STAN ANIN STAN MAUNG
Kamu teruskan saja langkahmu, Aku ingin menepi sejenak kakiku sakit
Jennar agak terkejut ketika dirasa ada yang memeluknya dari belakang, gadis itu hampir saja mengumpat jika tak langsung tahu bahwa Raga lah pelakunya.
"Aku kangen sama kamu," rengek pemuda itu serak.
Jennar diam tak tahu mau bereaksi seperti apa, hati dan pikirannya tak kompak ingin bertanya tapi Jennar takut mendengar kenyataan yang akan di dapatkannya. "Raga lepasin gak enak kalau ada yang lihat."
"Kenapa? masih marah?"
"Kenapa mesti marah?"
"Yang, Aku mau jelasin semuanya."
"Aku gak mau tahu masa lalu kamu."
"Dia tetangga Aku yang, Aku juga gak tau kenapa dia tiba tiba muncul di fakultas kamu sore itu, maafin aku," ujar Raga lembut ditelinga Jennar.
"Kenapa minta maaf kalau gak merasa salah? Aku nggak masalah sih kamu mau ngobrol sama siapa aja tapi cara kamu buat aku ragu Ga," tutur Jennar panjang lebar. "Minggir aku mau balik ke kamar, aku ada kelas pagi besok."
"Enggak yang, kita mesti ngobrol."
"Kalau kamu belum selesai dengan perasaan kamu sama masa lalu kamu sebaiknya jangan cari yang lain Ga, gak semua orang bisa terima. Termasuk aku," kali ini Jennar berbicara dengan datar to the point.
"Aku gak ada apa apa sama Dea sumpah demi Tuhan," rengek pemuda itu lagi.
"Selesaikan dulu masa lalu kamu baru balik ke Aku, kalaupun aku yang harus ngalah it's oke jodoh gak bakal kemana."
"Yang ngomong apa sih, lihat aku sini," ujar Raga sambil memutar tubuh mungil Jennar, "dari tadi udah ngacok ngomong nya. Lihat Aku yang Aku udah bilangkan aku serius sama kamu."
Jennar tersenyum sinis menanggapi ucapan Raga yang seakan menekankan kalau Jennar lah satu satunya. "Omongan kamu yang begini bikin aku tambah ragu, jangan maksain buat suka sama orang lain kalau hanya untuk muasin rasa penasaran kamu ke dia dengan mengorbankan perasaan orang lain," tunjuk Jennar tepat di dada bidang pemuda itu.
"Jane please," ujar Raga sedikit bergetar.
"Kenapa? aku bener kan?" tantang Jennar dengan senyum sinisnya. "Dan sialnya orang itu aku yang percaya banget sama kamu."
"Aku mesti gimana biar kamu percaya? hah? harus gimana?" kata Raga dengan suara tegas. Jennar sedikit menjauhkan tubuhnya memberi jarak antara mereka berdua. "Bukannya hubungan itu harus saling percaya? disini itu sudah full sama kamu gak bisa diganti," ujar Raga seraya menarik tangan Jennar kemudian diletakkan di dada pemuda tampan itu.
Jennar diam mengerjap terkejut melihat reaksi Raga, pertahanannya sedikit goyah ketika menatap mata sendu Raga yang memohon.
"Iya dia masa lalu Aku, Kamu bener. Dan memang salah aku ngelepasin pegangan tangan kamu, terus kamu bilang itu sebagai alasan kalau aku belum move on? iya? itu gak adil Nar," ujar Raga yang sudah berkacak pinggang. "Terus gimana sama kamu yang masih menerima pengakuan cinta Sega sementara aku pacar kamu, kamu pikir aku nerima alasan kamu karena apa? karena aku percaya Nar itu aja yang aku punya."
"Aku nggak nerima pernyataan cinta Sega, Dia hanya curhat," ujar Jennar tegas.
"Kalau kamu mau putus hanya karena masalah seperti ini, aku gak bakalan mau terserah kamu bilang aku egois atau apa."
"Yaudah terserah kamu," balas Jennar ketus kemudian akan beranjak.
Raga menoleh menarik Jennar kedalam pelukannya, lalu di dekapnya hangat gadis cantik itu. "Maaf yang, maaf iya Aku salah Aku yang salah."
Jennar menarik dirinya dari pelukan Raga dengan wajah datar, "Kamu nggak perlu minta maaf, selesaikan dulu masa lalu Kamu."
Raga mengerutkan keningnya dengan mata sayu, "Aku nggak mau, masa lalu Aku udah lama selesai."
Jennar menghela nafas pelan, kembali berbalik dan melangkah menuju kamarnya.
"Aku harus gimana yang? Sayang please," rengek Raga akhirnya yang membuat Jennar menoleh dengan mata membesar. Pemuda tampan lekasihnya tersebut sudah merengek dengan tangan yang menghentak-hentakan dadanya, "Aku cuma mau kami cumaaa kamuuuuu!!! Susah banget ya percaya sama Aku yanggg!!!" teriak Raga yang membuat Jennar mau tak mau mendekati kembali.
"Kamu kenapa sih, nggak gini Raga," umpat Jennar kesal meraih tangan pemuda tersebut.
"Aku nggak mau kalau bukan Kamu, Kamu paham nggak sih?"
Jennar tertegun sesaat, selama hidupnya baru kali ini diinginkan seperti ini dan ini Raga pemuda tampan kebanggan kampus yang malah tak perduli dengan segala hal yang disematkan orang lain kepadanya. Jennar pening, pemuda tampan dengan berjuta prestasi yang menginginkan nya ini terlihat sangat frustasi sekarang.
"Sssttttt, udah-udah iya Aku ngerti Ga Aku ngerti," ucap Jennar berbisik sesaat.
"Maaf," ucap Raga meraih tubuh mungil Jennar kemudian dipeluknya posesif. "Tolong percaya sam Aku ya yang," rengek Raga disela tangisnya.
Jennar mengangguk lemah, pada akhirnya dia lah yang harus mengalah saat ini.
"Balik ke kamar ya, Kamu capek banget kayaknya," pinta Jennar yang masih berada di dalam dekapan Raga.
Raga mengangguk kembali tersenyum ditariknya tangan gadis itu untuk beranjak dari area dapur.
"Eh mau kemana? aku mau naik."
"Ke kamar aku, gila aja dua hari dicuekin Aku kangen banget."
"Nggak mau, lepasin Aku ada kelas pagi besok ntar Anin marah kalau aku kesiangan Raga," rengek Jennar sambil mencoba melepaskan genggaman tangan Raga yang dirasa percuma saja.
"Aku yang antar besok."
"Sok sokan habis subuh aja pada tidur kok."
"Enggak kok sayang," bujuk Raga tersenyum manis. Kemudian keduanya hilang dibalik pintu kamar Raga.
Brakk!!!
Anin dan Jennar terlonjak kaget dengan suara gebrakan meja mereka, keduanya sedang dikantin sekarang menunggu jam kuliah selanjutnya.
"Anjir kaget gue," umpat Anin kesal.
"Setan," tambah Jennar ikut ikutan.
Keduanya menoleh bersamaan dengan alis berkerut dihadapan mereka bediri ketiga gadis cantik dengan rambut lurus rapi habis dicatok.
"Gua kira si matahari tadi, siapa lu," kata Anin sinis.
"Lo," tunjuk gadis yang ditengah kearah Anin, "Anindhia, gak malu lo ngerebut pacar orang?!! hah!!"
Anin mengerjap menyatukan pikiran nya kemudian menoleh kearah Jennar yang menahan tawanya.
"Dia, Anindhia yang ini? yakin lo? dia mah jomblo mbak. Jomblo tapi halal," ujar Jennar cengengesan.
"Sialan," umpat Anin kearah Jennar.
"Heh, gue gak ngomong sama elu ya boncel," ujar gadis itu kembali.
"Sialan, lo aja yang ketinggian setan," balas Jennar seraya berdiri dari duduknya, Anin cekikikan mendengarnya.
"Lo siapa sih, lo gak salah orang kan?" tanya Anin masih cekikikan. "Masalahnya nih ya gua mah jomblo mbak, lagian gua senior lo btw, gak diajarin sopan santun lo," maki Anin ikut berdiri disamping Jennar kali ini dengan wajah datar.
Sementara suasana kantin yang memang sedang penuh siang itu tiba tiba menjadi hening, para pengunjungnya tak sabar untuk melihat adegan apa setelah ini pasalnya Anindhia sang primadona sudah lama tak menunjukan taringnya.
"Sopan sama pho kayak lo? ngimpi lo!!" sela gadis berbaju merah.
"Udah udah mending lo bertiga kabur deh, gue kasih tau aja sih," kata Jennar sedikit berbisik. "Udah Nin jangan diladenin cabe cabean repot banget lu," lanjut Jennar menarik Anin agak menyingkir.
"Siapa pacar lo gue mau tau?" tantang Anin kesal.
Si gadis jangkung tersenyum sinis kemudian menunjukan layar hp nya, maka membulatlah mata Jennar dan Anin bersamaan dengan suara tawa tertahan mereka.
"Masih mau ngelak lo!! pelakor?" kali ini si gadis berkemeja putih mencelah.
"Amir? ya ampun tiap hari mah ketemu sama dia dari bangun tidur sampe mau tidur lagi malahan," kata Jennar menjelaskan. "Udah Nin ayok ke kelas aja lah gak jelas lu bertiga, heran."
Jennar kembali menarik tangan Anin menyeret gadis itu untuk mengikutinya meninggalkan ketiga junior mereka, bukan apa apa Jennar hanya tak mau ketiga nya babak beluk dihajar sang maung.
Belum sempat keduanya melangkah, Anin mengumpat kencang karena merasa rambutnya ditarik dengan kejam dari belakang bahkan ikatan rambut gadis itu sudah lepas entah kemana.
"ANJING RAMBUT GUE BANGSAT!!" teriak Anin histeris. Jennar terdiam sesaat memahami situasi dan dengan cepat mencoba melepaskan tangan si gadis berkemeja putih dari rambut Anin.
"Lepasin gak," maki Jennar dingin. "Lo bertiga mau mati hah? lepasin sekarang!!!" perintah Jennar berteriak. Suasana kantin yang riuh membuat suara gadis itu tenggelam.
Si jangkung maju mendorong Jennar kuat sehingga Jennar terhuyung kebelakang sampai tubuh gadis mungil itu menghantam ujung meja kantin. "Anjir pinggang gue!!"
Anin tak tinggal diam gadis tersebut mendelik tak terima, diraihnya tangan gadis berkemeja putih lalu dihentakan nya kasar dengan sepenuh tenaga sampai sang junior itu meraung kesakitan. "Persetan sama reputasi kampret!!" ujar Anin meledak ledak.
Anin maju menunjuk sang gadis jangkung dengan jarinya emosinya tak tertahan lagi. "MAU MATI LO SAMA GUE JALANG SETAN LO, LO GANGGU TEMEN GUE MATI LO SAMA GUE!!!"
Ketiga gadis itu mundur dengan mata mengerjap takut mendengar makian penuh emosi Anin, Jennar yang masih meringis menahan sakit beranjak mencoba meraih pinggang Anin, tapi terlambat gadis macan itu sudah tak terbendung lagi yang Jennar lihat selanjutnya ketiga orang itu sudah dijambak didorong Anin tanpa ampun.
"Sialan kenapa gini sih elaah cari gara gara sih," gerutu Jennar. Kemudian berlari mendekati Anin meraih pinggang sahabatnya itu memeluknya dari belakang.
"Nin, istighfar Nin, istighfar."
"MATI LO SAMA GUE SETAN!!"
"Tolongin hoy jangan nonton aja sialan," maki Jennar kepenjuru kantin. Bahkan Jennar sudah terhuyung kesana kemari lantaran menahan gerakan Anin.
"Nin istigfar Nin," teriak Jennar ditelinga Anin.
"Astaga mbak Anin!!! mbak Jennar!!"
Jennar menoleh kesumber suara, Raga dan Amir yang baru datang berlari kearah mereka dengan cepat, Raga menarik Jennar saat melihat gadisnya sudah kesusahan sementara Amir mencoba meraih tangan Anin yang sudah menjambak kedua rambut dari ketiga gadis gadis tadi.
"Mbak, mbak Anin udah mbak udah," teriak Amir agar di dengar. Nyata nya Anin sudah terlalu emosi kalut melihat Jennar yang tersungkur tadi.
"Anindhia!! berenti kata gue!!"
Jennar maju meraih tangan Anin agar gadis itu kembali ke kesadarannya. "Gue gak apa apa, bisa mati anak orang Nin. Cukup!!
Anin seketika berhenti menatap Jennar dari atas sampai ujung kaki nafasnya masih menggebu tak karuan.
"Stop gue gak kenapa kenapa, udah bisa mati anak orang Nin, udah ya," bujuk Jennar pelan. Jennar melepaskan cengkraman tangan Anin dari rambut para junior nya yang sudah meraung raung minta dilepaskan sedari tadi.
Ketiganya terhuyung dengan rambut acak acakan salah satu dari mereka bahkan sudah menangis sesegukkan. "Gue udah bilang kan? cari gara gara si lo bertiga? mau mati konyol lo semua? udah mending cabut sana beresin tu muka sama rambut," kata Jennar seraya menatap ngeri melihat penampilan ketiganya.
"Iya kak," ketiga nya menjawab dengan kompak lalu berlari meninggalkan kantin dengan penampilan yang mengerikan.
"Pacar lo setan," maki Jennar kearah Amir.
"Lah ngapa jadi gua si mbak," bela Amir terkejut. "Dia aja yang kepedan baru juga gue speak."
Plakk...
Satu tamparan keras menghantam Amir sampai sampai pemuda itu terhuyung kebelakang.
"Anjing lo!!" umpat Anin. Jennar dengan cepat menahan kembali pergerakan Anin dibantu Raga mengawasi dari belakang gadis itu.
"Kita ke kelas ya, ke toilet dulu beresin penampilan lo, udah cukup emosinya simpen buat besok besok. Gue nggak apa-apa seriusan," bujuk Jennar sedikit meringis.
"Bener nggak apa-apa?" tanya Anin memastikan kembali, Jennar mengangguk mantap. Anin menoleh kearah Amir dengan wajah bengis menunjuk pemuda tersebut dengan jarinya yang masih bergetar menahan emosi, "jangan pernah muncul dihadapan gue lagi lo setan." Kemudian keduanya meninggalkan kantin yang diiringi suara bisikan para mahasiswa yang tak berani berkomentar karena tahu sang macan sedang tersulut emosi.
"Gue lagi yang salah Bang?" tanya Amir kepada Raga.
Raga hanya meringis tak membenarkan juga tak menyalahkan andil pemuda itu. Diraihnya bahu tegap Amir seakan turut berduka cita.
"Salah mulu gue heran, kapan benernya sih?"
"Udah udah, pulang!!" kata Raga menanggapi keputusasaan Amir.
"Sialan, ribet bener dah urusan hati mah!!"
Hola eperibadi💃🏻💃🏻💃🏻 aku gak nyangka loh respoin kalian wkwkwkwk kasian bang Raga dibully (tapi aku suka salah sendiri kenapa cakep!!habis ini ada yang komen "KAGAK NYAMBUNG KAK") aku suka emosi kalian... sekali lagi terima kasih ya,akak sayang kalian banyak banyak... See u again gengs❤️❤️❤️
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top