WISUDA MBAK ALANA
Alana keluar ballroom hotel dengan senyum cerah, wisuda yang berjalan lama tersebut berakhir dengan khidmat ditambah tangis haru dari semua orangtua mahasiswa yang bisa ambil bagian hari ini menambah syahdunya hari ini.
Selesai berfoto bersama orang tua dan keluarga, Alana menghampiri anak-anak bougenville yang sudah menunggu di area kolam renang hotel.
"Selamat ya mbak," Anin memeluk Alana seraya menyerahkan sebuket bunga mawar kuning yang dipilihnya bersama Joy tadi.
"Congratulation ya mbak."
Alana tersenyum lebar begitu melihat Jennar menyerahkan buket coklat untuknya.
Amir Lukman dan Belli bergantian menyalami Alana dan memeluknya, Ibas menyaksikannya dengan senyum merekah.
"Gak bawa apa-apa?" tanya Alana begitu Ibas berdiri disampingnya.
"Aku bawa cinta aja."
"Anjir!!!" teriak Lukman kesal. Yang diikuti sorakan anak-anak kosan.
"Empedu gue mau gulung tikar dengernya," ejek Amir.
"Gak pernah diromantisin ya Mir, makanya sirik," jawab Belli.
"Heh!!" kali ini Anin yang maju.
Joy dan Jennar sudah tertawa ngakak.
"Raga mana?" tanya Alana begitu bertemu mata dengan Jennar.
Jennar diam tawa renyahnya perlahan hilang.
"Bang Raga nyusul mbak, masih dijalan. Banyak kerjaan ditempat magangnya," saut Amir.
"Lu pacaran ama Raga, tau banget lu Jennar aja kagak tau," maki Joy menoyor Amir dengan sadis.
"Kok bisa?" selidik Anin melirik Jennar dengan dahi berkerut.
"Apa?" tanya Jennar tak terima.
"Udah-udah yuk kita makan siang dulu, mami papi mbak yang traktir," seru Alana kepada adik-adiknya. Yang langsung disambut dengan antusias mereka.
"Hamdalah akhirnya gak ke doublyu mulu," ucap Amir dan Lukman bersamaan dengan cengiran tengil mereka.
"Jangan buat malu lo berdua," ejek Belli kali ini. Kemudian berlalu menghimpit tangan Jennar dan mengajaknya mengikuti Alana memasuki restoran hotel.
"Nin."
"Paan?"
Anin menoleh mendapati Joy dengan wajah serius.
"Yakin Jennar gak ada apa-apa sama Raga?"
"Anaknya gak mau cerita, gimana mau tau?"
"Iya juga sih."
"Jangan-jangan putus lagi, makanya gak mau tinggal dirumah?" tebak Anin asal.
Joy sudah mengernyitkan dahi mendengarnya, "bisa jadi."
Anin mengangguk menyetujui ucapan Joy karena setelahnya pandangan keduanya beralih kepada Raga yang baru saja datang dengan pakaian kantornya melewati Anin dan Joy tanpa senyum dan sapaan layaknya teman.
"Buset!!" hardik Anin begitu Raga berlalu dari hadapan mereka.
"Itu Raga kan? dia gak kenal kita? apa kita jin ampe gak keliatan ya," umpat Joy.
Anin sudah mendelik mendengarnya, kemudian menyeret Joy untuk masuk ke dalam restoran.
•
"Jawab aku, bener?!"
Jennar masih diam dengan tangan menutup kedua telinganya takut tak berani melihat ke arah Raga.
"Kapan?" tanya Raga dingin.
"I-itu rame rame gak berdua doang kok," ucap Jennar terbata.
"Kapan?" kali ini Raga menoleh dengan wajah datar.
Jennar menelan air ludahnya karena takut melihat sorot mata Raga yang dingin dan mengintimidasi. Jennar menggeleng tak mau menjawab.
"Kapan!!!" kali ini lebih keras seraya menghantamkan tinjunya pada stir mobil.
"Berhenti,jangan gitu," teriak Jennar terisak.
"Kenapa? hah? aku kurang apa?"
Jennar menggeleng kembali.
"Aku kurang apa Nar? tega banget kamu? apa yang nggak aku lakuin buat kamu? apa kelebihan Tama yang aku gak punya?!!! aku mati-matian buat kamu sementara kamu tega matiin perasaan aku!!"
"Nggak gitu, jangan gitu aku takut lihat kamu begini."
Jennar meraih tangan Raga yang memerah karena tinjunya sendiri.
"Kapan?"
"Dua minggu yang lalu," jawab Jennar takut.
"Aku dimana?"
"Magang."
"Hebat!!! hebat kamu," puji Raga seraya melepaskan genggaman tangan Jennar. "Sesuka itu kamu sama dia?"
"Aku cuma diajak, nggak gitu. Anin sama Joy juga ikut."
"Gak gitu, lucu kemarin putus berapa minggu sama aku kamu udah jalan kemana mana sama Tama, bener kan? sekarang aku sibuk buat masa depan kita kamu senang-senang sama dia. Apa yang aku nggak punya dibanding dia?"
Jennar menggeleng sekali lagi.
"Kita break!! sampe kamu sadar kalau aku juga punya hati yang harus kamu jaga," serang Raga Jennar sudah membola mendengarnya.
Raga menoleh dengan mata tajamnya, "keluar dari mobil aku!!"
"Hah?"
"Keluar!!"
Jennar terisak, meraih hapenya menarik tas kuliahnya yang tadi dilemparkannya dijok belakang.
"Jahat!!" maki Jennar menatap lurus kedalam mata Raga. "Aku gak mau break!! ayo putus," ucap Jennar nanar sebelum keluar mobil.
"Kamu pikir aku takut. Ayo putus!!"
Jennar menoleh sekali lagi dengan tangis pilu, "asal kamu ingat, kamu pernah giniin aku tapi aku maafin. Aku hanya jalan sama anak-anak kamu malah gini seolah aku yang paing jahat!! egois, setelah ini jangan berharap aku bakal mau balikan sama kamu, aku gak mau bersama orang yang gak percaya sama aku," ucap Jennar panjang lebar sebelum turun dari mobil Raga.
Raga diam sejenak memahami ucapan sang kekasih, hatinya pilu sakit terhianati rasa percayanya pergi entah kemana.
"Sialan. Kenapa gini si yang? aku gak bisa kalau itu bukan kamu," teriak Raga tanpa sadar.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top