KEHADIRAN MAMA

Jennar sampai dirumah saat adzan jumat berkumandang, di depan rumah terparkir mobil sedan putih yang Jennar yakini bukan milik anak kosan. Memasuki rumah Jennar disambut Alana yang langsung berdiri begitu melihat kedatangan Jennar, Alana tak sendiri ada wanita lain dihadapannya wanita paruh bayar sekitar 50an awal tebakan Jennar.

"Nar, nyokap Raga," ucap Alana antusias.

Jennar tak bergeming otaknya belum bisa mencerna ucapan sang peri kapas.

"Malah bengong, sini calon mertua udah jauh jauh lo buat ketemu elu," oceh Alana kembali sambil menyeret Jennar yang masih tak merespon.

Widia Astuti Ibunda Raga wanita cantik berambut sebahu itu menoleh melihat Jennar dengan senyum mengembang.

"Jennar apa kabar?" sambut mama Raga menarik Jennar untuk duduk disampingnya.

"Hah? b-baik tante," jawab Jennar terbata. Alana sudah senyum senyum sendiri melihatnya.

"Not tante sayang panggil mama," lanjut Widia Astuti ramah. Jennar masih sama pikirannya lama mencerna ucapan ibunda Raga sampai Alana harus sedikit menyenggol bahu gadis itu pelan.

Jennar menoleh ingin protes kepada Alana tapi diurungkannya karena Widia Astuti sudah tertawa sendiri Jennar sampai tak enak hati karenanya.

"Kita udah pernah ketemu loh sayang, kamu lupa?wajar sih kan udah lama banget ya itu Al, ingetkan kamu? kita jumpa di mall apa itu lupa mama iih," oceh Widia Astuti panjang lebar. Jennar dan Alana kompak mengangguk mengiyakan walau di dalam hati berteriak lupa.

"Tante Alana permisi sebentar ya, buat minum dulu tante lanjutin aja sama mantu tante heheh permisi tante," pamit Alana dengan senyum lebar dan lirikan mata mengejek ke arah Jennar. Jennar sudah melotot membalas Alana yang melesat cepat meninggalkannya.

"Bulan depan jadi kan ikut abang ke Bogor Nar?"

Jennar mengangguk ragu ragu mengiyakan ucapan Widia Astuti.

"Mama udah gak sabar buat ketemu kamu loh Nar, makanya ada kesempatan papa nya abang lagi dinas di Jakarta yaudah sekalian aja nyamperin mantu hohoho," ucap mama Raga bersemangat.

"I-iya ma," balas Jennar dengan wajah tegang.

Widia Astuti membelai rambut Jennar dengan sayang beberapa anak rambut yang berserakan di dahi sang gadis dirapikannya dengan teliti.

"Mau ada ujian apapun nanti sama hubungan kalian mama harap Jennar yang bakal terus sama abang kedepannya," lanjut Widia Astuti dengan wajah sumringah senyum anggunnya sempat membius Jennar.

Jennar senyum simpul terpesona dengan senyuman anggun Widia Astuti, tak enak hati harus berbicara apa karena tanpa ada yang tahu atau lebih tepatnya pura pura tak tahu Jennar dan Raga sudah berpisah sejak dua minggu yang lalu.

Raga Ibas dan Sega masuk ke dalam rumah berbondong-bondong dibelakangnya ada Uman dan Amir berlima mereka pulang dari masjid sehabis jumatan tadi, melihat kedatangan mama Raga kelimanya kompak menyalami Widia Astuti yang masih setia dengan senyum cantiknya.

"Ngapain kesini si ma? minggu depan abang kan pulang!" ucap Raga tanpa ekspresi.

Mamanya menoleh menyipitkan mata melihat anak laki-lakinya dari atas sampai bawah.

"Jangan Kepedean kamu mama teh mau ketemu neng geulis," ujar Widia Astuti menoleh kearah Jennar dengan bangga. "Teteh yang betah ya sama abang dia mah judes kalau ngomong nyelekit."

Jennar mengangguk dengan senyum kaku, Raga melihat sekilas jadi tak enak hati bagaimana posisi Jennar saat ini.

"Tante apa kabar?" Ibas ikut nimbrung duduk disamping Alana yang baru saja menyuguhkan segelas teh hangat untuk Widia Astuti.

"Baik akang kasep, Ibas udah lama loh gak ke Bogor sibuk banget ya?"

"Sibuk pacaran ma," Amir ikut nimbrung duduk dilantai dihadapan ibunda Raga. "Sama mbak Alana ma pacarannya gak jauh jauh hahahah."

"ITEM!!!" hardik semua orang disana bersamaan kecuali Alana dan Ibas yang canggung. Sementara Widia Astuti sudah tertawa sendiri meihatnya.

"Udah-udah kasihan Amir," lanjut Widia Astuti.

"Jennar permisi dulu ya ma, mau siap siap jam dua ada kelas lagi," ucap Jennar sambil tersenyum kikuk.

Widia Astuti mengangguk mengiyakan dengan senyum cantiknya memeluk Jennar sebentar. "Inget ya sayang apapun yang terjadi jangan pernah berfikir buat ninggalin abang, Jennar menantu idaman mama diinget atuh," bisik Widia Astuti tepat ditelinga Jennar.

Jennar tersenyum kikuk mengangguk mengiyakan ucapan Ibunda Raga lalu pamit tapi sebelum itu dia sempatkan menggeplak kepala Amir pelan lalu berlari menyusuri tangga.

"Mbak Jennar," teriak Amir kesal, dibelakangnya Raga menyenggol si bongsor dengan lutut kakinya. Amir menoleh dengan muka masam. "Udah putus aja masih dibelain, bucin lo bang!!"

Semua menoleh kearah Amir termasuk Widia Astuti Raga sudah mendelik terkejut, Amir yang mendapat tatapan mengerikan hanya tersenyum kaku tak enak hati. Sementara sang mama sudah melihat Raga dengan tatapan membunuh persis milik Raga.

PLETAK!!

Sega menggeplak kepala Amir dengan kejam dan mengusir adik kosannya itu untuk meninggalkan ruang tengah, Alana dan Uman sudah terkikik geli.

"Bang Sega bisa kejem juga lu bang? hahaha," kata Uman mengejek. Sega hanya merespon dengan mengangkat bahunya.

"Salah gua mulu, kalian semua kejam," selah Amir lebai kemudian menyalami mama Raga dan masuk ke kamar.

"Udah-udah kasihan si Amir, kalian semua jangan lupa mampir kerumah mama kalau ke Bogor teh, nanti mama masakin yang enak-enak. Abang coba ambil dimobil tadi mama bawa makanan banyak hampir lupa gara-gara lihat mantu hahaha," kata Ibunda Raga mencairkan suasana.

Raga yang menuju keluar rumah untuk mengambil bawaan sang mama diikuti Alana dibelakangnya, gadis cantik itu menepuk pundak lebar Raga sang empunya hanya menoleh sekilas dan tersenyum seadanya.

"Kejar dong Ga, gitu aja nyerah."

Raga menghentikan gerakan tangannya meraih beberapa bungkusan plastik putih dari dalam mobil menoleh ke Alana dengan kening berkerut.

"Kenapa lu galau bener kayaknya, makanya kejar lagi dongok," maki Alana kesal dengan sedikit kekehan. "Emak lu demen bener sama Jennar dari datang sampe tadi Jennar aja yang diperatiin ckckck ampe lupa kan beliau bawak makanan segini banyak gara gara apa coba? MANTUNYA noh catat di otak lu."

"Bisa bener ngatain gue sendirinya gimana coba," jawab Raga dengan muka dingin.

"Gue? sama Abang? yaelaah jangan dipikirin kita mah elu yang mesti mikir noh di dalam ada Sega eh di depan ada Tama, mampus gak lo."

"Apaan sih mbak, Sega lagi ngejer Joy jangan dibawa bawa kedengeran si Joy bakal berantem tuh bocah dua."

"Ya gua mah ngomong aja Ga biar lu gerak hahah dah aah capek gue ngobrol sama lu es serut makanya jan macem-macem udah tau punya pacar masih jalan sama cewek lain malam minggu? di post ig lagi? ckckckc apa tidak ngamuk syukur-syukur lu gak didamprat Anin. Baek baek lo," ulas Alana panjang lebar kemudian meninggalkan Raga yang diam ditempat.

"Sialan."



Belli menopang dagunya lesu, dihadapan nya Jennar sedang asik sendiri dengan gadgetnya tak menghiraukan Belli yang sedari tadi sudah menghela nafas berkali kali.

"Mbak, emang segitu ga pantesnya gue sama si Dika ya?"

Jennar menoleh mengerjap mata bingung sendiri. "Dika mana dah?"

"Ck, nyebelin aah," rengek si keriting manja. Jennar cekikikan dibuatnya.

"Emang lo ngerasa gak pantes?" tanya Jennar mata dan fikiran nya sudah fokus seutuhnya kepada Belli.

Belli mengangguk mengiyakan pertanyaan Jennar dan membuat sang ibu kos menoyor kepala gadis itu pelan. "Apa yang buat lo ngerasa gak pantes?"

"Ya gue jelek gini, rambut keriting lagi," ujar Belli sambil mengambil ujung rambutnya yang diikat kuda. "Ini kalau bangun tidur udah kayak singa tau gak mbak, kesel!"

"Ya bagus lah nambah nambahin dirumah ada macan ada singa, bikin kebun binatang gue besok besok."

"Mbak, iih orang serius juga."

"Kalau serius mah kejar, jangan malah dengerin omongan orang!! gak ada yang bilang lo cantik bukan berarti lo gak menarik bel, cantik versi orang mah beda beda. Kalau menurut si Dika Dika itu lo cakep ya udah, kalo ada yang bilang lo ganteng baru ngeri gue," ulas Jennar panjang lebar.

"Tapi dia banyak fans nya."

Jennar memutar bola matanya malas dan kasihan melihat adik kosan nya ini. "Banyak banget yang lo takutin, udah berenti gak perlu lo ladenin kalo gini."

"Iih mbak tapi dia tipe gue banget, gue gak nyangka aja dari semua nya dia malah ngeliat gue," ujar Belli antusias. Sementara Jennar sudah bergidik ngeri.

"Yaudah sih ngapa lu yang minder ting."

"Jadi gue harus gimana mbak? entar malem dia mau mampir ke kosan."

"Nyamperin elu?"

"Kagak mau main sama Uman."

"Heleh," tukas Jennar kesal lalu mengalihkan lagi fokusnya ke hp.

"Tapi kan sambil menyelam minum aer mbak."

"Baek baek kembung lo."

Belli hanya memanyunkan bibirnya kesal sendiri, Jennar memang tempat curhat yang kejam dia tidak akan membela seseorang kalau orang itu memang salah walaupun itu teman atau adiknya sendiri. Jadi jangan harapkan pembelaan dari sang ibu kos kalau salah penyampaian kalian yang akan di maki-makinya.

"Mbak."

"Hmm," jawab Jennar singkat.

"Tadi ada emaknya bang Raga? bener?"

Jennar mengangguk mengiyakan pertanyaan Belli.

"Santai banget si mbak habis putus juga."

Jennar menoleh kemudian menoyor kepala Belli pelan. "Ngapain galau kalau jodoh ga bakalan kemana kok."

"Ceileeeh ngarep banget jodoh sama bang Raga," ejek Belli terkekeh. Jennar kembali menoyor kepala gadis keriting itu.

"Gue gunting juga pala lu bocah!! minggat sana!!"

"Kejam!!" kata Belli kemudian gelendotan dipundak Jennar.

"Pergi," balas Jennar penuh drama sambil menoyor kepala Belli lagi. Lalu berdua tertawa ngakak saling menunjuk muka masing-masing.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top