SEGA-JOY DAN PERASAAN
Sega meneguk minuman kalengnya sampai habis, amarahnya hampir meledak kalau saja tidak ada Anin dan Jennar yang mengajak pemuda tersebut mendinginkan otak.
Selesai kelas tadi Sega sengaja ingin menemui Joy tapi sang gadis sudah hilang entah kemana, dari semalam bahkan pagi tadi Joy tak bisa ditemui gadis cantik dengan senyum merakah itu sengaja menghindari Sega, Sega tak mengerti pemuda dengan senyum gula aren tersebut bingung dimana salahnya bahkan Joy lebih memilih pergi ke kampus lebih pagi dengan kendaraannya sendiri ketimbang bertemu dirinya.
Sega menghela nafas kasar, Anin serta Jennar duduk tepat dihadapan pemuda itu ketiganya berada di indomaret depan komplek.
"Udah? ayo pulang. Udah mau magrib bang Ibas nyariin nanti."
"Emang bener semalem kalian jalan sama rombongan bang Tama?"
Anin mengangguk mengiyakan cepat, kembali Sega mendengus. Jennar tersenyum kaku.
"Udeh jangan dipikirin, cewek lu kagak ada yang mau juga hahah."
Sega menoleh dengan tatapan datar, "Amir sama Raga tau?"
Anin kembali menggeleng polos. "Ya jangan sampe tau lah, hehehe."
Sega bedecak kesal ingin menoyor Anin tapi malas dengan reaksi kasar gadis itu nanti.
"Awas aja lu kasih tau," ancam Anin sambil nyengir.
Sega melengos malas sudah tau apa yang akan diucapkan Anin.
"Emang lu gak pernah pacaran ya Ga sebelumnya?" tanya Jennar disela kesibukannya mengumpulkan remahan kacang yang tersisa dari bungkusan bergambar burung garuda yang sedari tadi digengamnya erat.
"Pernah."
"Gak pernah pegangan tangan gitu?" selidik Anin kepo.
"Pernah lah."
"Ginian pernah kan?" tanya Anin kembali sembari kedua tangannya menguncup dan kedua ujungnya disatukan.
"Enggak."
"Waw."
"Waw kenapa?"
"Ya waw aja, heheheh jakpot banget si Joy hahahah."
"Ckckckck pikiran lu Nin."
"Ape!!"
"Enggak."
"Ayo pulang, nah kan panjang umur bang Ibas telpon, buruan," ajak Jennar segera beranjak.
Sega beranjak mengikuti Anin dan Jennar yang sudah berjalan dihadapannya.
Jennar berhenti sejenak menunggu Sega yang berjalan satu langkah dibelakangnya.
"Ga," panggil Jennar dengan senyum simpul.
"Hmm," ucap Sega dengan dahi terangkat.
"Boleh nanya gak sih?"
Sega mengangguk mengiyakan, pemuda tampan itu tersenyum kikuk sembari membetulkan tas ransel hitamnya yang beberapa kali terlihat melorot.
"Lo serius kan sama Joy?"
Sega memicingkan matan tak mengerti.
"Entah kenapa gue ngerasa lo gak tulus sama dia," kata Jennar blak-blakan.
Sega diam dengan mata membola.
"Ga?"
"Nar, jangan cari pembenaran dari pikiran lo hanya karena gue yang kaku kayak kanebo menurut lo itu."
Jennar menghela nafas tak enak, "gue cuma mau bilang Joy bagian dari hidup gue, sakitnya dia sakitnya gue juga. Kalau lo mau sekedar cari pelampiasan please stop!!!"
"Kenapa lo mikir begitu?!"
Jennar menaikan bahunya kemudian berbalik ingin meninggalkan Sega karena Anin sudah sedari tadi meneriaki dirinya.
Jennar kembali berbalik menghampiri Sega yang sudah masuk kedalam mobilnya, gadis itu mengetuk kaca mobil, Sega dengan wajah datar membuka kaca mobilnya.
"Apa lagi?!"
"Lo sialan banget kalau lo tega ngancurin perasaan cewek yang bener-bener tulus sama lo yang mencintai lo lebih dari dirinya sendiri. Buktiin ke gue kalau pikiran gue salah tentang perasaan lo," ucap Jennar panjang lebar. Kemudian beranjak meninggalkan Sega dengan senyum hangat.
Sega meraup wajahnya serta menghela nafas kasar, "kenapa jadi panjang gini sih ya ampun!!"
"Masih marah?"
Joy memasang wajah datar ketika membuka pintu kamarnya yang langsung disambut wajah tampan Sega.
"Siapa juga yang marah."
Sega masuk tanpa disuruh sang empunya kamar sudah cemberut kesal.
"Ada apa sih?"
Sega menoleh maju kehadapan Joy kemudian mendekap gadis bermata bulat tersebut sesekali mengusap lembut ujung kepala Joy.
"Aku kangen."
"Aku enggak."
"Terserah."
"Gak tau malu."
"Bodo amat, pacar aku juga kok."
"Ck," ujar Joy kesal.
Sega melepas dekapannya memandang wajah Joy yang hampir tiga hari belakangan ini tak bisa dilihatnya.
"Serius marah hanya karena aku gak mau gituan?"
"Gituan gimana?"
"Mau aku jelasin banget?"
Joy merotasikan matanya jenggah, rasa kesalnya muncul setiap melihat Sega.
"Kamu mau banget?"
Joy melebarkan matanya terkejut, "mau apa sih? dari tadi gak jelas!"
"Mau aku cium?"
"Hah?! sinting. Keluar sana," usir Joy sambil mendorong Sega keluar dari kamarnya.
"Sayang?"
"Apa?!"
"Kamu marah karena itu kan?"
Joy berkacak pinggang melihat Sega dengan wajah datar. "Aku gak segila itu kali, marah cuma karena itu doang!"
"Nah kan bener marah."
"Udah ah terserah, aku banyak tugas. Udah sana turun."
Sega menatap Joy dengan kesal sambil menggaruk garuk dahinya yang tak gatal kemudian pemuda itu celingukan kiri kanan yang kemudian diikuti pula oleh Joy.
"Kenapa?" tanya Joy penasaran.
Sega masuk kembali kedalam kamar Joy menutup pintu asal, menarik sang kekasih kedalam pelukannya lagi.
"Jangan marah, aku sayang banget sama kamu. Aku kangen banget, sayang aku memang gak bisa kayak Amir Raga apalagi bang Ibas dari awal aku udah bilang kan kalau aku gimana orangnya? sekarang paham kan arah pembicaraan kita kemarin-kemarin."
Joy mengangguk di dalam pelukan Sega, hatinya berdebar hangat.
"Aku nggak marah soal itu kok, entah kenapa aku sedikit meragu sama perasaan kamu."
"Maksudnya?" tanya Sega yang sudah melepas pelukannya.
"Entahlah, kadang aku gak sengaja lihat kamu masih menatap Jennar dengan tatapan teduh yang aku gak pernah dapetin."
Senyum Sega menghilang ketika mendengar ucapan Joy, wajah tampannya kaku seketika.
"Aku gak apa-apa karena rasaku lebih dalam dari semuanya, kamu jangan kaget gitu. Aku hanya kecewa kenapa aku yang harus diperlakukan begini?"
"Kamu ngomong apa sih?!"
Joy mengangkat bahu dengan senyum manisnya, "aku emang bodoh kalau udah jatuh cinta, tapi aku bakal nunggu kamu kok entah sampai kapan."
"Joy please jangan ngacok. Kamu ngelihat aku natap Jennar? ya masak aku ngomong sama dia gak lihat orangnya? kan aneh."
"Kamu gak bakalan ngerti kalau kamu gak diposisi aku Ga."
Sega mendengus menatap Joy dengan wajah datar, emosinya tersulut hatinya ngilu mendengar ungkapan tak masuk akal Joy.
"Aku pernah ada diposisi yang kamu bilang ini, kamu tahu ceritanya gimana! maaf banget kalau aku nyakitin kamu, sekarang kamu mau apa?!"
Joy mendelik terkejut tak pernah mendapati Sega dengan amarah seperti ini.
"Y-ya gak tau?"
"Loh, kenapa nggak tau!"
"Kenapa jadi kamu yang marah sih?! kesel."
"Aku gak marah, aku cuma kecewa. Kelakuan kamu ini mirip mbak Alana, apa? mau protes aku bilang gini!!"
"Apaan sih?"
"Kenapa? aku bener kan?"
Joy melengos mendorong Sega untuk keluar dari kamarnya. Pemuda tersebut menahan pintu kamar Joy kemudian masuk kembali dengan menutup pintu lalu menarik pinggang Joy yang membuat gadis itu terhuyung kedepan menabrak tubuh Sega, Sega dengan cepat menahan pinggang Joy yang akan berontak menarik belakang kepala kekasihnya itu lalu mengecup bibirnya lembut.
Joy melebarkan matanya, mengerjap beberapa kali untuk menyadari apa yang terjadi. Di dorongnya tubuh Sega dengan cepat pemuda itu terhuyung menabrak pintu.
"Udah gila lo?!!" ucap Joy hampir menangis.
"Yang, maaf sayang maaf," panik Sega meraih tangan Joy.
"Keluar Ga."
"Sayang__"
"KELUAR DARI KAMAR AKU!!" teriak Joy penuh kebencian.
Dan kali ini Sega salah.
Keinginannya untuk membuktikan ucapan tak benar yang dilontarkan Jennar beberapa hari yang lalu justru semakin melukai perasaan Joy.
Jennar benar dan Joy tak salah,
Sega hanya berpaling sebentar kepada Joy mendalami perasaan sang Matahari karena setelahnya pemuda tampan dengan otak pintar tersebut akan kembali menatap kagum pada Jennar.
Yang tak disadari Sega bahwa Joy melihat hal itu.
Entah kenapa jadi pengen ngeship Jennar Sega hahahahahaah.....
Habis ini diserang netijen🤣🤣🤣
Sega siap-siap ya kasep diserang bucinnya joy,pegangan sini kita gandengan berdua 🤣🤣🤣🤣
Ini yg dari kemarin protes awas aja nggak komen gak ngelike akak tandai pake jari jempol lu lu pada🧟♀️🧟♀️🤣🤣🤣
See u soon jangan lupamampir lapak
Akak yang disebelah🙆🏻♀️
Byeeeee.....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top