DICOBA DULU

"Mbak."

"Hmm."

Jennar menoleh sambil mengaduk es jeruk nya sementara tangan satu lagi sibuk membalas pesan Raga sedari tadi, ditemani Amir yang sudah dari setengah jam yang lalu duduk disampingnya dengan kepala menyatu dimeja. Kedua nya sedang dikantin FH hari ini memenuhi undangan Joy mau ditraktir makan siang katanya, entah lah mungkin semalam tanpa sepengetahuan anak anak kosan sang Matahari berhasil ngepet mungkin.

"Mbak," panggil Amir lagi masih dengan posisi yang sama.

"Hmm."

"Mbak," kali ini Amir menolehkan kepala nya yang masih menempel dimeja kearah Jennar.

"Ape!!"

"Beneran pacaran sama bang Raga?"

"Udah mau kawin malahan."

"Nikah dulu mbak, jangan jadi teh celup."

Plakkk____

"Anjing__" maki Amir kesal lalu menoleh kebelakang dengan wajah tak santai. "Apaan si Bang?"

"Ngapain lo? minggir!!" usir Raga cuek. Sementara Jennar sudah tertawa ngakak.

"Iye yang masih anget gitu emang," ejek Amir dengan menyebalkan.

"Makanya cari pacar dong," Joy yang baru datang langsung menyambar pembicaraan. "Sama gue aja sini."

"Lu sama siapa aja mau ya mbak, heran."

"Ya gak juga sih tergantung bibit bobotnya juga gua mah," jawab Joy dengan wajah sumringah.

"Emang sama Anin kenapa Mir?" tanya Raga tanpa basa basi yang membuat Jennar tersedak es jeruknya. Sementara Joy sudah tertawa ngakak.

"Mulut kagak pernah di filter heran," rutuk Joy masih tertawa.

"Loh, bener kan?" tanya Raga kearah Jennar yang disambut anggukan dan suara cekikikan khas gadis itu.

"Lo gak ada perasaan apa apa gitu Mir ke Maung?" selidik Jennar dengan senyum terkulum.

Amir yang mendapat pertanyaan mengejutkan langsung merubah posisi duduknya dengan kepala sedikit ditegakkan dan kedua tangan yang menyilang di depan dada.

"Ck, gimana ya?" kata Amir pura pura mikir. Yang kemudian dapat toyoran keras oleh sang Matahari. "Ya Allah kepala gue mbak, udah dua kali dalam sepuluh menit."

"Sok mikir lo setan, iya iya enggak ya enggak!!"

"Kenapa lu yang emosi si Mbak?!"

"Kesel aja gue lihat muke lu bentukan macem beruk gini."

"Hahahah sialan mbak Joy, lucu lu pen gue toyor itu muka," balas Amir sarkas. Sementara Jennar dan Raga sudah tertawa ngakak.

"Belum pada pesen? yaelaaah lama lo semua."

Anin yang baru datang langsung duduk disebelah Joy menyampirkan tas dan laptopnya dihadapan Jennar meminta untuk disimpan dibangku sebelah gadis itu.

"Malah pada diem, kenapa sih?" tanya Anin kembali kearah teman temannya lalu menoleh kearah Amir yang sudah tersenyum dengan lebar.

Tanpa diminta Amir menarik tangan Anin mengajaknya memesan makan siang mereka yang membuat gadis tinggi itu mau tak mau mengikuti kemana pemuda hitam itu mengajaknya, ketiga penonton yang ada dihadapan mereka kompak tertawa cekikikan karena tanpa sepengetahuan Anin Jennar dengan cepat memberi kode untuk Amir agar membawa sang macan untuk memesan makan siang, alibi memang tapi membuat Jennar dan Joy sudah tersenyum kegirangan sementara Raga hanya geleng geleng kepala melihatnya.




"Nar__"

"Apa."

"Apa gue terima aja ya si Sean," Anin memulai pembicaraan dengan nafas terhela kedua nya sedang di perpustakaan saat ini.

"Ya terserah lo si, emang hati lo bilang apa? terus isi otak lu pada setuju gak?" cecar Jennar tanpa menoleh mata dan kedua tangan nya masih sibuk diatas laptop.

Anin membulatkan mata nya perhatian nya beralih kepada Jennar yang memang duduk dihadapan nya saat ini. "Kata nya si stop gitu."

"Yaudah tinggal Stop doang ribet lu."

"Ya masak gue mesti jomblo kan gak asik, mana elu bentaran juga gak bakal bisa sama gue terus."

Jennar mengangkat kepalanya menatap Anin dengan kening berkerut.

"Emang gue mau kemana?" tanya Jennar bingung sendiri.

"Kata Raga dia mau ngawinin elu maemunah kan gue jadi tertantang."

"Hah? anjir Raga,jadi gak sabar," ejek Jennar dengan wajah dibuat semenyebalkan mungkin.

"Setan!!!"

"Sean Nin."

"Elu yang Setan monyet," maki Anin dengan suara tertahan sementara Jennar hanya mengejek si maung dengan mengulang ucapan nya.

"Sirik aja jomblo."

"Pacaran juga belum tentu jodoh, eh tau tau jodoh sama Bang Ibas elu nya eeh si Raga jodoh sama gue kan kocak hahahah."

Plak___

"Sakit monyet."

"Bacot lu kampret pelakor," hardik Jennar kasar.

"Ssstttt."

Teguran dari seisi perpustakaan membuat kedua gadis cantik itu menunduk seketika dengan cengiran kecil dikedua sudut bibir mereka.

"Gimana dong Nar," rengek gadis itu lagi.

"Misal nih ya kalo Amir ngasih sinyal lu mau gak?"

"Enggak."

"Yaudah."

"Lah gitu doang?"

"Terus? lu mau gue bujuk? biar apa? dari awal udah salah elu oneng dari Richi ke Sean kagak ada yang lu kasih kepastian. Sekarang gue tanya Amir lu langsung ngegas gini, dicoba dulu napa!!"

"Buset lagak lu ceramah kek ibu ibu kosan."

"Yee emang gue ibu kosan, lupa lo? mau gue ingetin!!"

"Pada berantem katanya mau nugas."

Raga yang datang entah darimana mengerutkan keningnya melihat dua gadis berbeda tinggi badan itu sedang beradu argumen.

"Sayang," sapa Jennar sengaja untuk membuat Anin jengah.

"Stop jangan alay di depan gue!"

Raga dan Jennar menahan tawa cekikikan tak mau ditegur kedua kalinya.

"Amir mana yang?" kata Jennar dengan tawa tertahan.

"Lagi nganterin gebetan nya," jawab Raga seenaknya.

"Anjir!!" ceplos Jennar sengaja.

"Apa? gue gak cemburu ya tolong mau dia jungkir balik juga gak perduli gue."

"Dih siapa yang ngatain elu si?" ejek Jennar cekikikan.

"Hahahaha keceplosan ya Nin?"

Anin melengos dengan wajah memerah dengan cepat berkemas menarik tas laptop nya dan secangkir starbuck beserta cemilan yang dibawa Raga barusan tanpa tahu malu langsung melesat meninggalkan kedua pasangan tersebut yang sudah tertawa dengan jeleknya.

"Hai Jane."

Sapaan ringan dengan suara manis itu membuat Jennar memalingkan wajahnya diikuti Raga, dengan alis terangkat tinggi menoleh dengan wajah dingin pemuda tampan itu.

"Oh, hai Richi__" saut Jennar tanpa ujung. Karena disebelahnya Raga maju dengan cepat mengulurkan tangan nya kearah Richi.

"Raga pacarnya Jane," saut pemuda itu tanpa ekspresi. "Oh terima kasih untuk es krim nya waktu itu."

Sementara Jennar hanya membulatkan mata runcingnya dengan senyum terkulum.

❤️❤️

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top