Kucing Olenku
Soul terbangun saat merasakan dengkuran halus di telinganya. Belum lagi perutnya yang diinjak sepasang kaki berbulu. Berat!
Soul cepat membuka mata.
Sedangkan Ruhi--si pemilik bulu oren berkaki empat-- menatap gadis itu.
'Hei anak manusia, bangunlah! Rezekimu nanti dimakan ayam!'
Meow.... Meow....
"Ya ampun, Ruhi... kamu berat tahu gak?" ucap Soul sambil mengangkat tubuh bontot dan gemuk Ruhi. Memeluknya sambil memainkan bulu di perut Ruhi. Kucing itu menggeliat, memperlihatkan perutnya yang buncit.
'Geli tahu!'
Meowww...
"Ruhi gemesin banget sumpah...Ih...ini perut apa bakpau jumbo sih?" tanya Ruhi, giginya gemertak karena gemas.
'Sembarangan banget kalau ngomong!'
Meooowww.... Suara Ruhi agak meninggi ketika Soul menganga hendak melahap wajah bulatnya.
'Mulutmu bau naga tahu!'
"Galak banget sih jadi kucing!" Soul bangun dan mengangkat tubuh Ruhi bak bayi dalam gendongan. Ruhi mengeow lebih keras, bukan karena tidak suka dimanja sang majikan. Bau naga dan ketek yang menguar nyaris membuatnya ingin muntah. Sebagai kucing, dia juga bisa jijik kali.
'Ya ampun ini manusia kagak sadar diri apa?'
"Ruhi, mukamu itu loh... kek orang nahan muntah."
Meowww....
'Ya emang!'
Soul tak perduli, dia sibuk memainankan bulu Ruhi. Namun baru saja dia turun dari ranjang kakinya menginjak sesuatu yang berbulu. Soul terdiam, tak berani menatap. Namun kakinya mencoba mengindentifikasi bentuknya.
"Ruhi, kucingku sayang. Kamu bawa apalagi hari ini?" tanya Soul dengan muka tidak santai. Dia tahu hewan apa itu. Ruhi mengeow lembut seperti mengerti ucapan Soul. Terdengar bangga karena membawa hadiah setiap hari untuk sang majikan.
'Hari ini tikus tetangga sebelah pada gemuk-gemuk.'
Soul mengatupkan bibir. Perlahan melepas Ruhi. Kucing berbulu orange itu mengeow, menyuruh Soul untuk melihat ke bawah kakinya. Dia mendekati kaki Soul dan mengeluskan kepalanya di sana.
Meow Meow...
'Ini ganti paha ayam kemarin.'
Ruhi mengeow lebih keras. Memaksa Soul yang mati-matian menahan teriakan saat melihat seeokor tikus gendut berada di bawah kakinya. Mana item lagi.
'Ya Tuhan, itu lezat kalau pake sambel yang kamu bikin, Soul.'
"RUHI...."
Meoowww
'Anji(Teeet)'
Ruhi melompat kaget karena teriakan Soul yang melengking serupa bunyi telolet bus yang ditunggu anak-anak di gangnya.
'Ini manusia nelen apa sih? Klakson bus?'
"Ruhi, besok gak usah ganti paha ayam lagi. Sekali-kali bawain dompet Jay atau Jake aja!" Soul berceloteh sendiri di atas kasur. Dia bergidik ngeri melihat tikus itu. Sudahlah gemuk, hitam pula. Mirip... ah sudahlah. Lupakan saja.
"Jakeee!" teriak Soul bersaing denga suara ayam jago tetangga. Yang dipanggil muncul dari celah pintu dengan muka bantalnya.
"Apa sih bangunin orang pagi begini? Burung Beo Jay aja belom berkoar bangunin tuannya." Jake menguap lebar.
Soul mencebik.
Jake menengok ke bawah. Pada kucing kesayangan mereka yang buntek itu.
"Ouh Ruhiku sayang, bawain hadiah lagi ya. Besok bawain ikan emas di kolam sebelah ya," ucap Jake mengada-ngada.
Soul yang masih berada di atas ranjang melempar bantal ke wajah Jake. "Jangan ngadi-ngadi, ntar dibawain beneran!"
"Muka gue lecet anjir!"
'Perang dunia sesi kesekian dimulai.' Ruhi membatin. Tampak sudah biasa dengan pertengkaran dua kakak beradik itu, belum lagi ditambah kakak tertuanya. Ruhi yakin warga sekampung bisa mendengar celotehan mereka.
Ruhi menatap dua manusia itu dengan ekspresi malas. Dia goleran di lantai menjilati perutnya.
"Buang dong, Bang." Jake menatap ke arah telunjuk Soul. Pria itu mengibas rambut depannya.
"Hmmm, wani piro?"
Ruhi mengeow, memandang ke arah Jake. Seperti paham, pria itu membawanya dalam dekapan.
'Wah empuk.' Ruhi bermanja-manja di dada Jake yang bidang. Kepalanya mengelus-ngelus tangan Jake. Pria itu makin gemas, segemas Author yang sedang menggigiti bantalnya.
(Mau jadi Ruhi...)
Jake yang memang tidak niat membantu segera keluar dan membawa Ruhi ke depan rumah. "Ruhi, inget gak. Kemarin kamu mutusin apa? Gak mau diganti?" tanya Jake. Untung masih pagi. Masih tidak ada yang menyadari ketidakwarasannya.
Ruhi mengeong lalu pergi. Jake cengengesan.
Sedangkan Soul, memandang nanar tikus di bawah kasurnya. "Hai, andai kamu ayam udah aku gerpek. Tapi sayang--"
"Cantik-cantik ngomong sama tikus. Ngenes amat hidup lo." Jay menguap lebar sambil melewati kamar Soul.
Gadis itu tersenyum miris, ketika melihat Ruhi datang kembali. Lengkap dengan hadiah barunya. Berwarna hijau dan panjang. Soul mau menangis melihatnya. Pagi yang indah dengan hadiah dari Ruhi.
Jake dan Jay muncul di depan pintu sambil bersorak gembira, lebih riuh dari anak cheersleader.
"Ruhi pinter, pasti mau gantiin kabel earphone lo kemarin," celetuk Jay sambil tertawa laknat.
"Makasih Ruhi, lain kali colong dompet dua orang gak ada akhlak itu ya."
'Iya, sekalian aku bawain akhlaknya.'
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top