemudian mengganti pakaian yang kukenakan sedari tadi. Lalu, kuambil ponsel dan earphone.
Sudah menjadi kebiasaan, aku selalu berbaring di tempat tidur sambil mendengarkan beberapa lagu yang kusukai.
Setelah berbaring dan memasang earphone, kupilih lagu yang kusuka. Jempol menggeser layar ponsel dengan perlahan hingga saat melihat sebuah judul lagu, aku menghentikan jempol dan memencet tombol play.
Lagu mulai terdengar menggema di kepala dan menikmati lagu itu sambil memejamkan mata. Lagu yang dulu sempat populer karena digunakan soundtrack sebuah film horor di tahun 2000-an. Lagu ini juga yang mengenalkanku dengan Band Utopia.
Kayaknya lagu ini pas didengar, intronya yang dimulai dengan suara bisikan, judul filmnya pun persis seperti kondisi rumah yang kami tempati saat ini. Iya, ya. Judul filmnya pas banget lagi. Di sini ada setan, sama kayak rumah ini, banyak setannya!
Aku bergumam dalam hati hingga tak terasa tertidur dengan lelap.
***
https://youtu.be/xXbGYCi5XHI
Aku merasa ada tangan yang mencoba menggoyangkan tubuh, jadi kucoba membuka mata meskipun masih sangat berat. Enggan rasanya untuk bangun dari tidur.
Namun, goyangan dari tangan itu kemudian dibarengi oleh suara halus yang mencoba membangunkanku. "Bangun, Nak. Ayo, bangun. Ada yang mau Nenek tunjukkan padamu," ujar suara itu dengan lembutnya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top