•RANDOM•

"Odading dimakan hiyu, ooh darling i love you."

Jennar menoleh dengan wajah datar disebelahnya Raga baru saja duduk setelah melontarkan pantun anehnya. Pemuda itu nyengir dengan senyum lebar sambil menarik sebelah tangan Jennar untuk dipeluk Jennar mengerutkan kening merasa risih.

"Kesambet dimana dah!!"

"Yang kamu itu lucu banget tauk, tapi lucunya bukan bikin ketawa tapi bikin sayang heheh."

Jennar kembali menoleh dengan mata membulat kemudian menoyor Raga dengan jijik.

"Lu siapa sih? jauh-jauh sana!!"

"Your future heheh."

PLAK!!!

"Berhenti gak alay!! gua tabok ya lu," maki Jennar kali ini sambil melepaskan tangannya dengan kasar.

"Heheh yang aku mau main ya ke wisma," kata Raga begitu melihat Amir sudah bersiap dan memberi kode untuk keluar.

"Ya sono main ngapain minta izin sih?"

"Takut entar kamu kangen, hehehe."

"Astagfirullah, pergi gak lo gue hajar ini beneran!!" maki Jennar lagi kali ini sudah bersiap mengangkat laptopnya untuk dilempar ke arah Raga yang masih cengengesan.

Raga tertawa terbahak kemudian ngacir meninggalkan Jennar yang sudah berdiri menantangnya, Amir yang menyaksikan itu semua hanya geleng-geleng kepala.

"Gak bakat gombal gue anjir!!" rutuk Raga disela tawanya.

"Berenti gombal bang, jangan buat gue jadi penjahat!!" jawab Amir enteng.

Raga menoleh dengan mata menyipit mencari tahu kelanjutan ucapan sang bongsor.

"Pen gue bunuh asli!!" lanjut Amir lagi dengan emosi dan wajah datar, kemudian berlari kecil menyebrangi jalan menuju wisma.

"Sialan!!"


Anin mengerjap tolol ketika akan memasuki rumah, entah tanpa sengaja atau tidak dia melihat Amir yang dengan wajah datarnya sedang menyugar rambut dengan sebelah tangan lalu memakai topi hitam berlambang garis putih dengan terbalik dikepalanya, pemuda itu menoleh setelah memanggil Raga dari depan pintu.

Pandangan keduanya bertemu tak ada senyuman manis dari Amir seperti biasanya, si bongsor dengan wajah memukau itu hanya melihat Anin sebentar kemudian berlalu diikuti Raga dibelakangnya.

Anin menoleh ketika kedua pemuda tampan tersebut melewatinya begitu saja, dengan dahi berkerut Anin mgedumel sendiri sembari masuk kerumah.

"Kenapa jadi cakep sih!! heran!!!" kesal Anin begitu duduk disamping Jennar yang sedang sibuk sendiri.

"Kenapa?" tanya Jennar tanpa menoleh.

"Kesel. Panas pengen maki-maki."

Jennar mendengus pelan lalu menoleh dengan senyum mengejek.

"Sean?"

"Bukan!!"

"Amir?"

Anin mengangguk lemah yang dibalas tawa cekikikan Jennar, Anin mendelik lalu menggeplak tangan Jennar kuat.

"Jual mahal sih!! padahal suka, susah sendiri kan lo?"

"Apaan sih!!"

"Amir udah move on!! mampus."

"Diem!!" oceh Anin yang disambut Jennar dengan cengengesan. "Ngeselin iih!!! padahal kemarin kan?!!auk aah pusing!!"

"Kemarin kenapa?" tanya Jennar penasaran.

"Kagak!"

"Yaudah."

"Kemaren dia nembak gue," bisik Anin pelan.

Jennar menoleh dengan mata membulat dan mulut ternganga tak percaya, "sumpah lo? kapan?"

"Lewat kopi."

"Hah??"

"Itu tulisan dikopi susantiiii," jawab Anin kesal.

"Hah?? oooh ... eeh tunggu dulu?! hahahahah yaelaaaahhhh kalau gitu dia nembak gue sama Joy juga dong?? orang tulisannya sama juga hahahahah," ejek Jennar dengan tawa lepas.

Anin membulatkan matanya setelah mendengar ucapan Jennar dengan cepat membekap mulut gadis mungil itu.

"Sialan," maki Anin kesal. Kemudian berdiri berlari meninggalkan Jennar yang masih tertawa terbahak.

"Ckckckck kucing garong malem-malem bukannya tidur malah bongkarin isi kulkas!!"

Belli menoleh dengan alis menukik setelah mendengar suara Uman dibelakangnya.

"Laper gue!!"

"Laper teros!!"

"Gak ngerugiin lo juga."

"Gimana gak lebar tuh badan makan teros."

"Berisik!!!"

Belli duduk dimeja makan dengan dua tumpuk roti tawar yang sudah diolesi coklat dan satu gelas besar jus jambu yang diambilnya dari dalam kulkas, Uman mengikuti duduk dihadapan gadis itu.

"Bel."

"Hmm?" jawab Belli dibalik gelas jusnya.

"Gue suka sama lo."

BYURRRRRRR!!!!

Belli menyemburkan jus jambu yang baru saja diteguknya ke wajah Uman tanpa ampun.

Pemuda tengil itu perlahan membuka matanya mengerjap sesaat. "WOIII LU ADA MASALAH IDUP APE SIH JAMILAH!!! LO BUKAN DUKUN MAEN SEMBUR-SEMBUR AJA!!"

"LU YANG ADA MASALAH IDUP APE SAIPUL!!!KEHABISAN STOK CEWEK LO SAMPE-SAMPE GUE LO JADIIN PEAMPIASAN!!! GUE GIBENG LU!!!"

Uman berlalu menuju kamar mandi membasuh wajahnya kemudian duduk lagi memperhatikan Belli yang sedang membersihkan meja dari semburan jusnya tadi.

"Pait banget idup lu setan!! bikin susah orang aja," kesal Belli sambil mengelap meja. "Ngomong gitu lagi gue siram kuah cabe."

Uman masih mendumel sambil mengelap wajahnya dengan punggung tangan, Belli yang melihatnya nyengir merasa bersalah ketika melihat kaos putih yang digunakan Uman sudah berwarna pink muda.

Gadis itu maju membersihan wajah Uman, mencoba membantu sedikit permintaan maaf karena ulahnya tadi.

"ANJIR ITU LAP MEJA SIALAN!!"

Belli menoleh dengan muka bengong lalu tertawa terbahak setelah sadar apa yang digunakannya untuk membersihkan wajah Uman tadi.

"SIALAN!! NYESEL GUE NEMENIN LU!!" maki Uman sambil berlalu meninggalkan Belli yang masih tertawa.

"GUE KAGAK ADA YA MINTA TEMENIN ELU!!!"

Belli kemudian mengangkat bahu tak perduli, setelah selesai membereskan sisa-sisa kekacauan yang dia buat gadis itu melenggang menaiki tangga menuju kamarnya.

"Tunggu," ucapnya ketika sampai didepan pintu kamar. "Itu Uman tadi nembak gue," tanyanya kediri sendiri dengan muka cengok. "Ga salah denger kan?!" ucapnya lagi sambil menoleh kearah anak tangga. Kemudian masuk kamar dengan alis menyatu, bingung sendiri.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top