•YES OR NAH•

Ibas menyelipkan beberapa anak rambut Alana yang tak beraturan dengan lembut Alana diam tersenyum simpul menikmati pesona indah dihadapannya. Sementara Ibas yang dengan senyum hangatnya masih menatap Alana dengan air muka tenang, keduanya sudah berhadapan dari satu jam yang lalu tapi tak satu kalimat pun keluar dari bibir mereka masing-masing.

"Jarak hanya yang mempersulit Al, jangan dibikin rumit kaya gini. Lihat siapa yang kesiksa?" ucap Ibas akhirnya memecah keheningan diantara mereka. "Jangan melemah soal jarak ini hanya soal waktu."

Alana berdehem menekan perasaan ngilu dihatinya sesekali memalingkan wajahnya karena gugup.

"Tetap ingat berjuang memang sulit Al tapi selagi kita bersama memperjuangkannya gak ada yang namanya sia-sia," ujar Ibas lagi kali ini dengan wajah lebih serius.

"Abang," kata Alana tak melanjutkan karena detik berikutnya Ibas sudah membawa gadis itu kepelukannya.

"Abang kangen."

Alana mengerjap terkejut kemudian dengan cepat menepuk nepuk punggung kokoh sang Bastian dengan pelan.

"Alana juga."

"Jangan mengkhawtirkan sesuatu yang belum tentu terjadi Al itu semua diluar kuasa kita, tarik pelajaran dari semua ini," jelas Ibas panjang lebar dengan kepala masih bertumpuh dipundak sang peri kapas.

"Maafin Alana bang, Alana kalut gak tahu mesti gimana. Maafin juga pikiran konyol Alana tentang pelarian kemarin, Alana nyesel."

Ibas mengelus halus kepala belakang Alana dengan sayang, "ssstttt ego jangan diturutin, kita sama-sama salah. Maafin abang juga udah ngebentak kamu kapan hari."

Alana mengangguk dalam diam masih dengan posisi yang sama, melepas rindu.

"Jangan menghindar dari Alana lagi ya bang, gak mau kayak gitu!! rasanya gak enak."

Ibas terkekeh sendiri mengingat beberapa minggu kemarin keduanya sama-sama tak pulang ke kosan karena saling menghindar dan sekali lagi Jennar lah yang membuat keduanya pulang untuk duduk bersama kembali.

"Try once again?"

"He'em," Alana menjawab dengan anggukan. Ibas tersenyum lebar ketika Alana menganggukan kepalanya.

"Disana hati-hati sama seperti abang yang hati-hati disini, jaga hati disana seperti abang yang jaga hati disini, paham kan sayang?"

Kembali Alana mengangguk mengiyakan ucapa lembut Ibas, pemuda tampan itu melepaskan pelukannya kemudian meraih wajah cantik Alana dan mencubit pipinya pelan.

"Nanti kalau udah kerja sama punya penghasilan sendiri jenguk Alana ya bang?"

Ibas nyengir menunjukan otot bisep nya seolah siap bekerja banting tulang Alana tertawa lebar melihatnya.

"Anything for you darling."






"Pada ngapain sih?" tegur Jennar begitu melewati kamar Belli.

Anin Joy dan Belli sedang berdiri bertumpuk dikamar Belli memasang kuping di tembok kamar dengan wajah kepo.

"Ssstttttt," cegah ketiganya kompak dengan jari telunjuk menutup bibir dan mata melotot.

"Ngupingin abang sama mbak," bisik Belli akhirnya.

"Emang kedengeran?" tanya Jennar penasaran.

"Berisik iih si Jennar!!" kali ini Joy sedikit berteriak walaupun tertahan. Anin yang berada disebelahnya langsung menggeplak kepala Joy pelan dan membuat gadis itu menggerutu kesal.

"Ckckck, kepo semua," ujar Jennar kemudian berbalik keluar dari kamar Belli.

"Yee, si monkey awas aja minta cerita gue gaplok lu," umpat Joy kesal dan kali ini mendapat toyoran kembali dijidatnya dari sang maung.

Begitu sampai di depan pintu kamar Jennar menoleh ke pintu kamar Alana mengetuknya pelan dan berteriak dengan suara cempreng.

"MBAK AL ABANG AWAS JANGAN MESUM KALIAN!! OH IYA DIKAMAR BELLI ADA YANG NGUPING ATI-ATI," teriak Jennar kemudian kabur dengan cepat memasuki kamarnya.

Anin Joy dan Belli sudah bengong tak karuan merasa dihianati.

"Sialan."

"Kampret si bogel, gue hajar juga lama-lama," umpat Anin kesal.

"Emang berani?" tanya Belli polos.

"Kagak lah orang pawangnya mana berani," jawab Joy cengengesan.

Pintu kamar Alana terbuka Ibas keluar duluan di ikuti si peri kapas dibelakangnya, Alana menoleh ke kamar Belli dengan berkacak pinggang. Ketiga adik kosannya tersenyum kaku diam ditempat.

"Ada aja kelakuan!! gue pites lu bertiga," maki Alana kesal.

"Heheh," jawab ketiganya kompak.

"Udah selesai ngupingnya?" tanya Ibas dengan wajah datar.

"Heheh," lagi jawab ketiganya kompak.

"Sekali lagi cuma jawab hehehe gue hantam ya lo bertiga!!" ancam Alana dengan mata mendelik. Ibas sudah geleng-geleng kepala melihatnya.

"Galak iih jangan dijadiin istri nih modelan begini," kata Joy sambil terkekeh geli.

Alana sudah mendelik siap memarahi tapi Ibas dengan yakin menarik tangan Alana meninggalkan kerumunan si bocah-bocah cabe.

"Huaaaaaaa balikan anjiirrrrrr!!!" teriak Joy antusias, Belli ikut bersorak disamping gadis itu sementara Anin hanya geleng-geleng kepala dan dengan enteng menoyor dua bocah yang ada dihadapannya.

"Nih," ujar Belli sambil meletakkan seporsi besar mie goreng dengan toping tuna dan keju mozarella dihadapan Jennar.

"Waaah," teriak Jennar merasa takjub. "Terima-kasih keriting hummm harum banget, muaach mbak sayang keriting," ujar Jennar lagi kemudian berlari kecil menyusuri ruang tv dan duduk dengan anteng.

"Wah mau juga lah gue dimasakin ting."

Belli menoleh memutar kedua bola matanya begitu melihat Uman sudah nyengir berdiri disampingnya.

"Bikin sendiri, enak aja."

"Pelit."

"Bodo amat."

"Ting ting."

Belli melotot sebal melihat Uman yang masih nyengir sok ganteng dihadapannya. "Apaan ting ting? lu kata gua ayu ting ting!!!"

"Mirip Bel, elaaaah emosi amat lu," ejek Amir sambil menoyor kepala Belli.

"Rese aah," rengek Belli sambil membalas toyoran dikepala Uman. "Jumatan lu jin iprit!!"

"Bentar lagi anjir."

"Dih, orang sholat jumat itu gak boleh ketinggalan khutbah dower."

"Mana ada khutbah jam sebelas ting."

Belli cekikikan mendengar ucapan ketus Uman, gadis itu kemudian berlalu melewati Jennar yang sedang mengunyah mie nya dengan khusyuk.

"Ting ting," panggil Uman lagi sambil cekikikan.

"Apa sih!!! jangan ngikutin gue kenapa sih? lu bukan tuyul kan!!" maki Belli yang membalikan badannya dengan dramatis.

"Lagi dapet lu?" tanya Uman lagi kali ini dengan muka tengilnya.

"Iya!!why?why?why?" bentak Belli sengit.

Jennar mengerutkan dahi melihat keduanya, "gue lempar remot ya lu berdua busetttt!!! ganggu mata telinga tau gak."

Keduanya menoleh serempak menghadap Jennar yang sudah bersiap mengambil kuda-kuda mau melempar keduanya.

"Lagian lu bukannya siap-siap ke masjid malah ngintilin anak perawan orang! kenape si lu? tiap hari ributttt terus berdua!!"

"Baru jam sebelas mbak," jawab Uman nyengir kuda.

"Ya terus!! yang lain udah berangkat dari tadi elu doang bolak balik gak selesai-selesai!!"

"Tauk nih!!"

"Kompor dasar!!" kata Uman judes kemudian menarik rambut keriting Belli lalu kabur memasuki kamarnya takut disemprot Jennar lagi.

"Uman!!!" teriak Belli histeris kemudian menghentakkan kakinya meninggalkan ruang tv menuju lantai dua.

"Ckckckck!!!" ujar Jennar kesal kemudian melanjutkan makannya kembali.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top