Rumah Bougenville

Jane MA: hidup mati gue dan keturunan gue sekarang ada di tangan lo. Cepat pulang!!!


Anindhia, gadis cantik bersurai hitam itu diam di depan pintu dapur kedua tangan nya disilangkan di depan dada menatap tajam Jenar yang senyum senyum sok cantik, bahkan nafas Anin masih tersengal karena berlari dari depan rumah tadi.

"Lo nyuruh gue buru buru balik buat ginian doang?!!"

Jennar dengan tampang polos nya mengangguk menanggapi pertanyaan Anin tadi, "pasangin gas, gue takut ntar meledak."

"Si anjir lo pikir gue gak takut, hah?"

"Anin kan perkasa," jawab Jennar yang sukses membuat sahabat nya itu melongok, tanpa basa basi dengan sadis Anin menoyor kepala gadis yang ada dihadapan nya itu, yang ditoyor cuma cekikikan.

"Nyesel gue kebut kebutan tadi, resek emang."

"Ngapain juga ngebut si Nin, gue cuma minta lo pulang gak ada nyuruh lo ngebut."

"Kampret emang si Jennar belum aja lo gue gibeng," rutuk Anin penuh kesal sementara Jennar sudah ketawa ngakak.

"Lagian lo juga ngapain sih betah bener di kampus lama lama," tanya Jennar penasaran, pasal nya jam kuliah mereka sudah selesai dari dua jam yang lalu tapi Anin menolak untuk di ajak pulang Jennar tadi, jadi lah Jennar balik duluan.

"Kak Sean, lo tau kan?" sambar Anin dengan mata berbinar binar ketika menyebut nama Kakak tingkat nya itu.

"Tau lah yang cakep nya kelewatan banget itu kan?kenapa? naksir lo?" selidik Jennar sambil menaik turunkan alisnya.

"Kemarin doi nanyain gue ke anak anak tapi kan kita udah pulang duluan, jadi lah gue nungguin dia tadi tapi belum sempet ketemu ada aja yang gangguin."

Jennar yang sedari tadi menyimak curhatan sahabat nya malah ketawa cekikikan, "gue berasa pelakor anying, ngerebut lo dari Kak Sean."

"Resek lu," balas Anin kesal karena melihat Jennar yang tertawa puas, "udah kelar noh, mau masak apa sih?"

"Mau masak air Nin mau bikin kopi susu, lo mau gak?" jawab Jennar ceria kedua tangan gadis itu sudah bersiap mengambil dua bungkus kopi instan dari dalam lemari.

Anin yang mendengar jawaban polos Jennar hanya menganga tak percaya kemudian gadis cantik itu maju mendekati Jennar dan menoyor kepala sahabat nya itu dengan membabi buta. "Oiii Mileaaaaa lo nyuruh gue pasang gas elpiji buat lo masak air doang buat bikin kopi susu? astagaaa!!! Jennar terus itu dispenser apa guna nya setaannnn."

Jennar yang awal nya bingung langsung melihat ke arah telunjuk Anin sahabat nya itu, lalu nyengir tanpa dosa kedua alis gadis itu bahkan sudah menyatu dengan sukses. Anin memijit pelipis nya dengan kasar, punya sahabat seperti Jennar memang harus ekstra sabar karena Jennar punya banyak cara bikin orang normal tiba tiba jadi pembunuh.

"Rame bener, lagi ngapain kalian?" Sega yang baru muncul di dapur berlalu di depan kedua gadis itu untuk mengambil air minum.

"Mau bunuh orang gue untung lo dateng Ga," jawab Anin kesal Jennar yang mendengar nya hanya senyum senyum minta tonjok.

"Istighfar Nin," lanjut Sega lembut kali ini Cowok berkacamata bulat itu sudah duduk di kursi makan.

"Bodo amat dah gua mau bunuh orang," sela Anin kesal sambil menaiki tangga menuju kamar nya meninggalkan Sega yang bingung dan Jennar yang masih cekikikan.

"Gue mau masak mie Ga, mau dimasakin sekalian gak?" tawar Jennar kepada Sega

"Boleh Nar kalo gak ngerepotin, di kasih telor dua ya Nar laper banget gue," pinta Sega sambil nyengir. Jennar hanya menunjukan jempol nya kearah Sega tanda setuju sementara cowok tampan itu tersenyum simpul memandang punggung Jennar yang mulai sibuk dengan masakan nya.

Memandangi wajah cantik Jennar sedekat ini adalah kesukaan Sega dari dulu, walaupun hanya mencuri pandang tapi kali ini Jennar benar benar duduk di depan nya dengan semangkuk mie goreng yang harum nya sudah kemana mana.

Perkenalan Sega dengan gadis cantik ini bermula saat Sega yang meminta tolong teman nya untuk dicarikan kosan murah di dekat kampus, jadilah oleh Rayan teman satu kampus Sega diperkenalkan dengan Jennar yang saat itu memang terkenal sebagai juragan kos kosan karena selain rumah ini Jennar masih mempunyai dua unit kosan lagi yang di dapatkan nya dari Eyang dan semua nya bertarif normal bahkan harga di bawah pasaran padahal lokasi nya sangat dekat dengan kampus mereka.

Pertemuan pertama mereka terjadi di rumah Eyang, Sega hanya terdiam melihat Gadis mungil dengan senyum menawan itu mulai menyapa nya dengan sopan, tutur kata nya lembut langsung ke topik pembicaraan tanpa basa basi dahulu.

Sega sedikit terkejut saat itu, karena bayangan nya akan sosok Ibu kos muda yang bahkan seumuran dengan nya pasti akan sedikit lebay saat bertatapan dengan wajah tampan nya, Sega tersenyum malu membayangkan nya karena sempat berfikir kalau Jennar akan sama dengan gadis gadis lain ketika bertemu, yang akan bersikap aneh dan meminta perhatian lebih kepadanya.

"Kata nya laper? kok gak dimakan si Ga?"

Lamunan Sega tentang masa lalu buyar seketika begitu sapaan Jennar dan sentuhan diujung jari Pria itu dapatkan barusan.

"Mikir apa sih lo? jangan mikir ya jelek jelek gak cocok sama muka lo," cerocos Jennar sambil terus menikmati makannya.

"Enggak lah Nar," jawab Sega mantap, padahal tanpa gadis itu ketahui di dalam sana tepat di dada Pria itu suara gemuruh jantung nya sedang atraksi marcing band menampilkan kebolehan mereka.

"Good boy," kali ini tangan Gadis itu sudah menggapai kepala Sega dan mengacak rambut Sega gemas.

"Wah wah wah ngapain nih?" Ibas yang baru pulang dari bimbingan langsung menuju dapur begitu pintu rumah di buka menyusuri bau mie yang menyambut nya barusan.

"Masakin Abang ya Nar, mie goreng aja dua bungkus," pinta Ibas ke arah Jennar, yang dimintai tolong sudah menggelengkan kepala nya tanda menolak.

"Diih pelit bener, Sega aja yang dimasakin," lanjut Ibas menggoda. Sega yang disebut nama nya sedikit terganggu dengan candaan Ibas barusan, dengan hati hati di dorong nya mangkuk mie tersebut ke arah Ibas isi nya bahkan belum berkurang.

"Makan yang gue aja Bang," tawar Sega tetap dengan senyuman manis nya, "gue kenyang."

"Kata nya tadi laper?" Jennar menghentikan kegiatan makan nya dan menatap Sega heran, Sega yang ditatap Jennar meringis tak enak hati lalu permisi dan berlalu menuju kamarnya.

"Lah beneran ini buat gue dek?" tanya Ibas tersenyum sumringah.

"Ya udah dimakan aja Bang, masih banyak itu."

Ibas yang tertawa menatap mie yang ada di depan nya dengan beringas, "sedepp. Selamat makan."

"Dasar bocah, piringnya langsung di cuci awas aja berantakan," ancam Jennar yang kemudian berlalu menuju kamarnya.


••••

Habis magrib semua penghuni cewek kosan sudah duduk berkumpul menonton sinetron azab di ruang tengah, rumah ini memang cukup besar karena memanjang kebelakang bangunan lantai dua nya pun bangunan tambahan alias baru. Ruang tamu yang tak begitu digunakan dimanfaatkan sebagai garasi motor dan tempat sepatu, halaman depan hanya digunakan untuk parkiran mobil, karena jarang menerima tamu teras yang menghadap kolam ikan di depan dijadikan untuk menerima tamu yang tak begitu akrab kecuali keluarga akan di ajak masuk di ruangan tengah ini.

Di ruang tengah ini berderet kamar anak cowok, dua di kiri kemudian dua di kanan dan satu di ruang tamu yaitu kamar Ibas sang penjaga pintu kata anak anak kosan, dapur dan ruang makan berada ditengah tengah rumah tanpa sekat hanya ada pintu koboy yang membatasi antara dapur dan kursi makan. tangga yang berada tepat di depan ruang makan menjadi penghubung rumah bergaya Belanda ini dan di sana lah para anak gadis orang tinggal.

"Lo kenapa sih Nin manyun terus dari tadi?" pertanyaan Joy barusan membuat atensi para cewek beralih kepada nya.

"Bete dia sama gue." Kali ini Jennar menanggapi pertanyaan Joy tadi tangan kedua gadis itu masih sibuk dengan kepangan rambut Belli yang memang dari tadi rusuh meminta Jennar mengikat rambutnya.

"Kenapa? Jennar ngerebut cowok Anin ya?" tanya Alana tanpa menoleh dari layar pipih dihadapan nya.

"Iya," jawab Jennar asal yang di sambut geplakan kasar dari Alana ditangannya.

"Astaga Mbak sakit tangan gue," rutuk Jennar yang menyembunyikan kedua tangan nya dari pandangan Alana

"Ya lo nya makan temen, sini biar gue hajar."

"Ya ampun Mbak kayak gak kenal nih dua bocah curut aja," bela Joy kepada Alana.

"Nih cewek beringas kesel gara gara udah dua hari gak jadi ketemuan sama Kak Sean karena gue yang ngerebut Anin dari Kak Sean bukan malah Kak Sean nya yang gue rebut," jelas Jennar panjang lebar.

"Iye semerdeka lu aja setan," maki Anin dengan tatapan sinis mata nya.

"Tinggal di chat aja kali Mbak Kak Sean nya, buat janji ketemu," kali ini Belli angkat suara memberi masukan.

"Tuh paling bener udah dari pada lu ngegalau gak karuan padahal baru di cari doang bukan diajak ke KUA," celoteh Joyi sedikit kesal kenapa Anin yang super cerdas ini menjadi tolol kalau urusan cinta.

"Sialan," Jawab Anin dengan sedikit tersenyum.


"Jangan bilang lo gak ada nomor hp nya ya Nin," kali ini Jennar bertanya penuh selidik. Yang ditanya malah senyum polos menahan malu.

"Udah lah pusing gue liat Anin masalah cowok aja bodoh bener coba kalo masah gebuk gebukan nomor wahid dia," sergah Joyi menimpali.

"Kak Sean anak TI kan Mbak?" tanya Belli, "Bang Raga kan anak TI kali aja kenal?" lanjut Belli kali ini gadis mungil itu sudah tiduran di lantai yang sudah dilapisi karpet bulu warna coklat.

"Si anjir yang katanya pinter kalah sama anak yang sering lemot." Kali ini Joyi tak bisa menahan ketawa nya mendapati Anin yang terdiam karena mendapat masukan begitu berfaedah dari Belli yang terkenal kelemotan nya.

"Si anjir," Jennar menyambut dengan tawa cekikikan.

"Oke bye gue mau ke Raga dulu kalo begitu," Anin yang mulai beranjak menuju kamar Raga berhenti sebentar melihat benda segi empat yang sedari tadi digenggamnya, pop up pesan yang barusan dibacanya sukses membuat gadis itu melebarkan mata, berbalik menghadap teman teman nya yang memperhatikan dengab penasaran.


"Sean ngeline gue bangsat," teriak Anin memenuhi seisi rumah. Keempat orang yang sedari tadi memperhatikan hanya mengernyitkan dahi mereka malas.

"Heboh bener lu kutil, minggir ngalangin orang nonton aja lo," Alana yang sedari tadi menyaksikan sinetron azab tentang pelakor tersebut mulai beringas.

"Santuy Mbak,yaudah yang cantik mau naik duluan ya kakak kakak tidur nya jangan kemaleman, goodnight sampai ketemu besok," ujar Anin panjang lebar kemudian gadis itu berlari menaiki tangga menuju kamar nya dengan sedikit bersenandung.

"Temen lo tu," senggol Joyi kearah Jennar yang sedari tadi memandangi kepergian Anin sampai gadis itu menghilang diujung tangga.

"Temen lo juga setan," jawab Jennar tak terima.

"Wah berarti saingan Mbak Alana sama Mbak Joyi berkurang satu tu ngerebutin Bang Sega," kali ini Belli mulai mengeluarkan kata kata bijak nya lagi. Kedua gadis yang disebutkan nama nya tadi saling menatap satu sama lain sambil tersenyum kegirangan.

"Emang Sega mau? jangan pada sok cantik," celetuk Jennar asal. Alana dan Joy kompak menoleh dengan wajah datar, Jennar nyengir sendiri meihatnya.




Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top