IT'S OKE

TRIO MACAN(3)

Mentari.J:

Mentari.J:gimana gimana butuh hujatan nya nih hahahahah

Anindhia: anjirrrrr si cabe x_x

Anindhia: #SAVESEGA

Jane.MA:i'm done with you matahari

Jane.MA: #SAVESEGA #KASIANSEGA #TIKUNGSEGA

Mentari.J:heheheh cakep kan, gue tuh emang plin plan sih tapi gimana coba mereka yang deketin gue, mubazir giak sih? hahahah *ketawasetan*

Mentari.J: #SEGACUMAPUNYAMATAHARI

Anindhia: sakit djiwaaaaa hahahah, percaya lah sesungguhnya karma itu akan menghampiri dirimu tak lama lagi *MAMA ANIN? CURHAT DONG* hahahah

Jane.MA:setan gue ngakak, mbak Joy berhenti main main atau Sega buat gue hahahhaha *ketawaiblis*

Mentari.J: SS abang Raga aah huahahahaha

Jane.MA:setan!!!!

Jennar cekikikan kemudian meletakkan hp nya kembali Joy adalah moodboster terbaik untuk Jennar dan Anin, ketiganya klop menyatu dalam satu wadah menutupi satu sama lain dengan keduanya lah Jennar merasa aman dan dilindungi dengan baik jadi jangan heran jika diantara ketiganya ada yang tersakiti kedua dari mereka akan maju pasang badan terlebih dahulu, Jennar menyayangi keduanya sebaliknya hal yang sama dilakukan keduanya untuk Jennar.

"Nar," sapa Alana menyentuh pundak gadis itu.

Jennar mengadah menatap sosok cantik dengan kulit seputih salju yang sekarang berdiri dihadapannya, Alana tersenyum simpul mengelus lembut rambut sebahu Jennar.

"Udah lama mbak, kok Jennar gak denger?"

"Elu nya ngelamun jadi gak denger."

Jennar cengengesan sudut mata nya bahkan menyipit sebelah, semua tak lepas dari tatapan Alana yang kemudian meraih pipi Jennar dan mencubitnya dengan gemas.

"Terus tersenyum seperti ini ya Nar, mbak berharap Jennar bahagia terus walaupun nanti kita gak bareng lagi."

Jennar diam senyum manisnya luntur begitu Alana bicara.

"Jangan kayak orang susah mbak teknologi udah maju kok," ulas Jennar dengan bibir manyun. Alana tertawa renyah mendengar ocehan adik kosan nya itu, "mbak juga jangan berantem terus sama abang cepet nikah deh kalian biar lega."

Alana sudah tertawa ngakak mendengar ungkapan Jennar yang dirasanya sangat tulus, sedikit menyesal karena sempat menganggap dirinya hanya sebuah pelarian.

"Seneng bener sampe depan suara ketawanya," kata Ibas yang baru saja datang.

"Wah mekdi!! Abang memang yang terbaik," puji Jennar sambil mengacungkan kedua jempol tangannya kepada Ibas kemudian dengan cepat merampas mekdi yang baru saja diletakkan Ibas diatas meja. "Terima kasih," ujar gadis itu tersenyum sumringah.

Ibas tertawa cerah kemudian beralih melihat Alana yang tersenyum simpul memperhatikan Jennar. "Udah makan?" tanya Ibas kepada Alana.

Alana mengangguk mengiyakan, Ibas membalas dengan senyum sekedarnya.

"Ck, kek anak esde habis putus," ejek Jennar kesal sendiri tanpa menoleh.

"Apa sih Nar," kata Ibas lagi tak enak hati.

"Mbak Al diem aja coba cerita sama Jennar abang juga!"

"Galak bener adek abang hahah."

Jennar memutar bola matanya kesal lalu menoleh bergantian memperhatikan kedua orang yang ada dihadapannya sekarang.

"Jadi??" ujar Jennar penasaran.

"Apanya?" jawab Alana bingung sendiri.

"Ck, harus banget Jennar tanya? bang?" kali ini Jennar beralih menatap Ibas yang masih tersenyum.

"Apanya Nar?" tanya Ibas cengengesan.

"Kok balik nanya sih, gue sih terserah lo berdua bang mau gimana gue gak mau ikut campur tapi ini demi kesehatan mental gue dan suasana rumah yang udah gak asik lagi karena kaptennya lagi galau," sindir Jennar dingin.

"Nar," panggil Alana lembut.

Jennar menoleh menatap Alana serius dengan mata kucingnya.

"Gue nggak mau jadi alasan rusaknya hubungan kalian berdua mbak, kalian udah sama sama dewasa masak gini aja nyerah?? segitu aja bang? mbak? malu sama Amir sama Sega yang mati matian ngejar si maung sama cabe."

"Abang fine fine aja kalau mau LDR gak tau kalau mbak," singgung Ibas tanpa ekspresi.

Alana masih diam tak menjawab hanya terdengar suara helaan nafas saja dari sang peri kapas.

Jennar ikut ikutan menghela nafas kali ini menoleh ke arah ibas. "Bener abang belum move on dari Jennar," tembak gadis itu tanpa ampun.

Alana membulatkan mata terkejut sendiri mendengar pertanyaan jennar, Ibas tersenyum manis diusapnya kepala Jennar sebisa pemuda itu.

"Semenjak seseorang mengisi hari dan hati abang sosok Jennar sudah terganti dengan sendirinya, hati itu mudah berubah perhatian lah yang membuatnya bertahan," kata Ibas kemudian menoleh kepada Alana.

"Mbak say something please?" mohon Jennar kali ini.

"Mungkin gak ada yang harus diucapin Nar karena dari awal Alana gak pernah percaya sama perasaan abang."

Jennar menoleh Alana sudah hampir menangis mendengar ungkapan pilu Ibas, Jennar bergeser duduk disebelah Alana merangkul peri kapas yang masih berusaha tersenyum tersebut.

"Ck jennar gak suka nih yang begini?? mbak please bicarain, masih kurang pengakuan abang? iya?"

"Alana minta maaf bang sumpah demi apapun Alana gak ada maksud buat nyakitin perasaan Abang apalagi Jennar, tapi situasinya beda ini gak mudah."

"Berarti percaya dong sama perasaan abang?

Alana mengangguk Ibas tersenyum kecil Jennar sudah bertepuk tangan gembira sendiri.

"Jadi masalahnya apa?" tanya Jennar kembali. "Mbak takut abang gak setia??" tanya Jennar kali ini sudah menoleh kearah Ibas dengan mata memicing.

Alana mengangguk ikut membenarkan, Ibas hanya bengong melihatnya Jennar sudah geleng geleng kepala.

"Abang emang cakep sih mbak wajar kalau mbak khawatir, kalau abang yang khawatir mbak selingkuh kan gak mungkin, emang ada gitu bule mau sama mbak Al?" ucap Jennar sok polos. Ibas sudah tertawa cekikikan sementara Alana sudah melotot menyumpah serapah gadis tengil ini.

"Puas banget ketawanya??" sindir Alana sambil menampar punggung tangan Ibas. Pemuda itu mengaduh kesakitan sedangkan Jennar memeluk Alana dengan manja.

"Tuu kan enak udah baikan, ayo salaman," pinta Jennar dengan wajah cerah. Kemudian gadis itu menarik tangan Ibas dan Alana bersamaan membuat kedua pasangan itu berjabat tangan dan tersipu malu.

"Sok malu malu padahal udah bobok bareng," tembak Jennar frontal yang membuat Alana melotot ingin menjitak gadis itu sementara Ibas sudah tersedak dengan air liurnya sendiri.

"Dek??" ujar Ibas dengan wajah melotot.

Jennar ngakak melihat keduanya, "hmm satu lagi Jennar gak suka ya abang bentak bentak mbak Al kayak kemarin, inget semua bisa dibicarain. Paham kan?" tunjuk Jennar tepat di depan hidung Ibas.

"Iya ibu kos," jawab Ibas terkekeh.

"Good," balas Jennar dengan kedua jempol mengudara. "Awas ya main bobok bobokan lagi dikosan gue, gue usir lo berdua."

"Bahas terus," kata Alana melotot.

"Nah ini baru mbak gue yang hobinya melotot, yang tadi mah bukan hahaahaha."

Ibas sudah tertawa mendengar ejekan Jennar, bersyukur Ibas mempunyai adik kosan seperti Jennar jika tak ada gadis itu entah sampai kapan ia dan Alana akan saling mendiamkan diri bahkan dipikiran Ibas mungkin Alana akan meninggalkannya begitu saja tanpa menyelesaikan perasaan mereka masing masing.

"Mbak minta maaf udah buat Jennar anfal kemarin karena keegoisan mbak Jennar yang sakit," sela Alana dengan helaan nafas.

"It's oke mbak buktinya gue gak apa apa kan? gue aja sih yang bandel, udah lama gak minum obat," bisik Jennar takut di dengar orang rumah.

"Dasar bandel," kata Alana kali ini menjewer telinga Jennar pelan.

"Katanya mau istirahat ternyata ngumpul disini?" suara bariton Raga membuat ketiga orang yang sedari tadi duduk di gazebo rumah eyang menoleh, Jennar hanya tersenyum kaku.

Ibas bangkit berdiri menarik Alana mengajak gadis itu untuk undur diri, Raga menghampiri Ibas berhigh five layaknya anak geng motor yang sudah lama tak bertemu ketegangan diantara keduanya mencair seiring senyum tulus Ibas.

"Abang duluan Ga, jangan magrib diluar kalian."

"Oke," jawab Raga singkat mata pemuda itu tak lepas dari Jennar yang sudah tersenyum kaku.

"Aku bisa jelasin kok hehehe, abang sama mbak gak jadi putus hebatkan aku heee," ucap Jennar dengan tawa garingnya.

Raga menunduk menatap Jennar tepat dimatanya lalu menepuk nepuk puncuk kepala Jennar pelan.

"Katanya ada yang mau nikung Sega??" tanya Raga dengan kedua alis meninggi lengkap dengan ekspresi wajah andalannya.

"Sialan Joy awas aja lu setaannn" maki Jennar di dalam hati sementara gadis itu hanya tersenyum terkekeh pelan tak enak hati.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top