Prompt 5: Paus

Heaven Official's Blessing © Mo Xiang Tong Xiu 

Saya tidak mendapatkan keuntungan dengan membuat cerita ini. 

Story © bella steils

Characters: 

He Xuan 

Shi Qing Xuan 

Pair:He Xuan x Shi Qing Xuan (beefleaf/shuangxuan) 

Selamat membaca

***

"Tuan Air Hitam Menenggelamkan Kapal?" panggil Qing Xuan dengan lirih. Mengerjapkan mata tanpa percaya. Mengamati dengan seksama sosok di depannya. 

"Bukankah kau sendiri yang memanggilku?" jawab He Xuan dengan nada dingin.

"Aku tak menyangka kau akan datang. Aku sudah berdoa kepada Dewa lain tapi tak ada respon. Malah yang datang iblis tingkat tinggi." 

"Lalu..." He Xuan mengamati sebentar sosok Qing Xuan. Masih lusuh dan kotor. Tak ada bedanya dengan sebelumnya.

"Bagaimana kau bisa sampai ke perut ikan paus?" 

"Aku sedang jalan-jalan di tepi pantai. Tiba-tiba ombak menerjang. Kakiku tidak berfungsi sebelah..." 

"..." 

"Jadi tubuhku terseret kemudian paus besar memakanku." Qing Xuan mengakhiri cerita yang terjadi lima jam yang lalu.

"..." 

He Xuan tidak merespon. 

"Aku jadi ingat kisah Pinokio." ujar Qing Xuan tiba-tiba. He Xuan mengernyitkan dahi. Tanda tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Qing Xuan. 

"Itu kisah dari negara barat. Aku tidak sengaja membacanya di perpustakaan Istana Kekaisaran dulu."

Qing Xuan memberi jeda kemudian menoleh ke arah He Xuan di sampingnya, sedikit menjaga jarak. "Apa Mi-He-xiong pernah dengar?"

Iblis Air Hitam itu belum menjawab, Qing Xuan sudah mulai bercerita.

Intinya adalah kisah sebuah boneka kayu bernama Pinokio yang berubah wujud menjadi manusia karena bantuan peri asal menjadi baik. Hidungnya bisa memanjang jika berbohong. 

"Kisah konyol." He Xuan menyela. 

"Hei dengarkan dulu!" 

"..."

"Aku belum menuju bagian terbaik." seru Qing Xuan. He Xuan langsung terdiam. Ia duduk menyamankan diri di atas balok kayu. 

Qing Xuan meneruskan cerita. Bagian klimaksnya, Pinokio dan kakek Gepeto, pembuat boneka Pinokio, terperangkap dalam tubuh ikan paus.

Mereka bisa keluar dengan bantuan hidung Pinokio yang memanjang. Memberikan rasa gatal bagian dalam perut ikan paus, membuat ikan terbesar di samudra itu memuntahkan isi perut, termasuk Pinokio dan kakek Gepeto.

Akhirnya Pinokio menjadi manusia dan hidup bahagia bersama kakek Gepeto. 

"Tetap saja kisah konyol." cela He Xuan. 

"Terserah apa katamu." gumam Qing Xuan. 

Tidak ada respon dari He Xuan. Keheningan mulai menyelimuti.

"Tapi aku kan bukan Pinokio. Hidungku tidak bisa memanjang dan membuat gatal ikan paus." 

"..." 

He Xuan merenung. Topik random apalagi yang akan dibicarakan mantan Dewa Angin ini? 

"Hei, Ming―maaf He-xiong..."

He Xuan menghela napas. Dua kali Qing Xuan hampir kelepasan menyebut dengan panggilan lama. Sudah pasti sangat sulit mengubah kebiasaan, apalagi sudah berlangsung ratusan tahun. 

 Qing Xuan melanjutkan, "Apakah hidungku akan memanjang kalau kukatakan aku membencimu?" 

"..."

He Xuan lagi-lagi diam tak berkutik menjawab pertanyaan Qing Xuan. Seharusnya Qing Xuan membenci He Xuan yang terlah merenggut nyawa kakaknya, Shi Wudu. 

Namun pertemuan kembali mereka tidak mengubah apapun. Qing Xuan tetap seperti dulu. Cerewet dan berisik.

Bahkan melihat He Xuan tanpa rasa takut. 

"Aku tak berhak membencimu. Seharusnya kaulah yang membenciku. Bertahun-tahun bersama orang yang takdirnya seharusnya menjadi milikmu pasti sangat berat." 

"..."

"Aku..." Qing Xuan memberi jeda. Membuat He Xuan melirik ke samping. "Minta maaf atas perbuatan kakakku terhadapmu dan keluargamu juga tunanganmu. Aku tak tahu apakah masih mengingatmu di kehidupan berikutnya..."

"Lagipula aku tak tahu apakah bisa sampai ke jembatan Nai He Qiao. Jadi selagi sempat aku ingin mengatakan maaf. Walaupun aku juga tak tahu apakah permintaan maafku akan diterima olehmu. Aku ingin mengatakannya waktu kau mengembalikan kipas. Tapi kau keburu menghilang..."

"..."

"He-xiong?" Qing Xuan memanggil. Lawan bicaranya tak juga merespon. Si bungsu Shi menoleh. Takut ditinggal oleh Iblis Air HItam. 

Tidak. Iblis itu masih di sana. Diam memperhatikan Qing Xuan. 

He Xuan beranjak berdiri. 

"He-xiong kau mau kemana?"

He Xuan memandang tajam. "Kau sungguh cerewet." Iblis itu mendekat ke arah Qing Xuan. Mata Qing Xuan ditutup oleh sebelah telapak tangan He Xuan. Seketika pandangan Qing Xuan menjadi gelap. 

***

Qing Xuan terbangun, tak lagi berada di dalam perut ikan paus. Kakinya kembali menapak daratan. Lebih tepatnya di bibir pantai dimana terakhir kali terseret ombak. Air asin itu membasahi sebagian pakaian yang lusuh.

Mantan Dewa Angin itu menoleh ke kanan dan kiri. Langit masih nampak gelap, tapi di ujung cakrawala menyala warna keemasan. 

"Sudah hampir pagi?" gumamnya. 

"Aku ditinggal sendiri di sini?" Qing Xuan menghela napas panjang.

Kaki sebelah yang masih normal mencoba menopang tubuh. Namun saat berdiri pemuda itu merasakan sesuatu terjatuh ke tanah. Sebuah giok berwarna gelap nan mengkilat. Ada ukiran tulang ikan di permukaan. 

Qing Xuan mengernyitkan dahi. Seingatnya tak punya benda sebagus itu.

Di sela hembusan angin laut yang mengibarkan jubah, Qing Xuan mendengar suara tanpa rupa. 

"Panggil namaku kalau butuh." 

"..." 

Qing Xuan menyunggingkan senyum. "He-xiong..."

Kakinya berjalan pincang menuju perkampungan terdekat. Di belakangnya matahari pagi telah menyapa dunia dengan warna baru. 

***

Selesai.

Pojok penulis: Terima kasih kak @hexuning atas idenya  

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top