831 224 (2)

"Mau keluar Ga, bukain gak!!" hardik Jennar dengan sedikit merengek.

"Gak!!"

"Raga!!"

"Apa sayang?" jawab pemuda itu dengan santai nya.

"Apaan sih lo!!"

"Kita ngobrol dulu Nar," sela Raga seraya menarik tangan Jennar untuk duduk di kursi belajar nya.

"Gak mau ngomong sama elu."

Raga mengernyitkan dahinya bingung. "Nanti kamu di cengcengin anak anak, mau?"

Jennar menghela nafas nya kesal. "Ya terus gue ngapain disini?"

"Temenin aku nugas."

"Enak aja," keluh Jennar kesal.

Raga hanya tertawa ngakak mendengar ocehan Jennar, diusap nya rambut gadis cantik itu dan ditatapnya dalam. "Aku pernah bilang kan kalo kamu dalam pengawasan aku? lupa? hmm."

"G-gak inget," ucap Jennar dengan mata membesar sedikit kaget dengan perlakuan Raga.

"Hahahah, yaudah kalau lupa aku ingetin."

"Emang gue bocah pake diawasin."

"Iya bocah, kalo bukan bocah gak pake ngambek ngambek."

"Eeh gak ada ya gua gak ngambek, emang gua siapa."

"Pengen banget jadi siapa-siapa nya aku ya Nar?" usil Raga dengan cekikikan.

Jennar diam mati kutu tak tahu lagi mau menjawab apa, gadis itu hanya menghela nafas nya kasar. "Jangan norak, gue tampol lu lama lama."

"Nar?"

"Apa?!"

"Tadi makan es krim sama siapa?"

Jennar mengerutkan keningnya baru tersadar awal mula kenapa dia bisa sampai berakhir berdua bersama Raga seperti ini.

"Temen kampus."

"Cuma temen? atau dia demen sama kamu?"

"Y-ya gak tau," jawab Jennar sedikit nyolot.

"Jangan deket deket sama cowok lain, aku gak suka."

"Ya terus gue mesti nyudut sendirian gitu? aneh lo!!" protes gadis itu polos menahan degub jantunya tak karuan.

"Anak wisma juga. Terutama si Tama gochi."

"Lah gak bisa dong, masak gua harus melewatkan ciptaan Tuhan yang indah pake banget. Dih ngapa harus nurutin elu sih," jawab Jennar kaget sendiri.

Raga senyum tipis menanggapi ocehan Jennar barusan, menghela nafas pelan lalu beranjak mengambil laptop dan handphone nya berlalu ke arah tempat tidur.

"Marah?"

Tak ada jawaban, Raga diam sibuk dengan laptop nya.

"Raga."

"Hmm."

"Marah?" selidik gadis itu pelan dengan bibir sedikit dimajukan.

"Emang aku siapa mau marah?" jawab Raga jutek dengan wajah dingin.

"Bocah dasar!!" Hardik Jennar seraya berlalu menuju pintu kamar. Raga yang melihat nya langsung beranjak menghalangi gadis itu untuk keluar kamar.

"Aku belum selesai Nar."

Jennar menatap Raga nyalang dengan mata bulat nya. "Udah selesai, kita udah ngomong dari tadi, nyebelin dasar. Mau nya apa sih heran!!"

"Bisa kan kamu janji sama aku? boleh main ke wisma asal sama aku."

"Ngapain juga si mesti sama lo?!" amuk Jennar kesal.

"Kamu punya aku Nar, udah ngerti kan?!" teriak Raga penuh penekanan.

Jennar bengong mata nya mengerjap bingung. "Gak romantis," jawab nya spontan yang kemudian di ikuti suara tawa Menggelegar Raga.

"Kamu siapa sih bisa bikin aku begini?" tanya Raga seraya mengelus pipi tembam Jennar. "Besok aku beliin net buat kamu biar bisa main raket dihalaman belakang."

"Hah??" jawab Jennar bingung sendiri.

Lama Raga terdiam menatap hal indah dihadapannya, tangan pemuda itu pun beralih kebelakang kepala Jennar menarik nya lembut lalu menempelkan bibir nya dengan lembut dibibir mungil Jennar.

Jennar diam dengan mata membesar kepala nya tertarik pasrah sedikit mendongkak karena tubuh mungil gadis itu tak terlalu siap, tanpa sadar Jennar menutup mata nya tangan nya dengan sigap berpegangan pada bahu kokoh Raga.

Jennar berdebar entah lah perlahan gadis itu mulai menyukai perlakuan Raga, lama lama menjadi kecanduan akan perhatian pemuda tampan itu. Kedua nya saling membuka mata, beradu tatapan tanpa sadar pipi Jennar sudah merona memerah seiring debaran keras di dada nya.

"Aku mau selamanya sama kamu," ungkap Raga penuh kesungguhan. "Jadi mulai hari ini kamu harus inget ada aku yang harus diperhatikan, pahamkan maksud aku?"

Jennar hanya nyengir memamerkan pipi bulatnya yang masih bersemu merah tanda mengerti.



Joy masuk kerumah bersama Jennar disambut suara ramai para penghuni cowok kosan yang sekarang sedang bermain kartu diruang tengah dengan bertelanjang dada, ada Bintang diantara semua nya.

"Kenapa lu?"

Jennar menoleh kearah Joy yang sudah senyum sumringah, Joy nyengir kuda memamerkan deretan gigi nya yang rapi.

"kakak ipar," saut gadis itu dengan mata mengerjap.

"Najis!"

Kedua nya melewati kerumunan dengan tak santai bahkan Uman sudah ditoyor dengan sengaja oleh Jennar karena wajah tengil pemuda itu yang terus terusan menggoda Jennar setelah kejadian malam kemarin.

"Hai Matahari," sapa Bintang begitu sadar bahwa Joy mengekori Jennar.

Joy hanya membalas tersenyum dengan kikuk. "Hai, Bintang."

"Dih, Mbak Joy tumben kalem!" ucap Amir yang bicara tanpa menoleh.

"Pencitraan aja itu, biasa masuk rumah bar bar kok," ejek Ibas dengan cekikikan.

"Abang!!" balas Joy dengan mata menyipit.

"Lo bocah jangan lama lama disini pulang sana."

Perintah Jennar kepada Bintang yang baru saja akan perotes tapi keduluan Joy yang membela. "Apaan sih Nar, Dia tu jarang main kesini lagi."

"Matahari aja perduli sama gue, ini Kakak sendiri udah kayak macan kebanyakan main sama Anin si lu," omel Bintang panjang lebar.

"Yaudah, kakak adek aja lu sama si Matahari," cecar Jennar ganas yang diikuti tawa anak anak kosan.

"Heh,gue denger ya!! jangan sampe itu stick ps pindah ke jidat lo."

"Mampus," ejek Uman cekikikan.

"Mir, macan lo kandangin mir," kali ini Alana yang bersuara. Kedua nya bersama Anin baru turun dari lantai dua.

Amir yang disebut namanya hanya cengengesan dengan suara tawa serak nya yang membuat Anin melotot tak santai. "Apa lo senyum senyum gak karuan, jangan gr lo najong!"

"Biasa nya semakin mengelak semakin membenarkan loh Nin, noh Jennar buktinya," tegas Ibas dengan cengiran setan nya.

"Bang Ibas jiwa nya lagi ketuker sama Mbak Al deh kayak nya dari tadi julit mulu," kali ini Joy menimpali.

Jennar hanya menggeleng pelan sambil lalu menuju lantai dua di ikuti Anin yang mengekor dibelakang, gadis itu mengepit tangan Jennar dengan tak santai ditambah wajah nya yang kecut membuat Jennar ingin mengernyitkan dahinya.

"Kenapa?" tanya Jennar seakan tahu bahwa gadis itu sedang tak baik baik saja.

Anin menoleh dengan wajah lesu lalu tertunduk dengan helaan nafas pelan. "Sean nembak gue tadi."

"Anjir!! serius lo?"

"Heboh bener lu gue tampol juga etdah," jawab Anin dengan mata melotot. Sementara Jennar tersenyum
mengejek.

"Lu terima kan?" seakan tak sabar menunggu jawaban Anin Jennar menarik gadis itu agak menepi diujung lorong lantai dua tepat di depan kamar Belli.

Anin hanya menggeleng pelan bingung sendiri mau memulai dari mana, memang hal itu lah yang ditunggu nya selama ini tapi entah kenapa perasaan nya menjadi biasa tak seperti awal yang menggebu gebu.

"Jangan bilang lo tolak?"

Kembali Anin hanya menghela nafas nya pelan. "Sialan, Anin?? lo gak bener bener kan? maksud gue?Nin!"

"Gue gak tau, huaaaa pengen menghilang aja lah!!" rengek gadis itu sambil berlalu menuju kamar nya. Jennar yang masih terpaku ditempat nya hanya diam dengan mulut sedikit mengangga dan mata membesar seakan tak percaya.

"Wanjir Anindhia hahahhhah," lepas lah tawa Jennar yang sedari tadi ditahan nya kemudian menyusul Anin menuju kamar gadis macan itu.


•••••

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top