Kehadiran tiga sosok penunggu
Aku masih tak ingin memalingkan pandangan. Aku tahu, dari hawa kemunculannya saja sudah membuat bergidik ngeri. Seketika, bulu kudukku meremang. Sosok ini benar-benar membuatku takut. Apalagi, saat mendengar suaranya yang tak kalah menakutkan. Benar-benar sangat mengganggu.
"Hhkk ... hhhkkk ... hhhkkk ...." Suaranya seperti tertahan oleh sesuatu.
Sudut mataku kemudian menangkap sekilas sosok itu. Berwujud wanita berseragam hitam, menggunakan rok dan baju lengan pendek, biasanya aku mengenal sosok itu dengan sebutan hantu Noni Belanda. Namun, yang membuatku tambah bergidik ngeri adalah saat melihat sekilas potongan kepala yang dia letakkan di atas kedua pahanya.
Kuberanikan diri untuk menoleh pada sosok itu dan tepat di sebelahku, ada sesosok hantu wanita berkepala buntung. Lehernya yang putus dan potongan-potongan daging kecil yang masih menempel, terus-menerus mengeluarkan darah segar.
Seragam hitam yang dia kenakan pun tak luput dari noda darah yang tak henti-hentinya mengalir deras dari leher yang telah putus itu. Bahkan, tiap detiknya, pakaian itu semakin basah karena darah yang terus membanjir.
Kuturunkan sedikit pandangan ke bawah dan benar saja dugaanku, kepala dialetakkan di atas kedua pahanya, raut wajah dari potongan kepala itu menambah kesan menakutkan saat aku memandangnya.
Kulihat, wajah itu menangis. Matanya tak berhenti mengeluarkan air mata. Pipinya basah, meski semakin lama memandang wajah itu, justru air mata itu berubah menjadi merah. Dia menangis darah!
Kemudian, pupil matanya bergerak lalu menatap tajam padaku. Aku makin bergidik, kugerakkan tubuh untuk segera beranjak pergi. Namun anehnya, tubuhku seakan kian berat.
Perasaan takut mulai menguasai pikiran, sosok yang ada di hadapanku saat ini justru malah mengangkat potongan kepalanya dan menyodorkannya padaku. Aku bergerak mundur meski sempat merasa perih di bagian pinggang. Akan tetapi, aku tetap berusaha menjauhi sosok yang tengah menyodorkan kepalanya padaku saat itu.
Tubuhku mundur perlahan dan terus bergeser menjauh ke belakang, lalu saat punggung terasa seperti telah bersandar pada sesuatu, aku berpikir bahwa punggungku mentok tembok. Namun, ada yang aneh.
Seharusnya tembok keras, mengapa aku bersandar di tempat yang lebih empuk?
Disusul embusan angin yang mengenai leher bagian belakang, membuatku makin merinding.
Seperti embusan napas?
Aku langsung menoleh sedikit ke belakang. Ternyata ada satu sosok lagi yang ikut hadir bersama kami.
Sosok yang kini tepat berada di belakangku adalah wanita berambut panjang. Wajah hanya tinggal tengkorak, tetapi bola mata masih ada. Hal itu justru yang membuat penampilannya makin mengerikan. Tak kalah dengan sosok hantu Noni Belanda yang ada di sampingku.
Posisiku saat ini seakan dikepung oleh mereka. Yang satunya ada di sampingku dan satunya lagi tepat berada di belakangku. Kini, aku tengah bersandar pada tubuh makhluk ini.
Ya Allah, apa yang harus aku lakukan? Mengapa mereka tak henti-hentinya mengganggu?
Aku merasa tegang untuk beberapa saat. Tak lama, muncul lagi sosok yang turun melayang secara perlahan dari atas atap.
Ya, itu adalah sosok wanita berambut panjang terurai. Seluruh helai rambut menutupi wajah hingga aku tak bisa melihatnya.
Sosok wanita itu berbaju putih lusuh. Dialah yang kemarin bersenandung dan mengajakku bermain sesaat sebelum aku pergi bersama Nenek. Wanita itu melayang dan berhenti tepat di hadapanku.
Memang sejak kemarin, wanita ini selalu menggangguku. Entah ingin sekadar bermain atau mungkin ada sesuatu yang ingin dia tunjukkan padaku. Aku hanya mencoba menduga karena hal itu yang sempat tebersit dalam pikiran.
Sosok itu kemudian mengangkat kedua tangan, lalu secara perlahan, menyibakkan rambut panjang yang terurai menutupi wajah. Sepertinya, dia ingin menunjukkan wajah aslinya padaku.
Aku masih saja terdiam dan tak tahu harus melakukan apa. Waktu pun seakan berjalan melambat bahkan seperti terhenti untuk sementara lagi.
Perlahan, wajah itu semakin terlihat dengan jelas. Awalnya, aku sempat tak percaya bahwa sosok itu memiliki paras yang sangat cantik. Jauh berbeda dengan kedua sosok yang sebelumnya.
Kemudian, dia tersenyum. Lalu, bibirnya bergerak, mengucapkan sesuatu.
"Ada yang ingin aku ceritakan padamu saat ini. Kuharap, engkau punya waktu untuk mendengarkan cerita ini," tuturnya sembari tersenyum.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top