Prompt 2: Pesawat

Hetalia © Himaruya Hidekaz

Saya tidak mendapatkan keuntungan apapun dengan membuat cerita ini 

Story © bella steils

Characters: 

Leon (Hongkong) 

Emil (Iceland) 

Pair: LeonEmil aka HongIce (Hongkong x Iceland) 

Selamat membaca!

***

"Dömur mínar og herrar, þegar við byrjum niðurgönguna, vinsamlegast gakktu úr skugga um að sætisbak og bakkaborð séu í fullri uppréttri stöðu. Gakktu úr skugga um að öryggisbeltið þitt sé tryggilega spennt og að allur handfarangur sé geymdur undir sætinu fyrir framan. af þér eða í ruslatunnunum. Þakka þér fyrir."

"Ladies and gentlemen, as we start our descent, please make sure your seat backs and tray tables are in their full upright position. Also, make sure your seat belt is securely fastened and all carry-on luggage is stowed underneath the seat in front of you or in the overhead bins. Thank you.

Leon terbangun mendengar pengumuman dari speaker yang diucapkan dalam bahasa Islandia dan Inggris. Leon masih terkantuk-kantuk. Matanya mengerjap beberapa kali. Seolah sedang melakukan ritual memanggil nyawanya yang masih bercecer di alam mimpi.

Penumpang lain sibuk mengemas barang bawaan. Ada juga yang masih terlelap dengan headset masih terpasang dan layar televisi di depannya menampilkan film yang masih berputar.

Di sisi lain, pramugari mengecek penumpang telah kembali ke kursi masing-masing dan mengencangkan sabuk pengaman. Satu orang pramugari lain mengecek bagasi kabin sudah terkunci rapat.

Leon bersandar pada sisi jendela. Pemandangan masih berupa gumpalan kabut putih dan langit membentang berwarna gelap. Perlahan-lahan, pesawat mulai menurunkan ketinggian.

Perjalanan panjang dilalui selama 24 jam dari Hongkong menuju Bandar Udara Internasional Keflavík di Islandia. Tujuannya hanya satu; menemui kekasihnya, Emil Steilsson.

Enam bulan lebih hubungannya dijalankan dengan jarak jauh ditambah perbedaan zona waktu yang membuat keduanya cukup sulit menyamakan waktu luang hanya untuk bertatap muka lewat layar ponsel.

Akhirnya perjuangan itu bisa sedikit dibayarkan dengan pertemuan yang walau dalam waktu singkat. Tidak masalah, asal keduanya bisa saling bertemu. 

Leon merasakan pesawat mulai menurun, lama kelamaan terlihat daratan berwarna putih.

Mendekati musim dingin, negara bagian Eropa Utara telah berubah menjadi putih. Salju menumpuk lebih awal. Leon tentu saja sudah menyiapkan jaket tebal, topi kupluk, sarung tangan dan sepatu khusus salju.

Leon menyunggingkan senyum sembari memandang ponsel dengan wallpaper fotonya dengan Emil. Saat mereka pertama bertemu di pesta Halloween sekolah. Leon tersenyum lebar memberikan pose 'peace'. Emil terlihat kaku tanpa senyum memandang kamera.

"Kangen sama Emil." gumamnya. "Ga sabar buat ketemu." Leon menahan diri untuk tidak mencium layar ponsel karena di sampingnya ada pria besar bergaya viking kental. Leon tidak ingin dianggap orang aneh.

Sepuluh menit berlalu, pesawat telah mendarat dengan selamat di tanah Islandia. Kendaraan terbang itu sedang menuju gate yang sudah ditentukan. 

Leon hanya memandang bagian luar jendela. Hari sudah gelap. Jam telah menunjukkan pukul 18:10.

Musim dingin membuat waktu siang menjadi singkat. Bahkan musim dingin di negara Eropa Utara, matahari tidak nampak di siang hari. Jadi sepanjang hari gelap gulita.

Leon mendapat tempat duduk dekat jendela, beruntungnya bisa melihat pemandangan di luar. Sialnya, jadi penumpang terakhir yang turun dari pesawat. 

Pemuda Hongkong itu akhirnya turun. Tapi masih harus melewati proses imigrasi dengan antrean yang panjang.

"Masih harus berjuang!" keluhnya melihat deretan panjang manusia. Leon mempersiapkan dokumen yang dibutuhkan supaya bisa langsung sat-set. 

Keluar dari imigrasi, masih harus mengambil koper. Sudah ada beberapa penumpang yang menunggu di depan rel. Namun rel belum juga berjalan.

Leon menunggu dengan bosan. Membuka ponsel untuk mengabari Emil yang menjemput. Hasrat kangennya sudah memuncak, alih-alih mengetik pesan, Leon melakukan video call. 

Akhirnya rel mulai berjalan tapi Leon masih harus menunggu kopernya muncul.

Beruntungnya Leon tidak harus menunggu lama. Segera berjalan menuju bagian custom declaration setelah koper berada di tangan. Barang bawaan telah aman. Leon semakin tidak sabar untuk segera bertemu dengan Emil.

Kepala Leon celingukan mencari sosok Emil. Di bagian ujung pintu keluar, Leon melihat sosok Emil dengan sweater khas Iceland. Puffin kesayangannya selalu nemplok di kepalanya.

Leon segera berlari kecil sampai hampir menabrak orang yang lewat. Emil tidak sadar dengan kehadiran Leon. Pandangan matanya fokus pada ponsel di tangan. 

"Emil!" Leon melepas pegangan koper langsung menghambur ke pelukan Emil. 

"Hwa!" Emil terkejut dipeluk secara tiba-tiba.

"Kangen banget!" gumam Leon mengeratkan pelukan. 

"Leon, sesak!" Emil berontak minta dilepaskan. Napasnya dicekik oleh pelukan Leon.

"Ehehe, maaf." 

Leon cengengesan. Semburat merah muncul di pipi Emil. Pemuda tsuntsun itu bahagia melihat kekasihnya dalam diam.

"Ayo..." Emil mengajak Leon keluar dan menuju hotel yang akan menjadi tempat menginap. Selama dua minggu ke depan, Leon dan Emil akan bersenang-senang keliling Islandia. Sekaligus melepaskan kerinduan yang sudah ditahan selama enam bulan. 

***

Selesai.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top