Chapter 8 : Tears and Love

Tenn tidak dapat berkata-kata, apakah yang dilihatnya itu Ilusi?? Sosok asing tersebut memiliki aura yang sama dengan adiknya, bahkan ia bisa merasakan kehadiran adiknya sekarang.

"Merasakan Dejavu, Tenn-kun?" Tenma menyadarkan Tenn yang sedang melamun, dan Tenn dibuat terdiam. "Jangan canggung begitu, tanyakan saja" Ujar Tenma mulai duduk disamping Tenn. "Bagaimana bisa, dirimu ada di sini?" Pertanyaan yang bagus untuk Tenma, "Sihir, lebih tepatnya serpihan sihir jiwa terakhirku, yang aku berikan kepada pedangmu sebelum aku gugur dalam perang 500 tahun lalu" jelas Tenma panjang lebar membuat Tenn tersentak. "500 tahun? Bukankah itu lama sekali?" Tenn bersuara "kau benar, aku tidak menyangka penerus kami baru bisa ditentukan setelah 500 tahun lamanya" Tenn menatap raut wajah Tenma yang berubah menjadi sedih.

RPG Game

.

By:

.

Acha_Kimari32

"Kau mau mendengarkan cerita? Mungkin ini cerita yang membosankan namun... Aku yakin cerita ini bisa membuatmu sedikit terbuka kepadaku" Ujar Tenma menatap Tenn yang kini menatapnya dengan artian apa.

"Ini merupakan cerita, mimpi seorang 2 remaja kembar yang ingin memusnahkan kegelapan, dan membuat dunia damai. Namun semua itu tidak terwujud dan malah menciptakan kegelapan dimana-mana." Tenma mulai bercerita, sesekali ia menggunakan sihirnya untuk menggambarkan kejadian yang ia ceritakan.

"Sang kakak ingin sekali melindungi adiknya, namun dengan tubuhnya yang lemah harapannya musnah ketika adiknya mulai dikendalikan oleh kegelapan." Tenn terdiam mendengar cerita Tenma, mungkin ia merasakan Dejavu dimana ia juga mengalami hal yang sama.

"Sang kakak mengorbankan setengah jiwanya untuk membebaskan adiknya dari kegelapan, namun hal tersebut malah membuatnya tidak bisa hidup lebih lama lagi, dan gugur disaat perang antara Cahaya dan Kegelapan"

"Sang adik hanya bisa menyegel kegelapan sendirian dengan Segel Waktu yang ia tidak tahu kapan akan pudar, asalkan bisa menyegel kegelapan dunia ini bisa damai pikirnya. Lalu---" Tenn menyela Tenma yang sedang bercerita, "Jadi... Hal yang sama juga terjadi padamu?" Tenma mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Tenn. "Ingatlah ini Tenn-kun, semua kejadian dimasa lalu seakan terulang kembali." Tenma menunjuk Tenn dengan telunjuk tangannya, "namun, kali ini kalian harus mengubah dunia ini menjadi lebih baik lagi" Tenn berpikir sebentar, memang benar dunia yang awalnya mereka tidak ketahui ini ada akan bahaya dimana-mana, Mizu Holius yang kehilangan kakaknya, Len Holius harus mulai hidup mandiri bahkan menghidupi anak yang ia adopsi bersama Katie Hydrega seseorang yang masih misterius identitasnya di mata Tenn.

"Katie Hydrega, kau mengenalnya bukan?" Tenma berujar, membuat Tenn sedikit tersentak apakah seseorang dihadapannya sedang membaca pikirannya? "Tentu aku mengenalnya, ia yang menyelamatkanku" Ucap Tenn pelan, Tenma tersenyum. "Katie-nee masih belum pergi dari dunia ya?" Gumanan Tenma terdengar oleh Tenn. "Masih belum pergi? Apa maksudmu Tenma?" Tenma menoleh ke arah Tenn, menatap manik merah muda miliknya yang jika dilihat baik-baik terlihat begitu tajam. "Katie-nee adalah kakak tiri ku dan Rai 500 tahun yang lalu" Baiklah Tenn lelah terkejut, ia menanggapi ucapan Tenma dengan wajah biasa saja. "Katie-nee telah kehilangan waktunya, dan memutuskan untuk menunggu penerus kami entah hingga berapa puluh tahun kedepan, ia akan tetap menunggu. Aku tidak percaya ia sudah menunggu hingga 5 abad lamanya" Ucapan Tenma seketika membuat Tenn tersadar, kenapa sikap Katie sangat memperhatikan dirinya bahkan Riku saat itu.

Tenma membuat sebuah bola dari elemen api miliknya, namun bola itu menggambarkan keadaan diluar dimana Riku sedang bertarung satu lawan satu melawan tubuh Tenn yang dikuasai oleh Vin. "RIKU?!" Tenn terkejut, jika menyangkut adiknya ia tidak bisa diam, apalagi Riku sedang bertarung melawan tubuhnya yang kini dikendalikan oleh Vin, "Sialan kau Vin!!" Ujar Tenn penuh amarah, namun tangan Tenma menepuk bahunya pelan. Tenn menatap sosoknya, ia menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak ada yang bisa kita lakukan sekarang Tenn-kun" gumannya pelan kepada Tenn, dan tentu saja Tenn marah. "Apa maksudmu?!! Riku sedang bertarung sendirian diluar?!! Aku harus menyelamatkannya!!! Jangan bicara omong kosong!!!" Tenn dengan semua amarahnya melampiaskannya kepada Tenma, Tenma terlihat terdiam ia tahu ia tidak berguna saat ini. Jiwanya hanyalah sebuah serpihan sihir saat ini, dan tentu akan lenyap jika ia terlalu banyak menggunakan sihirnya.

Tenma berdiri lalu menampar wajah Tenn, "apa yang kau lakukan br*ngsek?!! " Tenn yang masih tersulut emosi menegur Tenma dengan kasar sambil memegang pipinya yang sedikit merah. "Riku-kun lebih tahu apa yang ia lakukan sekarang!!" Tenma menaikkan suaranya, membuat Tenn terdiam. "Mungkin kau tidak tahu, jika Riku-kun lebih tahu dunia ini lebih dulu dibandingkan dirimu Tenn-kun".

"..." Tenn terdiam.

"Dia mencoba mengatasinya sendirian, bahkan menyembunyikannya darimu." Tenma menatap Tenn dengan manik Crimson miliknya. "Kau pasti bertanya kenapa aku bisa tahu, bukan?" Kali ini Tenn bungkam, sosok dihadapannya ini lebih pintar bicara dibandingkan dirinya. "Serpihan sihir Rai, adikku sudah lebih dulu pudar dan menghilang" Imbuh Tenma dan sekali lagi membuat Tenn diam. Ia akui Tenn cukup berani melawan sosoknya bahkan seseorang seperti dirinya, sosok Tenn begitu familiar dimanik Tenma ia bisa merasakan kehadiran adiknya walau sosoknya adalah penerus adiknya.

"Coba lihat ini" Tenma membentuk serpihan api ditangannya, namun itu bukanlah sebuah sihir serangan melainkan sebuah kertas sihir yang didalamnya terdapat gambar sosok seseorang bersurai putih dengan kulit pucat. "Ini Rai, adikku. Dia mirip denganmu bukan?" Tenma menatap Tenn yang sepertinya terpaku dengan sosok di kertas sihir. "Dan yang disampingnya adalah diriku" Imbuh Tenma menunjuk wajahnya, Surai Crimson yang sama, manik yang sama. Sungguh? Apakah ini sungguh takdir? Betapa mengejutkannya.

"Kau dan teman²mu bukan berasal dari dunia ini bukan?"

"Eh?" Tenn terdiam, sosok dihadapannya tersebut baru saja menanyakan hal diluar dugaan, "apakah aku benar? Tenn-kun?" Tenma tersenyum.

.

.

"Hah... Hah..." Deru nafas terdengar jelas, Riku terlihat kesulitan melawan musuh dihadapannya "sudah kelelahan ya? Lemah sekali..." Sosok musuh dihadapan Riku menyeringai bangga.

Riku memang menunggu saat-saat seperti ini, disaat dirinya menahan diri dengan terus bertahan, dan melepaskan sihir pemurni untuk memurnikan jiwa kakaknya tersebut.

Riku berdiri dengan bantuan pedangnya, ia melempar pedangnya ke sembarang tempat.

*Tang

"Are? Apakah kau menyerah Nanase Riku?? Pastilah kau tidak tega melukai tubuh kakakmu sendiri bukan?! Pft---" Vin dengan tubuh Tenn tertawa, tak lama setelah itu ia berhenti "ya, sudahlah. Kalau begitu aku akan menghabisimu sekalian saja" Vin melesat, namun secara tiba-tiba cahaya menyilaukan terpancar dari arah Riku. "Tunggu---jangan bilang ini!!" Vin terbelalak terkejut.

Riku membuka maniknya, menatap Vin yang sepertinya lengah karena cahaya yang dipancarkan oleh Riku. "Aku akan mengalahkan dirimu, dan menyelamatkan Tenn-nii!!"

Riku menyatukan tangannya, dan saat ia menjauhkan kedua telapak tangannya secara bersamaan sebuah pisau kecil transparan muncul.

"S*alan kau!! Kukira kau tidak bisa menggunakan sihir itu karena tubuhmu yang lemah, ternyata aku salah. Aku telah meremehkan keturunan murni cahaya seperti dirimu!! " Vin terlihat ketakutan, cahaya murni ada dihadapannya sekali terkena cahaya murni ia akan dimurnikan dan menghilang selamanya dari dunia.

"Sihir pemurnian: Angel purification" Setelah Riku mengucapkannya, area disekitarnya juga ikut dimurnikan seakan ia memurnikan sebuah area yang dikuasai oleh kegelapan. Vin tidak dapat menghindar, karena Kegelapan akan selalu kalah oleh Cahaya.

.

.

"Cahaya apa itu?" Remaja bersurai raven yang baru saja keluar Mansion Keluarga Julius terkejut. "Itu... Sihir pemurnian". "Sihir pemurnian? Apa maksudmu Aiko-san" Iori menatap sosok wanita paruh baya disampingnya yang bernama Aiko. "Sihir pemurnian, aku yang bahkan memiliki sihir terkuatpun tidak dapat menggunakannya. Betapa sihir yang luar biasa, apakah kau tahu sihir milik siapa ini Iori-kun?" Aiko bertanya kepada Iori.

"Nanase Riku" Aiko terkejut, lalu mengukir senyum tipis. "Ini sihir milik Nanase-san, aku yakin. Karena pendeteksi sihir milikku tidak pernah salah.." Iori menyimpannya, namun ia memberitahukannya ke Aiko Julius secara terang-terangan karena Aiko tidak akan percaya bahwa kakaknya dalam bahaya. Itu benar, skill pendeteksi sihir adalah kekuatan yang selama ini Iori' sembunyikan.

"Wajahmu cemberut, apa kau masih memikirkan sandiwaraku yang tadi?" Aiko terkekeh pelan, membuat perempatan muncul di dahi Iori. Iori' dan Aiko memutuskan untuk menuju ke arah cahaya dimana sihir pemurnian Riku sedang berlangsung.

.

.

"Aa--sakit..." Tenn meringis, Tenma yang ada disampingnya menopang tubuh Tenn. "Sepertinya jiwamu sedang dimurnikan, rasanya pasti sakit bukan?" Tenn menatap Tenma dengan mata sedikit terbuka, benar itu sakit... Tenn merasa bahwa kegelapan bahkan perasaan yang ia miliki telah dibersihkan secara perlahan. "Aa--nyaman sekali, dan hangat... Apakah ini sihir Riku?" Tenn berguman pelan disaat manik kanannya yang berwarna gelap pudar secara perlahan, dan kesadarannya berangsur menghilang. "Itu benar..." Tenma mengangkat Jiwa Tenn, angin berhembus secara tiba-tiba. Dan sosok Nanase Riku terlihat. "Aa--Riku-kun ya?" Ucap Tenma menatap sosok Riku yang kini memakai pakaian serba putih dengan kalung dengan liontin berwarna emas dilehernya. "Itu benar, terima kasih sudah menjaga Tenn-nii, Tenma-san." Riku mengukir senyum kepada Tenma, betapa bersyukur Tenma ada disisi Tenn disaat pemurnian jiwa itu berlangsung. Tenma berjalan ke arah Riku.

"Aku Kembalikan jiwa kakakmu kepadamu Riku-kun. Kurasa pemurnian ini masih akan berlanjut 2-4 menit, jadi kurasa kita bisa mengobrol sebentar." Riku menerima jiwa Tenn, Riku terlihat seperti menggendong tubuh Tenn ala bridal style, namun yang ia gendong saat ini adalah jiwanya. "Tentu Tenma-san. Rai-san juga bilang padaku, jika ada kesempatan bertemu Tenma-san aku harus menyampaikan pesannya kepadamu" Ujar Riku mengukir sebuah senyuman. Tenma terkejut, ia benar sihir adiknya yang lebih dulu hilang adalah demi memberitahukan sesuatu kepada Riku, "hah, Rai seperti biasa. Selalu bertindak dengan egonya." Tenma terkekeh pelan, "lalu, apa pesannya?" Imbuhnya.

"Tenma-nii, aku sekarang mengerti perkataanmu waktu itu. Aku sekarang sadar bahwa 'dunia akan lebih baik disaat kita terlahir kembali nanti'... Aku pasti akan menemui Tenma-nii jika nanti kita benar terlahir kembali, dan aku akan mengucapkan salam perpisahan sementara, karena kita akan bertemu diatas sana nanti. Aku sayang Tenma-nii"

Tenma terdiam, maniknya bergetar, telapak tangannya yang bergetar menutup mulutnya. Ternyata selama ini Rai memikirkan perkataannya 500 tahun dimana dunia akan lebih baik disaat mereka terlahir kembali nanti. Air mata Tenma sudah jatuh, ia menangis.. betapa cengeng namun Riku yang ada dihadapannya hanya tersenyum.

"Terima kasih Riku-kun, sudah menyampaikan pesan Rai. Aku yakin, dunia akan berubah... Aku percaya padamu Riku-kun. Karena kau adalah orang yang terpilih untuk mengalahkan kegelapan, bersama kakakmu" Ujar Tenma sambil mengusap air matanya. "Tenma-san tenang saja, aku akan mengubah dunia yang telah kalian jaga 500 tahun lalu hingga sekarang menjadi lebih baik. Walaupun aku, Tenn-nii dan juga yang lainnya berasal dari dunia lain, dan tidak tahu apa-apa tentang dunia ini, namun... Sihir Rai-san dan juga Tenma-san akan terus menunjuk kami menuju dunia yang lebih baik" Tenma mengukir senyuman setelah Riku menyelesaikan kalimatnya.

"Kau benar... Kalau begitu aku pamit Riku-kun. Rai sudah menungguku." Ujar Tenma secara tiba-tiba membuat Riku tersentak, "hum, hati-hati dijalan Tenma-san" dua orang yang berbeda, namun dengan ikatan misterius tersebut mengukir senyuman satu sama lain seakan memberi kode bahwa mereka akan bertemu lagi. "Ja~ Sayonara Riku-kun, Tenn-kun" Tenma melambaikan tangannya lalu berjalan menjauhi Riku dan jiwa Tenn. Riku hanya menatap sosok Tenma yang mulai menjauh, dan pudar.

"Sihir pemurnian, berhasil" Riku menutup kedua matanya, ia lelah... Menggunakan sihir pemurnian memakai banyak kekuatannya bahkan mana miliknya seakan tidak tersisa sama sekali.

.

.

"lempengan sihir ini... Sangatlah kuat, aku bahkan tidak percaya bahwa yang menciptakan lempengan sihir ini adalah remaja bernama Nanase Riku, yaitu temanmu Iori-kun." Aiko dibuat takjub, karena lempengan berwarna emas bening menghalangi jalan mereka ke arah cahaya yang mereka lihat berada. "Ini sihir cahaya, tidak mungkin Nanase-san memilikinya... Elemennya Api" Iori' merasa ada yang janggal, tidak mungkin Shan memberikan informasi yang salah, atau mungkin... Ini yang dimaksud 'plot tak terduga'?

Namun semua pemikiran itu hilang, disaat lempengan sihir tersebut pudar dan memberikan pemandangan yang sangat indah.

"Daerah didalam lempengan sihir tadi..." Aiko tidak bisa berkata-kata, wanita yang berumur 40 tahun lebih itu dibuat terdiam. Aura disana begitu murni dan sejuk... Bahkan perasaan yang awalnya campur aduk kini berlahan tenang. Apakah ini sihir cahaya?

.

"Nanase-san!!" Iori berteriak kearah partnernya yang sepertinya terbaring lemas disamping tubuh kakaknya. "Remaja itu, Nanase Riku. Lalu ini kakaknya 'Kujou Tenn' bukan?" Aiko yang sudah memiliki banyak informasi menanyakan kebenarannya, Iori hanya mengangguk sebagai jawaban. "Sihir Nanase-san memang pulih secara perlahan, namun... Ada yang menghalangi proses memulihan Nanase-san..." Iori merasakan sihir milik Riku disaat tangannya menyentuh telapak tangan Riku. "Iori-kun, mundurlah... Aku akan menggunakan healing kepada mereka" Ujar Aiko, Iori mengangguk dan mulai menjauh.

"Sihir penyembuh: Healing Ice" tak lama setelah Aiko mengucapkannya, sebuah kepingan es muncul dan menjebak tubuh Riku dan Tenn, namun anehnya es tersebut meleleh dan seolah-oleh diserap oleh tubuh Tenn dan Riku, luka mereka bahkan lecetpun tidak membekas sama sekali pada tubuh mereka. "Luar biasa, sihir healing tingkat S" Guman Iori mulai mendekati tubuh Riku dan menopangnya. "Arigatou Aiko-san... " Iori hanya dapat mengucapkan kalimat tersebut, Aiko hanya membalasnya dengan senyumannya. Aiko dengan cekatan menggendong tubuh Tenn dan mengikuti Iori yang menopang Riku menuju rumah mereka(para Idol).

.

.

Flassback
For Yamato dan Gaku yang ngejar Tenn pagi tadi.

"Kita kehilangannya, bagaimana ini Nikaido..." Gaku yang sepertinya sedikit terengah melapor kepada Yamato yang berada disampingnya. "Yah... Kujou sangat cepat sekali menghilang dari publik. Aku tidak heran ia tidak pernah ditemukan oleh Fans" Jawab Yamato dengan candaan diakhir kalimatnya. "Kau benar".

Yamato dan Gaku mengejar Tenn keluar rumah tadi pagi, namun mereka malah kehilangan Tenn karena lengah. Yah, karena Tenn melewati tempat penuh dengan orang berlalu lalang, seperti Pasar. "Tenn sepertinya menyadari kita mengejarnya, tidak lebih tepatnya 'darkheart' yang mengetahuinya" Gaku berkomentar, "kau benar, bisa jadi masalah jika 'darkheart' mulai curiga kepada kita berdua" Ujar Yamato sambil membenarkan letak kacamatanya yang turun ketika mereka mengejar Tenn tadi.

"Kurasa Tenn mengejar Nanase, yang keluar pagi tadi" Ujar Gaku kepada Yamato, "yah, hanya satu faktor yang bisa membuat Kujou nekat seperti itu..."

"...Riku/Nanase" jawab mereka berdua.

.

"Akhirnya pun kita malah berakhir disini Nikaido" Gaku terdiam dikursi taman bersama Yamato disampingnya. "Yah, maafkan aku Yaotome. Aku mendadak lupa jalan kembali" Yamato cengengesan dengan wajah tanpa dosa sedikitpun, membuat Gaku menghela nafas lelah. "Yah.. kurasa Kota Windner ini cukup besar, sampai membuatmu buta arah Nikaido", "aku terima sebagai pujian, Yaotome".

"Omong-omong soal perkataan Nanase tempo hari, apakah kau mengerti?" Gaku tiba-tiba mengganti topik, membuat Yamato seketika menoleh ke arah Gaku. "Maksudmu soal 'dunia ini' Yaotome?" Ucapan Yamato diangguki Gaku. "Benar, Nanase bilang kita memiliki hubungan atau ikatan yang kuat dengan dunia ini" Gaku mengingat-ingat perkataan Riku saat mereka di klinik tempat Riku dirawat tempo hari. "Aku berasumsi bahwa, elemen kita berhubungan dengan beberapa daerah. Misalnya saja Riku, yang menguasai tanah kota Windner karena elemen-nya Api" Gaku menatap serius Yamato, "ini hanya asumsiku saja, jangan terlalu dipikirkan Yaotome" imbuh Yamato beralih menatap hal lain yang menarik baginya. "Hmm... Apakah memang ada 'Toko Sovenir' di kota Windner?" Yamato membuat Gaku menatap sebuah toko sederhana yang bertuliskan latin 'Souvenir Shop' dan entah kenapa mereka berdua tertarik dengan toko tersebut.

.

"Selamat datang!" Disaat Yamato dan Gaku melangkah masuk, seorang remaja laki-laki bersurai pirang menyapa mereka berdua. Dan anehnya ia memiliki telinga bahkan ekor. "Oi, Nikaido apakah aku salah lihat? " Gaku bertanya pada Yamato, "entahlah, kurasa kita melihat hal yang sama. Remaja bertelinga kucing dan memiliki ekor" Yamato sukses membuat remaja pirang dihadapannya marah. "Tidak sopan ya kalian! Hump!!" Bagus remaja itu sekarang marah

"Baiklah, maafkan aku. Kami kemari untuk melihat-lihat souvernir" Ucapan Yamato seketika membuat remaja pirang tersebut tersenyum cerah. "Aa--souvenir apa yang anda cari? Lionting? Pin? Atau yang lainnya?" Yamato dan Gaku dibuat diam beberapa detik berkat ocehan remaja dihadapan mereka.

"Oh iya, maaf jika lancang. Kau bukan berasal dari sini ya?" Gaku yang sedari tadi melihat souvenir berwarna ruby dipojok Toko bertanya kepada remaja pemilik toko tersebut. "Hum, itu benar. Aku adalah Suku Binatang Kucing dari hutan Barat, atau biasa dikenal sebagai 'Hutan Ledfre's'. Kalian tahu bukan, ituloh hutan di tengah daratan ini" Jawabnya sambil sesekali mengukir senyuman dan eye smile kepada Yamato dan Gaku.

"Namun... Suku Binatang sudah punah puluhan tahun lalu, dan yang tersisa hanyalah beberapa saja, dan mereka juga memutuskan untuk berkelana. Aku sendiri juga berkelana dan memutuskan untuk tinggal di Kota Windner" Mendadak remaja tersebut menceritakan kisahnya, Yamato dan Gaku merasa sedikit simpati dengan keadaan remaja dihadapan mereka.

"Namun jangan khawatir, aku sudah cukup dewasa untuk tinggal sendiri. Jadi tidak perlu khawatir" Remaja itu berkacak pinggang dengan bangga. "Memangnya umurmu berapa?" Tanya Gaku dengan spontan. "Hmm... Kalau tidak salah, tahun ini 40 tahun" duo leader ini terkejut, dan menatap rema---bukan pria dihadapan mereka. "Maaf jika aku lancang tadi"

"Heh? Mendadak sikap kalian berubah?! Ada apa!" Ia terlihat bingung. "Aa---aku lupa Manusia akan menghormati orang yang lebih tua, bagaimana aku bisa melupakannya. Begini... Suku Binatang dikatakan dewasa ketika mereka berumur 40 tahun, jadi tidak masalah mengobrol nonformal denganku" dia menjelaskan sedikit soal Sukunya kembali, apakah baik membongkar rahasia suku sendiri???

"Oh dan namaku adalah Harry, salam kenal!" Imbuh Harry memperkenalkan dirinya, telinganya naik turun dan ekornya bergerak kesana kemari sungguh imut-guman author.

"Salam kenal Harry, aku Nikaido Yamato dan ini Yaotome Gaku" Yamato memperkenalkan dirinya, lalu memperkenalkan seseorang disampingnya. "Salam kenal Harry". "Owh salam kenal Yamato, Gaku!".

.

.

Beralih ke Iori dan Aiko yang membawa Tenn dan Riku ke rumah. "Maaf merepotkan dirimu Aiko-san" Ujar Iori sambil membaringkan tubuh Riku di Sofa. "Tidak perlu minta maaf, lagipula sudah tugasku untuk membantumu. Dan aku masih ada tugas bukan?" Aiko mengedipkan satu matanya, membuat Iori kesal. "Nii-san, tolong sembuhkan Nii-san Aiko-san" Ujar Iori pelan. "Hmm, tunjukkan kamar kakakmu" Iori mengangguk, namun sbeelum itu Iori meminta Aiko untuk membawa Tenn ke kamarnya bersama Riku yang kini digendong oleh Iori.

.

Setelah membaringkan keduanya diranjang kamar mereka, Iori membawa Aiko kekamar milik Mitsuki.

*Ceklek

"Tadaima.." Guman Iori pelan. "Okaeri Iori/Izumi" Minami terlihat ada di sana, disamping Mitsuki yang masih terduduk lemah. "Anda Aiko Julius-san, bukan?" Tanya Minami kepada Aiko, ia mengangguk sebagai jawaban. "Sihir milik Izumi-san telah dirampas secara paksa, dan itu--" "aku tahu itu, aku bisa merasakannya. Mana remaja bersurai orange itu melemah" potong Aiko, Minami hanya bisa terdiam mendengar penuturan Aiko. "Aku bisa menyembuhkannya namun, ini perlu waktu beberapa menit, dan konsentrasi yang tinggi." Ujar Aiko mulai mendekati Mitsuki dan memegang tangannya. "Baiklah, jika perlu sesuatu panggil saja kami, Aiko-san" Iori berbalik dan keluar kamar, diikuti Minami yang sempat terdiam sebentar menatap Aiko.

"Namamu Mitsuki ya?" Tanya Aiko kepada Mitsuki, "itu benar, apakah anda 'Aiko Julius'" Aiko mengangguk. "Aku akan menyembuhkanmu, tapi apakah kau bisa menerima permintaanku ini, Mitsuki-kun?" Mitsuki terdiam sejenak.

.

.

Beberapa hari kemudian~

"Ohayou Gozaimas, Nii-san" Iori yang terbangun lebih dulu menyapa kakaknya yang kini sedang menyiapkan sarapan. "Aa--Ohayou Iori" Iori mengukir senyuman, ia bersyukur kakaknya sudah sehat dan menjalani aktivitas seperti biasanya. Padahal baru beberapa hari lalu sosok kakaknya itu hanya bisa duduk memandang jendela, "Arigatou~ Aiko-san" Batin Iori dalam hati. "Aa---Iori bisa bantu aku sebentar!" Panggil Mitsuki dari arah pantry dapur, "baiklah Nii-san" Iori bergegas menuju dapur untuk membantu kakaknya.

.

Keadaan kedua saudara kembar kini mulai membaik, namun sepertinya keadaan sang adik masih kurang baik karena ia menggunakan sihir tingkat tinggi dengan batasan mana yang mustahil, yang mengakibatkan lambatnya proses pemulihan mana/sihir miliknya.

__________________

Note dari Author:
Intinya, sihir tingkat tinggi itu memakai banyak mana. Jadi kalo ada orang dengan batasan mana/sihir yang kecil, pemulihan mana/sihirnya akan sangat lambat dan bisa menggangu kesehatan orang tersebut. Gitulah intinya //smile
__________________

"Bagaimana keadaanmu Riku?" Tenn menyapa adiknya yang masih setengah tertidur di ranjangnya, "aku baik-baik saja Tenn-nii hanya pusing sedikit saja" gumannya pelan, Tenn mengukir senyuman, lalu memegang tangan adiknya dengan kedua tangannya. "Maafkan Tenn-nii Riku" Riku terdiam, Tenn menunduk wajahnya tidak terlihat karena tertutup oleh poni miliknya. "Karena Tenn-nii, Riku jadi berakhir begini".

"Tenn-nii... Riku sudah memaafkan Tenn-nii kok. Tenn-nii tidak perlu meminta maaf kepadaku..." Gumanan Riku terdengar cukup jelas, namun Tenn masih tidak percaya setelah semua kejadian ini Riku masih mau memaafkannya.. mungkin dunia sudah berbeda dengan yang dulu... Dimana dulu dirinya bodoh meminta adiknya berhenti.

"Tenn-nii... Menangis?" Riku terkejut, tangannya yang dipegang oleh kakaknya tersebut merasakan sebuah air jatuh disana. Tenn menangis, entah kenapa.. kesalahan yang ia berbuat ini menyayat hatinya. Walaupun selama ini ia terlihat baik-baik saja, sebenarnya ada lubang kecil yang lama-kelamaan membesar dihatinya. "Maaf Riku" entah untuk keberapa kali Tenn mrngucapkan kalimat tersebut, dunia tidak akan berubah. Semua yang telah terjadi telah terjadi, dan itu semua tidak dapat bisa diubah bahkan disembunyikan. "Tenn-nii" Tangan Riku mengangkat dagu milik Tenn dengan perlahan, membuat pandangan Tenn dan Riku saling bertemu.

"Apapun yang Tenn-nii lakukan, apapun hal itu Tenn-nii tetaplah bersalah. Namun.. masih ada kesempatan didunia ini Tenn-nii" Tenn membulatkan matanya. "Semua orang bisa melakukan kesalahan, bahkan kesalahan yang bahkan tidak bisa dimaafkan semua orang.. namun tidak ada yang bilang tidak ada kesempatan untuk dirinya berubah." Riku memeluk Tenn yang terduduk. "Aku percaya Tenn-nii memiliki kesmepatan Kedua untuk berubah. Karena itulah aku menyayangi Tenn-nii" Tenn membalas pelukan Riku, kapan terakhir kali ia dipeluk manja oleh adiknya ini? Sejak ia ikut dengan Takamasa ia tidak pernah merasakan hal ini lagi dan terlalu berfokus untuk menjadi Zero yang diinginkan Takamasa. Sungguh, Tenn berpikir... Apakah dirinya dimasa lalu masih berpikir seperti itu lagi? Dan meninggalkan adik kesayangannya ini? Ia harap ia bisa memberitahukan dirinya dimasa lalu, jika...

"Meraih impian bersama, bukanlah hal yang buruk untuk dicoba"

...

"Aku harus ikut dengan orang itu, jika tidak club milik ayah dan Ibu akan berakhir, dan Riku..."

"Nee~boleh aku bicara padamu sebentar?"

"Eh?"

"Apakah kau bisa, menolak ajakannya?"

"Menolak, tidak! Riku akan..."

"Sstt, percayalah pada dirimu dimasa depan ini"

"..."

...

Pagi itu Tenn menangis dalam diam, di pelukan adiknya sendiri, ia harap ia bisa membahagiakan adiknya saat ini, walaupun mereka tidak didunia mereka lagi sekalipun. Sosok yang sangat ingin dilindungi dan disayangi olehnya tersebut harus terus tersenyum dan memanggilnya 'Tenn-nii', Tenn harap ia bisa mengubah dirinya dengan kesempatan kedua yang diberikan oleh adik kembarnya.

.

.

Bersambung...

Yosh, ikutin aba-aba Kima ya!! Se-no!!

All: Merry Christmas!!

Kima: walaupun telat, udah sore begini.

Harry: akhirnya ku debut!!

Kira: aku gak muncul sama sekali...

Alone: kenapa aku terlihat seperti dijodohkan Ama Iori-san yak...

Kima: ...

Aiko: aku menggoda jodohmu Alone!

Alone: ibu!! Jangan menggodaku!!

Akio: sudahlah, jangan merebutkan dia, rebutkan aku saja.

Aiko/Alone: ora sudi mas/pa

Akio: //smile in pain

Kima: ya udahlah closing dulu!! Bye. Btw... Maap for typonya ehhe--

#Biodata 2'Harry'

Remaja dari Suku Binatang ras Kucing yang menetap di kota Windner setelah berkelana ke seluruh penjuru negara. Ia memiliki kemampuan sihir untuk membentuk metal atau bahan tambang lainnya menjadi souvernir cantik yang berharga, namun karena Ras Binatang sudah punah puluhan tahun lalu. Banyak yang menganggap dirinya monster dan enggan datang ke toko miliknya. Mungkin, Yamato dan Gaku lah yang pertama kali menginjakkan kaki di toko miliknya.

Memiliki ciri khas ekor lebat yang cukup panjang, Surai pirang yang senada dengan maniknya. Gigi runcing yang cukup tajam, dan umurnya yang sudah menginjak 40 tahun di tahun ini.

Next Chapter:
Chapter 9: Twins Brother with a Big Dreams [Part 1]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top