Chapter 5 : The Mysterious Aizuma [Part 2]
Aizuma kini mencoba melacak jejak milik Riku dengan elemen kegelapan miliknya, sebenarnya ia tidak ingin menggunakan elemen kegelapan miliknya tersebut, namun karena keadaan memaksa ia terpaksa menggunakannya.
"Sihir pelacak!" guman Aizuma sambil memejamkan matanya, tak lama kemudian ia membuka matanya. "Aku menemukan Nanase-kun, ia berada tak jauh dari sini. " ujar Aizuma mulai berlari ke arah yang ia yakini merupakan tempat 'Nanase Riku' dan kakaknya berada. "ternyata sihir pelacak ini berguna juga" batin Aizuma merasa lega, karena sihir seperti inilah yang ia butuhkan saat ini. "Aku akan menyelamatkan kalian, Nanase-kun, Kujou-kun" ujarnya mulai memasuki hutan bagian barat kita Windner.
RPG Game
.
by:
.
Acha_Kimari32
"Kau hebat juga, Nanase. Aku tidak menyangka anggota baru bisa sehebat ini" Ujar kagum seorang remaja bersurai hitam kepada remaja bersurai Crimson di sampingnya, "Ahahah---Arigatou Len-san".
"Cough, cough" batuk ringan kini terdengar dan mengusik remaja bersurai hitam, "Nanase? Apakah kau baik-baik saja?" Tanya Len kepada Riku ditengah-tengah pertempurannya dengan serigala. "Aku baik-baik saja Len-san" jawab Riku tenang, kini ia kembali menebas monster serigala dihadapannya.
.
.
"Kelompok serigala ini cukup banyak, ada sekitar 10 disetiap kelompok" Ujar remaja bersurai baby pink sambil mengatur nafasnya karena ia telah menggunakan banyak skill elemen Es miliknya yang membuat dirinya sedikit lelah. Remaja di sampingnya hanya mengangguk, lalu memberi isyarat dengan jari-jarinya. "Boleh juga, Mizu Holius. Ayo kita lakukan" Ujar Tenn setuju dengan rencana Mizu, Mizu hanya tersenyum sebagai jawaban. Tenn dan Mizu pun mulai melakukan skill elemen gabungan, Tenn menggunakan skill elemen puing-puing es miliknya disekitar, lalu Mizu menciptakan pusaran angin yang membuat puing-puing es tersebut hancur dan menjadi satu dengan angin. Lalu Mizu melepaskan elemen gabungan tersebut ke sekitar, dan membuat para serigala disekitar mereka berjatuhan.
"Huft... Sedikit melelahkan. Kerja bagus Mizu Holius. " Ucap Tenn kepada remaja disampingnya, Mizu hanya mengangguk senang, ini adalah pertama kalinya ia dipuji seseorang. "Ayo kita menyusul Riku dan Len Holius. Aku takut terjadi sesuatu" Ucap Tenn dibalas anggukan dari Mizu. Merekapun menuju ke tempat Riku dan Len berada.
.
"Hah...hah...hah... " Riku mulai mengatur nafasnya, bahkan pedang yang awalnya ia pegang dengan tegak kini telah jatuh ke tanah. "Nanase?! S*al, sepertinya pemimpin kelompok monster serigala itu memanggil kelompok lainnya yang berada di sekitar hutan." Ujar Len sambil menebas satu demi satu serigala yang hendak menerkamnya. Manik merah menyala miliknya menatap lekat pemimpin kelompok serigala tersebut. "Nanase?! Apakah kau baik-baik saja? " Tanya Len kepada Riku yang kini sudah terduduk karena kelelahan. Len lengah, karena itu ia tak menyadari pemimpin serigala kini menyerang dirinya dari arah belakang. Riku yang menyadarinya membulatkan matanya dan dengan cepat mendorong tubuh Len dengan sekuat tenaga ke arah samping. "Uhg---Nanase!!!" Len yang didorong oleh Riku mulai menyadari kehadiran pemimpin serigala tersebut dan mencoba berlari ke arah Riku, namun usaha itu sia-sia, cakar pemimpin serigala itu sudah terangkat tinggi, dan siap untuk dilayangkan dan melukai tubuh Riku yang lebih kecil dari serigala tersebut. "NANASE/RIKU!!!" Teriak Len lantang, dan diwaktu yang sama Tenn dan Mizu sampai di tempat Riku dan Len.
Mizu dengan cepat berlari menggunakan kemampuan miliknya, berniat melindungi Riku dengan perisai angin miliknya namun pemimpin serigala tersebut terlalu kuat menyebabkan perisai tersebut hancur dan tubuh Mizu terkoyak.
~Riku POV
Aku menatap takut serigala yang ukurannya lebih besar dari serigala-serigala sebelumnya, rasanya aku tidak bisa bernafas, rasanya sesak sekali...
Pandanganku mulai sedikit kabur, dan sekilas aku melihat Mizu-san berdiri di hadapanku dan mencoba melindungiku. Awalnya aku ingin mengukir senyum, namun...
*Crass
Sebuah cairan lengket mengenai wajahku, lalu mengalir ke bawah melewati pipi milikku. Aku melihat tubuh Mizu-san terkoyak oleh cakar serigala tersebut. Manikku melebar, aku menatap lekat tubuh Mizu-san yang jatuh lalu ditangkap oleh Len-san. Aku tidak bisa merasakan tubuhku sama sekali, namun sesaat aku merasakan tubuhku dipeluk oleh Tenn-nii. Entah kenapa saat dipeluk oleh Tenn-nii tubuhku merasa ringan. Setelah itu pandanganku mulai gelap, namun samar-samar aku bisa mendengar suara Tenn-nii memanggilku.
~Riku POV off
.
"RIKU!! RIKU!!" Panggil Tenn dengan panik, pasalnya adiknya kehilangan kesadaran diri tepat setelah ia memeluk tubuh adiknya. "Aku harus membawamu kembali ke kota, bertahanlah Riku!!" Ucap Tenn berusaha untuk menggendong tubuh adiknya. Tenn berlari kembali menuju arah timur untuk kembali menuju Kota Windner.
"hiks...hiks... Mizu... Jangan tinggalkan kakakmu ini sendiri... " Ujar Len dengan suara bergetar, memeluk tubuh adiknya yang sudah tidak bernyawa karena kehilangan banyak darah.
"Hentikan aktingmu, Gyusa." Ujar seorang pria yang muncul dari balik semak-semak dengan tombak di tangan kanannya, "hiks...hiks... Heh---ketahuan.." Ucapnya dengan cepat berganti ekspresi, lalu dirinya berdiri dan melepaskan tubuh tak bernyawa tersebut dengan kasar. "Aizuma-kun pintar sekali, bisa menebak diriku dengan penampilan baruku ini" Ujar Gyusa sambil berputar-putar menunjukkan tubuh barunya yang terlihat sangat sederhana namun memiliki tubuh yang kuat. "Siapa yang tidak bisa menebakmu? Auramu itu sangat busuk dan gelap, tentu saja aku bisa menebaknya" Umpat Aizuma geram, ia mencengkram tombak miliknya kuat karena menahan amarah. "Hmm?" Gumannya pelan lalu dengan cepat berpindah tepat di belakang Aizuma.
"Hei.. seharusnya kau bersyukur dong lahir dengan elemen kegelapan. Elemen kegelapan itu sangat langka dan juga kuat." Bisiknya tepat di telinga kiri Aizuma, "Diam br*ngsek!! Aku tidak akan pernah memakai sihir kegelapan sampai kapanpun!!" Ujar Aizuma kesal sambil mencoba menjauh dari Gyusa yang sepertinya mencoba menyentuh tubuhnya. "Jangan marah begitu, hanya karena aku menggunakan tubuh sahabat dekatmu dong. Hmm? Jika dipikir-pikir, Aura dari saudara kembar tadi terasa familiar. Apakah kau tahu apa maksudnya Aizuma-kun??" Ucap Gyusa panjang lebar, dengan pose berpikir. Manik merah miliknya menatap lekat manik hitam milik Aizuma yang enggan menatapnya.
"Ya sudah, aku pergi saja. Aku sudah mulai bosan dengan sikapmu itu Aizuma-kun." Ucapnya lalu menghilang tanpa jejak. Aizuma terdiam, lalu menatap sosok peniru Mizu yang terbaring tak bernyawa di hadapannya. Tak lama sosok Mizu tergantikan oleh sosok remaja laki-laki bersurai coklat. "Gyusa b*jingan, dia menggunakan tubuh anak tidak bersalah untuk kepentingannya yang licik itu" Umpat Aizuma kesal, kini tombak di tangannya telah lenyap. Aizuma kini beralih pada remaja tersebut, begitu malang nasipnya yang harus berakhir mati di tangan Gyusa yang licik tersebut. "Semoga kau tenang di sana" guman Aizuma lalu pergi, dan tubuh remaja tersebut dengan sendirinya lenyap.
.
~Riku POV
Apa yang terjadi?? Bukankah aku...
"Kamu!" Seseorang memanggil namaku, dia memiliki surai berwarna coklat, dan dia juga tersenyum ke arahku. "Iya? Si-siapa kamu?". "Aku Natsu." Jawabnya ramah, tubuhnya transparan apa yang terjadi dengan tubuhnya? "Natsu-san, kenapa tubuhmu itu?", Natsu-san melihat tubuhnya sendiri lalu tersenyum tipis. "Artinya aku sudah meninggal, Nanase-san" ujarnya, aku tersentak. "Meninggal? Tapi apa hubungannya denganku? Bukankah uhk--" perkataan ku terpotong karena mendadak kilasan memori seseorang terlintas di benakku.
"Nee-san, aku izin bermain keluar ya!!"
"Hati-hati, jangan pulang terlambat"
"Hai'"
.
"Siapa kamu?"
"Lepaskan!!! Aku sudah berjanji dengan Nee-san untuk pulang, jangan ba---"
Aku melepaskan tanganku disaat kepalaku berhenti berdenyut, "ini memori milikmu?" Tanyaku dan dirinya mengangguk pelan. "Aku sudah berjanji dengan kakakku untuk pulang hari itu, mungkin ia sedang mencariku sekarang. Bisakah kau menyampaikan'nya" ujarnya dengan tubuh yang setengah menghilang. "Siapa nama kakakmu? Aku janji akan menyampaikan'nya." Tanyaku tepat sebelum Natsu-san menghilang.
"Nama kakakku adalah Chi---"
Belum sempat menyelesaikan perkataannya, Natsu-san sudah lenyap dari hadapanku. Aku menatap ke atas, dengan air mata yang sudah mengalir. "Aku tidak mengerti semua ini---ini apa..." Aku terjatuh, lalu memeluk tubuhku sendiri. "Apakah aku sudah mati?" Aku bertanya pada diriku sendiri, "kau belum mati, kok". Kini suara asing kembali terdengar membuatku kembali menoleh. "Kau...", "Kau benar, Riku. Aku adalah---"
~Riku POV off
.
.
"Tenn? Kau didalam? Kau belum makan sejak kemarin, setidaknya makanlah sedikit" Ujar pria bersurai putih kepada sang pemilik kamar yang terdiam di dalam dengan keadaan belum makan sama sekali sejak kemarin. "Pergilah Ubanan!! Sampai kapan kau akan menggangguku dan menyuruhku makan?!!" Ujar kesal Tenn dari seberang, "Tenn!! Jika kau tidak makan kau bisa sakit, bagaimana perasaan Nanase jika melihatmu sakit nanti!!" Ucapan Gaku membuat suasana di sana hening, namun tak lama suara langkah kaki terdengar, ternyata Tenn menghampiri pintu dan mengambil makanan yang dibawakan Gaku dan kembali masuk. "Dasar, menyusahkan saja" Umpat Gaku kesal dengan sikap Tenn.
.
~Aizuma POV
Bagaimana keadaan Nanase-kun ya? Aku menjadi khawatir dengan keadaannya. Nanase-kun dan Kujou-kun secara tidak sengaja terlibat dengan rencana Gyusa, namun untunglah mereka tidak terlibat lebih jauh. Saat aku menanyakan tentang misi di hutan barat kota Windner kepada resepsionis 'adventure guild' mereka meminta maaf dan menjawab tidak ada misi seperti itu hari ini. Aku sudah yakin seratus persen, bahwa Gyusa merencanakan sesuatu, dan dia pasti mengincar Nanase-kun dan Kujou-kun. Aku harus mengawasi gerak gerik Gyusa, sambil menjaga Nanase-kun dan Kujou-kun.
.
"Aizuma-kun??" Sapa seorang gadis, aku secara spontan menoleh dan mendapati seorang gadis bernama 'Chiaki' kini menatapku. "Chiaki-san?? Apa yang kau lakukan disini? Hari sudah mulai larut, sebaiknya kau pulang." Ucapku kepada Chiaki, namun dia tidak merespon, lalu ia memelukku secara tiba-tiba. "Chiaki-san?" Ujarku terkejut. "Aizuma-kun maaf... Kukira dirimu yang menculik adikku, ternyata aku salah." Ujarnya terisak, "ternyata kau berusaha untuk menyelamatkan adikku yang sudah ditelan oleh kegelapan. Arigatou" imbuhnya kembali terisak, Aku dengan tenang mengelus surai coklat pudar milik Chiaki-san. Chiaki-san dengan spontan melepas pelukan tersebut, lalu mengusap bekas air mata di pipinya. Aku terkekeh pelan, "Bagaimana Chiaki-san tahu? Aku belum memberitahukan hal ini kepada siapapun" Tanyaku kepada Chiaki-san yang kini terdiam menatapku, "Seorang remaja laki-laki bersurai Crimson" jawab Chiaki-san sambil berusaha mengingat-ingat ciri-cirinya. "Souka, kalau begitu aku akan mengantar Chiaki-san pulang dulu, baru aku mencarinya" Tawarku dengan ramah, membuat Chiaki-san mengangguk menyetujui nya, karena hari sudah mulai gelap, bukankah seorang gadis tidak boleh pulang malam sendirian?
.
Keheningan terjadi diantara kami, aku tidak tahu harus membuka pembicaraan dengan topik apa. "Adikku sudah pergi ya" guman pelan Chiaki-san, aku spontan menoleh ke arahnya. "Adikku adalah sosok yang paling ingin aku lindungi sejak kedua orang tua kami meninggal karena serangan sekelompok monster di hutan beberapa tahun lalu" jelasnya sambil mulai menatap langit yang sudah gelap gulita dihiasi oleh bintang-bintang dan juga bulan. "Chiaki-san?" Panggilku pelan, Chiaki-san menoleh padaku lalu tersenyum. "Berkat dirimu, adiku tidak lagi mengalami penderitaan karena kegelapan, Aizuma-kun." Ujarnya sambil tersenyum ke arahku, aku membalasnya dengan senyuman. "Ternyata Kegelapan milikmu memihak Cahaya, ya. Aku pernah dengar sebuah legenda kuno yang ditemukan beberapa abad lalu bertuliskan 'Kegelapan abadi tak selamanya akan abadi, dan Cahaya tak sepenuhnya berisikan cahaya' " jelasnya diakhiri kekehan pelan, "ternyata, legenda kuno itu nyata ya" imbuhnya, "kau benar, Arigatou Chiaki-san sudah mempercayaiku" Ujarku mengukir senyum, Chiaki-san hanya membalasnya dengan senyuman tipis.
~Aizuma POV off
.
.
~Beberapa hari kemudian.
"Aku harus melanjutkan rutinitasku pagi ini." Ujar Aizuma sambil sedikit merentangkan tangannya. Sudah beberapa hari ia menjalankan misi yang menurutnya penting, yaitu mengawasi 'Kembaran Nanase dan Kujou' yang dirinya yakini diincar oleh penguasa Kegelapan, Gyusa. Karena dirinya yakin, kalau Gyusa mencoba menyelakai salah satu dari mereka, dan ia yakin 'Nanase' yang diincar oleh Gyusa.
Aizuma pun mulai berangkat untuk menjalankan misinya tersebut, namun sebelum itu Aizuma berencana untuk sarapan dulu di 'Kira Bakery Shop', dimana roti kesukaannya dijual.
.
.
*Cring-cring
"Ohayou Kira-chan" Sapa Aizuma sambil membuka pintu toko milik Kira, "Aa---Aizuma-san. Mau sarapan ya?" Ujar Kira sambil menata roti yang baru saja ia panggang di nampan meja dekat kasir. "Aku pesan roti yang biasanya tentu saja" Ucap Aizuma sambil mulai duduk di salah satu tempat duduk di toko tersebut. "Baiklah".
.
"Hmm? Aku bisa merasakan hawa 'Nanase' dan juga Kujou disekitar sini. Apakah mereka juga cari sarapan ya?" Pikir Aizuma sambil menyantap roti yang baru saja ia beli tadi. "Tunggu--!!! Aura ini..." Imbuh Aizuma tersentak, aura yang ia rasakan adalah aura kegelapan, dan aura tersebut sangat dekat dengan 'Nanase'. "S*alan semoga masih sempat!!" Guman Aizuma mulai berlari ke arah dimana 'Nanase Riku' berada.
.
.
"Mou! Kemana Tenn-nii pergi?" Ucap Riku masih mencari keberadaan kakaknya, namun nihil. Dan akhirnya menyerah, dan memilih menunggunya di bangku tempat ia duduk sekarang.
"Nanase Riku....?"
Riku tersentak, tubuhnya kaku seketika, suara yang begitu familiar ditelinganya memutar memori kelam yang ia lupakan beberapa hati ini.
Riku menunduk merasakan mual mendadak, menutup mulutnya dengan tangan miliknya dengar tergesa disaat cairan keluar dari mulutnya. Riku menatap horror cairan kental yang keluar dari mulutnya, darah... Riku membeku. Tak lama Riku hilang dalam keramaian kota.
.
Dari kejauhan tepat dikeramaian kota Aizuma menggigit bibir bawahnya, "Aku benci dirinya!!" Ujar Aizuma dengan tampang kesal, lalu berlari keluar kota untuk mengejar 'Gyusa' yang membawa 'Nanase Riku' bersamanya. Aizuma dengan kesal berlari mengejar Gyusa yang kini membawa pergi Riku.
.
.
"RIKU!! RIKU!! KAU DIMANA?!!" Suara lantang Tenn terdengar dengan jelas, beberapa orang kini memperhatikannya dan mulai berguman. Setelah kembali membeli Roti Tenn tidak menemukan keberadaan adiknya sama sekali, padahal Tenn sudah yakin bahwa adiknya tidak akan pernah meninggalkan tempat ataupun pergi di tempat yang belum pernah ia ketahui sebelumnya. "Itu---?" Saat Tenn mencari Riku daerah disekitar pintu gerbang Kota Windner ia melihat sosok hitam yang tak lain adalah Aizuma, namun Tenn tidaklah mengenal 'Aizuma' saat itu, jadi dirinya mengira 'Aizuma' lah yang membawa Riku. Tanpa pikir panjang Tenn mengikuti Aizuma ke dalam hutan barat Kota.
.
.
"Pemilik pedang Api Twin's ledfre's. Pedang kuno yang merupakan legenda setengah abad lalu. Aku penasaran sekali, aku ingin sekali bermain-main denganmu. 'Nanase Riku'. " Ucap seseorang bersurai hitam pekat sambil memainkan surai crimson milik Riku, mengelap sedikit darah yang mengalir dari sudut kening Riku lalu mengecapnya. Namun suara langkah kaki mengalihkan perhatiannya, menatap takjub ke arah datangnya suara.
"Hentikan!!, Gyusa!! " Ucapnya lantang, membuat suaranya bergema di hutan tersebut. Seseorang bersurai hitam pucat, dan manik hitam miliknya menatap lekat manik seseorang yang ia panggil 'Gyusa'.
"Ara~ tumben kau datang menemuiku..." Ucapnya dengan seringai dan tatapan tajam miliknya. Menatap lekat sosok dihadapannya yang sudah mengarahkan tombak miliknya ke arahnya.
"Aku akan menghentikanmu, kau sudah banyak mengambil tubuh anak tak bersalah hanya untuk kepentingan pribadimu itu" Ucap Aizuma dengan tombak yang sudah diarahkan ke arah Gyusa.
"Oho~ coba saja Aizuma-kun. Tapi kali ini aku akan serius melawanmu.. Jadi bersiaplah!! " Gyusa melempar tubuh lemah Riku, membiarkannya tergeletak begitu saja. Aizuma berdecih untuk kesekian kalinya. Gyusa mengeluarkan pedang kegelapan miliknya. "padahal waktu itu aku baik² sama kamu loh, Aizuma-kun. Kenapa kau jadi jahat? Hmm?.. " Ucapnya mengoceh, Aizuma tak menanggapinya. "Sudahlah... Mungkin aku harus mmbunuhmu.... Disini.... Sekarang juga!! " Ucap Gyusa diiringi seringai, manik merah miliknya menyala. Memberikan sensasi bergidik untuk setiap orang yang melihatnya. "Aku akan menyelamatkanmu, Nanase-kun. " guman Aizuma mulai melesat untuk menyerang Gyusa.
"Ternyata kau cukup kuat dibandingkan sejak kita pertama kali bertemu ya?" Ujar Gyusa tenang sambil menahan serangan tombak milik Aizuma. "Tentu saja, aku tidak akan mungkin kalah dari b*jingan br*ngsek sepertimu" Umpat Aizuma masih dengan spontan menyerang Gyusa dari segalah arah. "Kata-katamu mulai kasar ya? Padahal dulu kau hanya bisa minta tolong dan menangis, luar biasa" Ucap Gyusa sambil mengukir senyumannya, "Tapi kau tahu, aku tidak suka dipanggil seperti itu" imbuhnya dengan ekspresi yang sudah berubah 180°. Aizuma spontan sedikit menjauh. "Jadi begitu, aku akan meladeni dirimu sampai kau puas Gyusa. Tapi ingat, aku tidak bisa berlama-lama. Aku harus membawa Nanase-kun kembali." Ujar Aizuma lalu melesat menyerang Gyusa.
.
.
~Riku POV
"Nanase Riku?" Oh, suara yang waktu itu. Entah kenapa suaranya membuat diriku tenang. "Anda... Lagi", "ahaha---jangan menatapku begitu Nanase Riku. Kau tahu kalau aku ini hanyalah serpihan sihir dari pedangmu bukan?" Dia terkekeh pelan, aku terdiam. "Sihir yang aku simpan didalam pedang milikmu sudah mulai menipis, artinya..." Dia menggantung kalimatnya, "Artinya..." Dia lalu tersenyum tipis, "...Sudah saatnya dirimu mengetahui semua kebenaran. Aku kurang yakin kapan, namun suatu saat aku akan memberi tahumu." Aku hanya terdiam, aku kurang mengerti sebenarnya. Aku kurang mengerti apa yang dikatakan oleh Rai-san tentang 'semua kebenaran', apakah maksudnya tentang semua kebenaran di dunia ini?
"Hora! Jangan melamun, kesadaranmu bisa hilang sepenuhnya jika jiwamu melamun begini" Ujarnya sambil melambaikan tangan didepan wajahku, aku tersentak dan spontan mundur. "Aa--maaf aku mengejutkanmu" Ujar Rai-san terkekeh gemas. "Rai-san mirip sekali dengan Tenn-nii, suka sekali menggodaku.. hump!". "Ahaha---sudah jelas bukan? Karena aku pemilik terdahulu pedang 'Twins Sword Ledfre's' elemen Es yang sekarang milik Kujou Tenn." Jelasnya. "Rai-san memang benar. Namun kenapa serpihan sihir Rai-san ada di pedang milikku yang berelemen Api?? Bukankah seharusnya---" ucapanku terpotong karena Rai-san meletakkan jari telunjuknya di bibirku. "Karena, aku yakin. Penerus pedang 'Twins Sword Ledfre's' setelah kakakku akan menjadi 'Tombak untuk semuanya, kelak nanti' " Jelasnya, aku terdiam.
"Yosh, cukup sampai disini. Aku harus menyimpan serpihan sihir ini untuk pertemuan kita selanjutnya." Ujarnya mulai berdiri lalu berbalik. "Oh jangan lupa katakan pada kakakmu untuk 'tidak bermain-main dengan kegelapan' ok?" Ujarnya lalu sosoknya menghilang begitu saja. "...'bermain-main dengan kegelapan'? Apa maksudnya itu" Gumanku mencoba mencerna apa yang baru saja dikatakan oleh Rai-san.
Aku termenung di bawah alam sadarku. Memikirkan perkataan Rai-san yang sama sekali tidak aku ketahui. "Tenn-nii tidak mungkin bermain dengan kegelapan', aku yakin itu. Habisnya Tenn-nii kan.... " Aku tersentak, "...Habisnya Tenn-nii kan..." Aku terdiam, aku memeluk diriku sendiri. "Aku merasa diriku.... Mulai meragukan sosok 'Kujou Tenn'" Gumanku pelan sambil memeluk lututku dengan kuat.
Namun tiba-tiba suara familiar terdengar memanggil namaku. "Tenn-nii?".
.
.
Kepalaku berdenyut hebat, aku membuka mataku perlahan. Mencoba melihat sekitar namun denyutan di kepalaku membuatku kembali meringis. "Nanase? Apakah kau baik² saja? " Tanya seseorang bersurai lemon kepada diriku sambil mengguncang pelan tubuhku, membuat diriku tersentak lalu mengangguk pelan. "Syukurlah, kalau ada yang sakit beri tahu aku. Aku bisa kena masalah kalau--kau kesakitan" Ucapnya pelan, sambil melirik ke arah belakang, ketika aku melihat ke arah yang sama dengannya aku mendapati Tenn-nii sedang menatapku khawatir. "Tenn-nii! " Panggilku pelan setelah pria bersurai lemon tersebut beranjak menjauh dari ranjang milikku. "Riku! " Panggil Tenn-nii dengan senyuman yang terukir jelas di bibirnya, maaf membuatmu khawatir Tenn-nii. Namun belum sempat menjawab panggilan Tenn-nii, suara ketukan pintu terdengar. Pria bersurai lemon itu pamit kepada Tenn-nii dan aku untuk membukakan pintu untuk 'Holius', tunggu... Nama yang familiar.
Setelah itu semuanya datang, Iori dan member IDOLISH7 yang lainnya, TRIGGER, Re:vale, bahkan ZOOL. Namun setelah itu Iori mulai menceramahiku, Yaotome-san sepertinya juga menceramahi Tenn-nii. Yah---ini semua juga salah kami, karena meninggalkan rumah tanpa sepengetahuan, dan izin siapapun. Ceramah Iori dan Yaotome-san cukup lama kurasa, aku dan Tenn-nii terkadang saling melirik satu-sama lain. Tak lama setelah itu, ceramahan Iori selesai, begitu juga ceramah Yaotome-san, aku cukup tertekan dengan ceramahan Iori tadi, entah kenapa.
"Kau mendengarkanku bukan Nanase-san?" Ujarnya sambil menatapku, "Tentu aku mendengarkanmu Iori, maaf sudah membuat kalian khawatir" Ujarku sedikit menunduk. Setelah itu kami mengobrol banyak, hingga tak terasa sudah mulai gelap. Sougo-san dan Tsunashi-san memutuskan untuk menginap dan merawat kami di pondok milik Mizu-san, awalnya Katie-san dan Mizu-san menolak namun sepertinya mereka kalah telak.
Untungnya ada kamar kosong yang berisi dua kasur single di samping kamar kami. Jadi Sougo-san dan Tsunashi-san diizinkan untuk menggunakan kamar tersebut untuk beristirahat. Akhir-akhir ini juga aku sering kambuh, karena tidak ada inhaler, lebih tepatnya sama sekali tidak ada, Sougo-san, Tsunashi-san, bahkan Tenn-nii tidak tahu cara mengatasi asmaku yang kambuh. Sangat menyakitkan.
~Riku POV off
.
*Ceklek
"Sougo-kun? Bagaimana keadaan Riku-kun?" Tanya Ryuu kepada Sougo yang baru saja kembali dari kamar Riku dan Tenn. "Riku-kun baik-baik saja, Tsunashi-san. Sepertinya Riku-kun berhasil mengatasi asmanya yang kambuh tanpa inhaler" Jawab Sougo tenang mulai duduk di pinggir ranjang. "Pasti sangat sulit, sejak kita terbangun di dunia ini Kesehatan Riku-kun terus menurun bahkan kita tidak bisa berbuat banyak ketika asmanya kambuh. Dan juga..." imbuh Sougo sedikit menunduk, Ryuu menunggu Sougo meneruskan kalimatnya. "...tentang elemen dan juga senjata yang kita miliki, karena elemenku es aku cukup takut untuk menggunakannya. Bisa saja aku melukai Riku-kun atau yang lainnya tanpa sengaja." Lanjut Sougo sambil melihat telapak tangannya. "Sougo-kun..." Gumam Ryuu pelan. Memang perkataan Sougo benar, elemen Es cukup beresiko untuk digunakan, karena elemen Es tidak memandang siapapun yang ada disekitarnya, elemen Es akan tetap mengeluarkan hawa dingin yang menusuk kepada siapapun itu, baik kawan maupun lawan.
"Bukankah Alone-kun juga berelemen Es? Sougo-kun bisa meminta bantuan Alone-kun bukan untuk mengendalikan elemen milikmu?" Ujar Ryuu, seketika membuat Sougo sedikit tersentak, "Tsunashi-san benar, Alone-san bisa membantuku. Namun... Aku tidak mau merepotkan dirinya ataupun keluarganya. Alone-san dan keluarganya adalah keluarga pahlawan, bisa dibilang keluarga terhormat, aku tidak bisa melakukan itu" Jelas Sougo panjang lebar, membuat Ryuu terdiam. "Hari sudah mulai larut, aku akan tidur duluan." Sougo mulai berbaring dan menarik selimutnya, memcoba tidur dan membiarkan Ryuu terdiam memperhatikannya. Ryuu melihat tangannya sendiri, "Elemen Alam, dan Tombak, ya? " Guman Ryuu dalam hening.
.
.
~Beberapa hari kemudian
Beberapa hari sudah berlalu, keadaan Tenn dan Riku pun mulai membaik dan memutuskan untuk kembali ke rumah. "Arigatou Gozaimas, Holius-san." Ujar Sougo sambil sedikit menunduk. "Iie, ini sudah tugasku. Lagipula Kujou-san dan Nanase-san juga terlibat karena diriku." Ucap Mizu menyela sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Tapi kami tetap berterima kasih, karena Tenn dan Riku-kun tidak akan bisa pulih secepat ini tanpa bantuan Mizu-san dan juga Katie-san" Imbuh Ryuu sambil mengukir senyuman. Katie yang berada di belakang Mizu membalas senyuman Ryuu dengan senyuman tipis miliknya. "Kalau begitu kami pamit Holius-san" Pamit Sougo, diikuti Ryuu, Tenn dan Riku. Setelah itu mereka berempat berbalik dan mulai berjalan menjauhi pondok milik Mizu. Mizu melambaikan tangannya, "mereka anak yang baik-baik ya. Katie-san" Ucap Mizu sambil menoleh ke arah Katie.
"Mereka... Penerus pedang 'Twins Sword Ledfre's', bukan?" Ujar Katie masih menatap arah kemana Sougo, Ryuu, Tenn, dan Riku berjalan. "Benar, memangnya ada apa Katie-san?" Mizu menatap manik hitam pudar milik Katie. " 'Mereka', menepati janji mereka...." Ujar Katie dengan suara sedikit bergetar.
.
.
"Riku? Ada apa, sejak tadi dirimu terus melamun? Apakah ada yang sakit" Tenn berhenti disaat adiknya tidak menjawab panggilannya beberapa kali. "Maaf Tenn-nii. Aku hanya memikirkan sesuatu." Jawab Riku. Sougo dan Ryuu yang berada di depan ikut berhenti dan menatap Riku di barisan paling belakang.
"Entah kenapa, Katie-san terasa familiar. Apakah Tenn-nii tidak merasakannya? Seperti, sosok yang sangat kita kenal." Jelas Riku sambil menatap lekat manik merah muda milik Tenn. "Apa maksudmu Riku? Bukankah kita baru saja bertemu dengan Katie-san? " Ujar Tenn sambil memegang pelan bahu adiknya. Riku sedikit tersentak, lalu ia menunduk. "Riku?" Panggil Tenn pelan. "Gomen... Lupakan saja yang aku katakan barusan." Ujar Riku lalu mulai berjalan, melewati Tenn, Ryuu dan Sougo. Mereka bertiga menatap khawatir Riku. "Jujur saja... " Tenn menggantung kalimatnya, "...aku khawatir dengan Riku semenjak kita terbangun di 'dunia' ini. Kesehatannya menurun, sikapnya aneh, dan terkadang.... " Tenn mengucap pelan perkataannya sambil menatap sayu langit. Angin berhembus cukup kencang, Sougo dan Ryuu dibuat terkejut dengan perkataan Tenn.
"Apakah kau serius mengatakannya, Tenn?"
.
.
.
Bersambung...
Akhirnya----update, lagi ujian sambil nyicil dikit-dikit:D Yah, mungkin bulan depan baru bisa update lagi ini cerita lagi.
Next Chapter: Chapter 6 : Doubt and Darkness
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top