20- Pernyataan Cinta
Sebenarnya cerita ini ga beda jauh sama kisah Yasmin Arjuna.. konflik di sini itu luapan adegan buangan dr cerita Yasmin Juna, jadi yaah selamat menikmati rasa gemasnya.. risiko yah kalau capek dan lelah aku gak tanggung. Dan jgn pake ngatur jalan cerita. Aku mau begini jalan ceritanya. Ngatur2 aku siramin karbol. 😂😎
Terus ada yg bilang ko nadya gitu sih sama ibunya.. aku kasih tau yah, emosi anak kecil itu suka meluap2 mendadak. Dia menerka apa yang dia lihat.. mudah marah, tapi mudah juga melupakan..
Oh iya mau saling berbagi pendapat.. SETUJU NGGAK KALAU JUDULNYA AKU GANTI JADI "KEMBALI" ? Atau ada ide judul lain? Kasih alasan jawaban kalian di sini.. 👉🏻
***
"Untuk apa memeluk seseorang, jika kita tahu harus melepasnya pergi."
Catatan Movie : Terminator Genisys - 2015
___
"Sus, lihat istri saya, nggak? Saya nggak lihat dia di kamar."
"Lho, tadi saya lihat dia ke bawah. Mas mau ajak istrinya jalan-jalan tahun baruan, yah? Masih belum pulih, Mas, kalau diajak jalan.
Belum lagi jalanan macet."
"Nggak, Sus, saya mau ajak dia makan malam di taman belakang aja nanti. Kemarin saat Natal kami nggak sempat buat acara spesial. Malam ini aja. Pergantian tahun baru berdua menatap bintang."
"Wuih, Si Mas bisa romantis juga. Iya, mudah-mudahan malam ini bisa romantisan berdua. Kasihan istrinya kayaknya belum siap punya anak, yah."
"Makanya Suster jagain Nadya, yah, malam ini. Saya mau manjain Mama-nya dulu."
***
"Oke, sekarang kita kejutkan Mama." Harlan membuka sabuk pengamannya dan juga Nadya di sebelahnya. Waktu sudah menjelang sore dan keduanya baru sampai di rumah. Setelah menjemput Nadya pulang sekolah, Harlan dan Nadya memang pergi berdua ke suatu tempat.
"Dy janji, kan, mau minta maaf sama Mama?" tanya Harlan. Nadya mengangguk. "Papa juga, Papa nakal, sih, cium Mama seenaknya. Mama jadi nangis, deh." Nadya menutup mulutnya.
"Oups, Tante," ralat Nadya lucu. Harlan mengacak rambutnya.
"Mau buat Mama tambah senang?" tawar Harlan. Nadya mengangguk penasaran. Sejak tadi Harlan memang memberi penjelasan sederhana perihal adegan yang Nadya lihat semalam antara dirinya dan Lea. Harlan menjelaskan dengan cara pikir yang mudah dimengerti Nadya. Ternyata berhasil. Karena sebenarnya, Nadya tak terlalu marah dengan Lea, hanya senang ikut campur saja. Terlebih melihat sang papa diperlakukan negatif.
"Mulai sekarang, panggil dengan sebutan Mama. Papa yakin Mama akan senang. Jadi permintaan maaf Papa bisa dikabulkan juga." Harlan juga butuh bantuan Nadya untuk meluluhkan hati Lea.
Nadya melirik berpikir. "Kan, Papa udah beliin hadiah buat Mama. Bunga juga." Nadya menunjuk bagian belakang. Ada satu buket bunga mawar merah dan satu kotak besar hadiah untuk Lea. Harlan dan Nadya tadi pergi ke salah satu butik ternama untuk membelikan Lea gaun indah. Rencananya Harlan mau mengajak Lea makan malam berdua romantis.
"Kamu janji, nanti malam jangan nangis kalau Papa dan Mama pulang malam?" Nadya berpikir sejenak.
"Aku pikir-pikir.." Ucapan Nadya langsung dilirik Harlan tak puas. Nadya langsung terkikik.
"Beres Papaaaa," teriak Nadya ceria. Harlan bernapas lega. Mudah-mudahan malam ini rencana dia mengajak Lea makan malam romantis berhasil. Harlan mau meminta maaf atas semua yang sudah dia lakukan. Mengajak Lea kembali hidup bersama. Melupakan semua yang pernah terjadi.
"Ayo, kita kejutkan Mama. Dia pasti khawatir sama kamu." Harlan menggiring Nadya ke dalam. Nadya membawa bunga, Harlan membawa kotak kado spesial.
"Ingat, mulai sekarang panggil Mama Lea, oke?" ingat Harlan lagi pada Nadya.
"Siap, Papaaa." Harlan tersenyum penuh haru. Rasanya seperti menghadapi sidang kuliah dulu. Berdebar dan harap-harap cemas.
"Mamaaaaa," teriak Nadya saat memasuki rumah.
"Mamaaaaa," teriak Nadya antusias membawa bunga.
"Nek, Mamaku mana?" Ibu Nani yang baru saja keluar kamar merasa penasaran mendengar teriakan cucunya.
"Di atas. Kamu berisik Nadya!" Nadya tak peduli, dia mau segera menemui sang mama dan memberikan bunga.
"Hati-hati, Dy!" ucap Harlan mengekori Nadya naik ke atas.
"Apa itu?" tanya Ibu Nani penasaran. Nadya memegang bunga, Harlan membawa kotak berwarna pink. Hari ini mereka semua berkelakuan aneh.
"Buat Lea, Ma." Harlan tersenyum tanpa malu menatap Ibu Nani.
"Jadi kamu serius mau rujuk sama Lea?" ucap Ibu Nani tak percaya. Harlan mengangguk yakin.
"Iya, Ma. Aku sadar, kalau Nadya butuh ibunya."
"Hanya itu alasan kamu? Lalu hati kamu sendiri? Harlan, jangan terlalu banyak berkorban."
Harlan menggeleng cepat. "Aku butuh Lea di sampingku. Bukan hanya untuk Nadya, Ma, tapi untuk aku juga. Aku mencintai Lea, Ma." Harlan mantap menyuarakan isi hatinya. Sudah lelah rasanya bersembunyi bersama kecewa. Bodoh kalau tetap diam tanpa berjuang. Bukan kodratnya sebagai pengecut.
"Terserah kamu," keluh Ibu Nani. Harlan menaiki tangga sambil tersenyum yakin. Sekarang waktunya membuka diri.
"Paaaa, Mama nggak ada." Harlan berjalan cepat ke atas tangga.
"Pa, di kamar nggak ada Mama." Harlan ikut masuk ke dalam kamar yang Lea tempati. Suasana sepi dan rapi menyambutnya.
"Mama kemana? Aku mau kasih bunga, kan?" gerutu Nadya tak sabar. Harlan meletakan kotak hadiah di tempat tidur. Seperti merasakan kilas balik beberapa tahun yang lalu. Harlan melirik satu nakas di sana. Ada satu amplop berwarna putih berdiri tegak seolah memanggil namanya. Apalagi tertuju untuknya di sana.
Untuk kamu mantan suamiku.
Harlan duduk menghalau rasa takut di dalam hati. Cemas jika ketakutannya terjadi. Jangan, jangan seperti saat dulu lagi.
"Pa, Mama pergi les renang kali, yah?"
Harlan tak menjawab. Matanya tertuju pada setiap kalimat yang Lea tuliskan untuknya.
Kak, maaf lagi-lagi aku ingkar janji sama Kakak. Aku menyerah, Kak.
Rasanya aku memang tak pantas bersama Kakak. Tanpa aku, kalian bisa tertawa bersama. Kita bisa berteman, walaupun tidak bisa rujuk bersama.
Maaf pernah menjadi seorang wanita murahan di hidup Kakak. Maaf menyakiti hati Kakak berkali-kali. Titip salam untuk Si Cantik. Aku janji akan kembali menemui Nadya. Kali ini aku tidak berbohong. Jangan pisahkan kami, ya, Kak.
Kalau Kakak mau mencari pendamping, aku sarankan jangan Ibu Diva.. hehehe
"Pa, ini handphone Mama nggak dibawa? Mama di dapur kali, yah?" Nadya berlari keluar kamar.
"Mamaaaaaaaa," teriak Nadya kencang.
"Lea," panggil Harlan menggeleng tak setuju dengan isi surat yang baru saja dia baca. Tidak, dia tidak mau terus sial jika berurusan dengan hatinya.
"Jangan pergi lagi, Lea. Istriku..."
***
Rujuk?
Sabtu, 26 Agustus 2017
Mounalizza
Coba deh coba ada di posisi Harlan. Dia urus bayi itu dari awal. Udah lelah hati, merasa di kecewakan, merasa semua tanggung jawabnya.. seminggu aja kamu ditugaskan urus bayi.. yakin deh capek banget. Padahal bayi gak bisa jalan lho.. hhuhuhu
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top