12. The Old Man She Met That Day

Apa yang terlintas di pikiranmu jika mendengar nama Bosscha?

Umumnya, orang-orang mengenal Bosscha dari nama Observatorium Bosscha yang berlokasi di Lembang, Jawa Barat.

Observatorium yang sudah dijadikan sebagai objek vital nasional sejak tahun 2008 ini menjadi bagian dari Institut Teknologi Bandung (ITB), sejak nama kampus ini diresmikan menjadi ITB tanggal 2 Maret 1959. Sebelumnya, ITB bernama Technische Hoogeschool te Bandoeng (THB), berdiri sejak 3 Juli 1920.

Kubah Refraktor Ganda Zeiss (credit: M. Yusuf)

Sebenarnya, sumbangsih Bosscha semasa hidupnya tidak sekadar menjadi penyandang dana utama untuk pendirian observatorium tersebut.

Bosscha adalah seorang tuan tanah yang kaya raya dan dermawan, pengusaha teh yang dijuluki sebagai Thee Koning, Raja Teh dari Perkebunan Malabar. Dengan kemampuan finansial yang dimilikinya, ia berperan besar dalam perkembangan Kota Bandung di masa itu.

Laki-laki kelahiran Gravenhage, 15 Mei 1865 ini berlayar ke Jawa di usia 22 tahun. Karel Bosscha sempat kuliah teknik sipil meski tidak lulus.

Karel Albert Rudolf Bosscha adalah putra dari fisikawan Belanda, Prof Dr J Bosscha Jr dan ibunya Paulina Emilia Kerkhoven. Ayahnya pernah jadi direktur Sekolah Tinggi Teknik Delft.

Menurut buku All About Tea (2016) karya Willem Ulkers, Bosscha berlayar di Desember 1887. Dia ditampung pamannya, Eduard Julius Kerkhoven, yang sudah mengelola perkebunan di Sinagar, dekat Sukabumi.

Di tahun 1896, ia membangun perkebunan di Malabar, Pangalengan, dengan dukungan keuangan dari R.E. Kerkhoven dan S.J.W. van Buuren. Tak hanya kebun teh saja, ia juga melengkapinya dengan laboratorium dan pabriknya.

Berdasarkan pengamatannya, iklim daerah Pangalengan tempat perkebunan tehnya berada sangat mirip dengan daerah kaki pegunungan Himalaya di India. Ru Bosscha, begitu ia biasa dipanggil, berkeyakinan bahwa daerah tersebut sangat cocok ditanami teh.

Keyakinannya tersebut terbayar setelah dalam 10 tahun dari awal masa reklamasi, perkebunan N.V. Assam Tea Company 'Malabar' berhasil membayar deviden 80%. Perkebunan tersebut terus berkembang hingga luasnya lebih dari 1000Ha.

Perkebunan Teh Malabar menjadi contoh bagi seluruh perkebunan teh di Hindia Belanda, karena tak pernah gagal dalam penerapan teknologi dalam bidang eksplorasi, eksploitasi, dan penanaman. Dengan penggunaan teknologi tepat guna, Thee Onderneming "Malabar" menghasilkan laba terbesar di seluruh Hindia Belanda saat itu.

Keberhasilan Ru Bosscha dalam mengembangkan teh di perkebunannya membuatnya terpilih sebagai Ketua "Perhimpunan Pengusaha Perkebunan Teh" dari tahun 1910-1923.

Dia mendirikan "Balai Penyelidikan Tanaman Teh" di Pangalengan dan memimpin dari tahun 1917-1920, kemudian dari tahun 1922-1923.

Bisnis teh yang ditekuninya membuat Bosscha kaya raya. Meskipun begitu, ia tetap jadi sosok yang dermawan.

Di area perkebunannya, ia mendirikan sekolah rakyat Vervoolog Malabar, setingkat SD, dan membangun rumah untuk para pekerjanya. Selain itu, ia juga membantu pembangunan Technische Hoogeschool te Bandoeng, menjadi penyandang dana utama dalam pembangunan Observatorium Bosscha, mendirikan dan mendesain sendiri dam dan pembangkit listrik tenaga air dari sungai Tjilaki yang berguna untuk menyediakan tenaga listrik bagi perkebunannya, sekaligus juga menyediakan listrik bagi kota Bandung.

Keberhasilannya sebagai pengusaha perkebunan teh juga mengantarkan dirinya sebagai pendiri dan komisaris di banyak perkebunan teh di Priangan diantaranya: Wanasoeka, Taloen, Sitiardja, Raja Mandala, Arjuna, Papandajan, Sindangwangi, dan Bukit Lawang.

Sebagi pengusaha yang sukses, dia juga ikut mempromosikan dan mendirikan banyak perusahaan seperti : de Nederlandsch-Indische Escompto Mij., de Bandoengse Electriciteits Mij (Perusahaan Listrik Bandung), Technisch Bureau Soenda(Biro Teknik Sunda), de D.E.N.I.S.-hypotheekbank, de N.V. Eerste Ned.-Ind. Ziekten en Ongevallen Verzekering Mij., E.NI.ZOM (perusahaan asuransi jiwa dan kesehatan) di Batavia, de theezaadtuin 'Selecta' (kebun bibit teh), het Houtindustrie-Syndicaat (Sindikasi Industri Perkayuan), de Automobiel Import Mij.(perusahaan importir mobil), de Kistenfabriek, dan banyak perusahan lainnya.

Dari keuntungan perkebunannya tersebut, Ru Bosscha ikut menyumbang bagi pendirian lembaga-lembaga, seperti mendirikan dan mensponsori bursa tahunan Jaarbeurs, menjadi donatur tetap untuk lembaga Bala Keselamatan (Leger de Heils), serta Lembaga Tuli Bisu (Doofstommen Instituut).

Bosscha juga mendirikan Lembaga Kanker (Kanker Instituut), menyumbangkan 250gr Radium bromide, memberikan tanah seluas 25.000 meter persegi di belakang rumah sakit Juliana untuk institut kanker ini, dan menyumbang uang sebesar 200.000 gulden.

Dia juga membiayai perawatan pasien di panti perawatan lepra di Plantungan, Jawa Tengah. Bosscha menyumbang pula bagi pendirian komplek permukiman pensiunan KNIL di Bandung yang dikenal sebagai komplek Bronbeek.

Dia ikut mendirikan dan duduk sebagai President Curator (Dewan Penyantun) Technische Hogeschool Bandung (sekarang ITB) hingga wafatnya di tahun 1928.

Di perguruan tinggi teknik pertama di Hindia Belanda ini, Ru Bosscha menyumbang Laboratorium Fisika. Plakat sumbangan tersebut masih terdapat di dinding gedung Laboratorium Fisika.

Ketertarikan Ru Bosscha terhadap ilmu pengetahuan mungkin karena dalam darahnya mengalir darah ilmuwan dari garis keturunan ayah.

Ayahnya, Johaness Bosscha Jr adalah seorang ahli fisika, sedang kakeknya Prof. Dr. J. Bosscha adalah yang merancang dan mengusulkan pendirian peneropongan bintang di Universitas Leidse di Belanda.

Mengikuti jejak kakeknya, Ru Bosscha dan sepupunya, Ru Kerkhoven, berinisiatif mendirikan peneropongan bintang (Sterrenwacht) modern pertama di Hindia Belanda. Observatorium ini dibangun oleh Nederlandsch-Indische Sterrenkundige Vereniging (NISV) atau Perhimpunan Astronomi Hindia Belanda.

Pada Oktober 1922, pembangunan dimulai di atas tanah sumbangan dari keluarga peternak sapi di Lembang, Ursone Familie, dan diresmikan pada tanggal 1 Januari 1923. Pada tahun 1928 peneropongan ini resmi dinamakan Bosscha-Sterrenwacht sebagai penghargaan atas sumbangsihnya selama ini.

Atas perhatiannya yang besar bagi kemajuan masyarakat Bandung, Ru Bosscha mendapat beberapa penghargaan, di antaranya diangkat sebagai anggota Volksraad di Batavia, menjadi Ketua kehormataan seumur hidup lembaga Bandoeng Vooruit, dan penghargaan sebagai "Warga Utama Kota Bandung" (1921).

Upacara penganugerahan gelar tersebut disertai upacara besar-besaran di Balai Kota oleh Gemeente Bandoeng.

Ru Bosscha mungkin satu-satunya orang di Hindia Belanda yang pada masa hidupnya didirikan 6 buah monumen peringatan bagi jasa-jasanya.

Sebuah jalan di bagian utara Bandung juga mengabadikan namanya, Jalan Bosscha.

Kini, observatoriumnya, meski sudah sangat terganggu dalam melihat bintang karena banyaknya pemukiman, tetap menjadi observatorium terkenal di Indonesia. Nama Bosscha pun tetap melekat di hati masyarakat Jawa Barat, terutama Bandung, bahkan setelah kematiannya 26 November 1928.

Ru Bosscha dimakamkan di perkebunannya, tidak jauh dari rumah peristirahatannya dan Gunung Nini. Hal ini merupakan permintaan terakhir Ru Bosscha yang ingin dimakamkan di tengah-tengah perkebunan.

Di area makamnya dibangun atap berupa kubah putih mirip topi, yang disangga delapan tiang. Makam dan rumah Bosscha sampai saat ini sering dikunjungi wisatawan dan pemerhati sejarah. Untuk makam dan rumahnya Ru Bosscha, insyaAllah akan kubahas dalam artikel lain.




Referensi

https://m.ayobandung.com/read/2019/12/08/72473/bosscha-juragan-teh-malabar-yang-banyak-berjasa

https://translate.googleusercontent.com/translate_c?client=srp&depth=1&hl=id&nv=1&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&tl=id&u=https://en.m.wikipedia.org/wiki/Karel_Albert_Rudolf_Bosscha&usg=ALkJrhhp6wJYEIwkDN-e93ZTqpZXcNvHHA

https://books.google.co.id/books?id=3-R5DwAAQBAJ&pg=PA56&lpg=PA56&dq=biography+of+karel+albert+rudolf+bosscha&source=bl&ots=TbUKVKuSgF&sig=ACfU3U0_LsAMTVHNVpS4wT-dOyBw2ImlEA&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwibtO-vv6LqAhUEjeYKHe2wAYo4ChDoATAFegQICBAB#v=onepage&q=biography%20of%20karel%20albert%20rudolf%20bosscha&f=false

https://komunitasaleut.com/2013/10/09/de-koning-der-thee-sang-raja-teh/

https://bosscha.itb.ac.id/author-detil/

https://tirto.id/bosscha-tuan-kebun-budiman-si-peneropong-bintang-ck6U

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top