Chapter 4 : The Mysterious Aizuma [Part 1]
(A/n):chapter berisi kilas balik Chapter 0!
"Huh... Misi apa lagi yang diberikan atasan padaku? Kuharap tidak yang aneh-aneh" Ucap pria bersurai hitam, dengan manik selaras dengan surai miliknya. Walaupun terlihat muda, umurnya sudah dibilang cukup tua, mungkin?
RPG Game
.
by:
.
Acha_Kimari32
Hari ini dirinya diberikan misi oleh atasan untuk menyelidiki aura aneh dari hutan barat yang jaraknya cukup jauh dari kota kelahirannya. Ia berharap tidaklah berurusan dengan monster saat ia sampai disana, ia ingin menghemat tenaga dan stamina.
Kruyuk...
"Aa--kapan terakhir kali aku makan ya? Ahaha--mungkin 3 hari yang lalu? " Umpat pria tersebut sambil sesekali terkekeh renyah, ia jarang makan karena misi yang diberikan atasannya tak menentu datangnya. Membuat dirinya gelagapan dan memilih tidak makan. Ia juga jarang tidur, karena kebiasaannya tersebut ia memiliki Insomnia berat yang bisa membuatnya tidak tertidur sama sekali.
Pria itu memijat keningnya ketika nyeri menyerang. "Aa--aku semakin tua saja? " Umpatnya disela acara memijatnya tersebut. Ia menggeleng pelan, "Yosh!! Semangat Aizuma. Jika misi ini sudah selesai, maka aku akan ke kota dan membeli roti kesukaanku di 'Kira Baker Shop' " Ucapnya menyemangati dirinya sendiri.
Nama pria itu adalah Torisaka Aizuma, pria berumur 25 tahun yang berprofesi sebagai pemburu monster, namun ada gosip tentangnya kalau ia masuk sebuah organisasi yang cukup misterius di dekat kota kelahirannya. Memiliki kebiasaan tidak tidur yang membuatnya menderita insomnia, dan menyukai makanan manis(?).
"woah--ada sungai!! Banyak sekali ikannya, apakah semuanya akan senang saat aku membawakan ikan untuk mereka semua? "
Sebuah suara mengusik indra pendengaran Aizuma, membuatnya mulai mengendap-endap mendekati sumber suara. Mengintip dibalik semak-semak dan menatap curiga pemuda bersurai crimson yang kini berjongkok di tepi sungai, memperhatikan beberapa ikan yang berenang kesana kemari. Aizuma ingin sekali menyapanya, namun ia urungkan saat pemuda lain menghampiri pemuda bersurai crimson tersebut.
"Nanase-san!! Hati-hati, kau bisa saja terjatuh dan hanyut di sungai!" Tegurnya. "Eehh--akukan hanya melihat para Sakana-san berenang kesana kemari, hump! " Ujar pemuda yang ditegur mulai cemberut. Membuat pemuda lainnya berdehem pelan dan mulai memalingkan wajahnya.
Aizuma dengan susah payah menahan tawanya, baru kali ini ia melihat remaja seperti mereka. Tak lama setelah itu remaja bersurai biru gelap pamit, dan pergi meninggalkan si surai merah sendirian.
"remaja itu memanggil dia--hmm... 'Nanase-san'? Kalau begitu Nanase-kun, kau orang yang menarik" Ujar Aizuma berceloteh pada dirinya sendiri. Ia masih memperhatikan Riku yang sedang sibuk memperhatikan para ikan yang berenang kesana kemari. Namun, Aizuma dikejutkan dengan suara batuk dan nafas terengah dari remaja yang kini ia perhatikan sekarang.
"cough, cough hah...hah... cough, cough" Batuknya semakin menjadi-jadi membuat Aizuma gelagapan dan memilih keluar dari tempat persembunyiannya dan menghampiri remaja yang bernama 'Nanase Riku' tersebut.
"H-Hei?! Kau tidak apa-apa? " Tanya Aizuma gelagapan, ia bahkan sampai menahan tubuh Riku yang hampir terjatuh. "A-aku, tidak apa-apa... " Ucap Riku disela tarikan nafasnya tersebut, membuat Aizuma mulai bertindak dengan cara menggendong Riku ala bridal style.
"Woah! Apa yang--cough, cough" diakhiri batuk yang semakin menjadi-jadi, Aizuma mulai menatap khawatir kepada remaja yang kini ia gendong. "Nanase-kun diam saja, aku akan membuatkan obat herbal untukmu" Ujar Aizuma tegas sambil mempercepat langkahnya disaat Riku kembali terbatuk.
.
"Nanase-san... Ayo ke--!" Remaja yang sebelumnya, datang kembali untuk menjemput Riku. Namun ia malah tidak menemukan sosok yang ia cari. "Nanase-san? Nanase-san!! " teriaknya mencoba meneriaki nama 'Riku' siapa tahu ia akan muncul dibalik semak-semak, namun ia salah. Tidak ada jawaban dari Riku sama sekali, remaja bernama 'Izumi Iori' ini pun panik dibuatnya. Dimanakah teman sekaligus partnernya tersebut?
.
.
Aizuma merebahkan perlahan tubuh Riku bersandar pada sebuah pohon, lalu indra penglihatannya mengunci tiga titik pada bagian tubuh remaja bersurai crimson tersebut. Mengecek pergelangan tangannya perlahan, lalu beralih mengecek pergelangan kakinya, dan mengecek bagian tubuh terakhir dan yang benar saja. Dugaan Aizuma tidak pernah salah, di awal musim semi seperti ini hewan berbahaya dari hutan barat akan mulai menetas dan membuat hutan barat menjadi rawan yang berbahaya.
Hewan tersebut tidak memiliki nama, namun hewan tersebut sangat berbahaya. Hewan tersebut akan menggigit mangsanya dan mengambil sedikit demi sedikit darah mangsanya, lalu memberikan racun yang cukup berbahaya kepada mangsanya agar mangsanya terbaring lemas tak berdaya. Hewan tersebut memiliki tiga titik favorit untuk dijadikan tempat menghisap darah mangsanya, di pergelangan kaki, tangan dan belakang leher. Karena tubuh Riku lemah, ia tidak bisa bertahan lama dari serangan hewan tersebut. Aizuma harus bertindak cepat, atau racun tersebut akan menyebar dengan cepat.
"Bertahanlah Nanase-kun!! Aku akan mengobatimu! " Ujar Aizuma dengan tangan yang sibuk membuat obat herbal dengan bahan-bahan disekitarnya. Aizuma sejak dulu selalu diberikan misi turun lapangan, yang menyebabkan dirinya tidak sempat memperhatikan kesehatannya, namun di alam sangatlah banyak tanaman herbal yang bisa dijadikan obat herbal, sejak itulah Aizuma mulai mempelajarinya.
Aizuma mengoleskan sedikit obat herbal tersebut di belakang leher Riku dengan hati-hati lalu menutupnya dengan sapu tangan miliknya agar obat herbal tersebut segera memberikan reaksi. Dengan tangan yang meyangga sapu tangan, tangan lainnya sibuk mencampur obat herbal dan air untuk diminumkan kepada Riku. Aizuma dengan susah payah menyelamatkan remaja yang ia tidak kenal sekalipun dengan tulus, ia menyukai remaja karena merupakan masa dimana anak-anak mulai beranjak dewasa dengan mempelajari sekitaran mereka lebih dalam lagi, dan merupakan masa yang sangat cukup menyenangkan.
.
.
"Apa maksudmu Riku tidak ada di tepi sungai!! IZUMI IORI!! " suara lantang remaja bersurai baby pink terdengar, membuat suaranya sedikit bergema. "Tenn.. Tenanglah" terdengar suara lain yang mencoba menenangkan remaja tersebut, namun sepertinya itu tidak berhasil. Remaja itu bernama 'Kujou Tenn' yang merupakan kakak kembar 'Nanase Riku', apapun yang berhubungan dengan adiknya ia tidak bisa tinggal diam, ia harus melakukan sesuatu. Dikeadaan sekarang, dimana adiknya menghilang karena kurangnya perhatian sosok remaja bernama 'Izumi Iori', ia harus bertindak cepat untuk mencari adiknya sebelum sesuatu terjadi.
Walaupun Tenn sudah ditahan oleh lengan kekar salah satu temannya, ia tetap saja meronta-ronta minta dilepaskan. Tenn ingin mencari adiknya segera, ia takut sesuatu terjadi pada adiknya. Apalagi ini adalah lokasi yang asing dimatanya, bisa saja ia tersesat, lalu diculik, disandera, lalu dijual kepada bangsawan, lalu dijadikan budak oleh bangsawan tersebut. Sungguh menakutkan jika hal tersebut terjadi.
"Oii!! Tenanglah Tenn!! Kita akan mencari Nanase bersama-sama, bisa merepotkan jika kita berpencar dan berakhir tersesat di hutan yang luas ini" Ucap pria bersurai silver mencoba menenangkan Tenn yang sedari tadi mencoba melepaskan diri dari lengan kekar pria bersurai coklat. "Aku baru saja berbalik sebentar, namun Nanase-san sudah tidak di tempat. Awalnya aku sempat mendengar ia terbatuk, aku mencoba mengeceknya namun suara batuknya sudah tidak terdengar lagi.." kini Iori menjelaskan peristiwa singkat hilangnya Riku karena kelalaiannya dalam menjaga anak polos(?)
"..dan saat aku sampai disana, Nanase-san tidak ada di sana" imbuh Iori, membuat beberapa dari mereka mulai memikirkan beberapa hal yang mungkin terjadi.
"Untuk sekarang lebih baik kita mencari Riku, mungkin saja ia belum berjalan jauh. " Ujar pria bersurai hijau sambil membenarkan posisi kacamatanya. "aku setuju denganmu, Nikaido-san. " Ucap Iori setuju, Tenn juga setuju dibuatnya. Mereka pun mulai berjalan mencari sosok 'Riku' yang keberadaannya tidak diketahui (hilang). Pencarian dimulai dari 'Tempat Kejadian Perkara', yaitu tempat terakhir Iori melihat Riku.
.
"Aku melihat Nanase-san berjongkok disini, ia sedang belihat ikan-ikan yang berenang kesana-kemari di sungai itu" Iori mulai memperjelas kejadian sebelum hilangnya Riku. "Karena suatu hal aku meninggalkan Nanase-san sendiri di sini, karena hanya sebentar jadi.. ". "sebentar katamu?!!" Tenn mulai menatap tajam Iori, yah memang benar ini merupakan kelalaian seorang 'Izumi Iori'.
"sebelumnya aku minta maaf Kujou-san, karena kelalaianku, Nanase-san jadi menghilang. Sekarang kita harus mencari Nanase-san sebe--!! " Ujar Iori terpotong, lalu menatap terkejut ke satu arah. Yang lainpun juga melihat kemana penglihatan Iori terkunci dan ternyata sosok yang mereka cari sedang terbaring bersandar pada pohon.
"NANASE-SAN! /RIKU! /RIKKUN! /RIKU-KUN!" teriakan terdengar diiringi oleh langkah kaki yang tergesa-gesa. Mereka mulai mengerumuni tubuh tersebut dan mencoba membangunkannya, namun nihil ia tidak bangun.
"RIKU!! RIKU!! BANGUN!! " Tenn yang panik terus mencoba membangunkan Riku, ia takut terjadi apa-apa dengan adik manis(?) nya itu. "Tenn!! Tenanglah, kita harus membawa Nanase kembali" Ujar pria bersurai silver, atau biasa kita panggil 'Gaku'. "Aku akan membawa Riku-kun" Pria bersurai coklat atau kita kenal sebagai 'Ryuu' mulai mengangkat tubuh Riku ala bridal style dan membawanya kembali ke tempat awal mereka, bisa dibilang itu adalah tempat tinggal sementara sebelum melakukan sebuah perjalanan.
.
Sementara itu di sisi Aizuma, ia terlihat lega karena ia tepat waktu untuk mengobati Riku. Jika terlambat sedetik saja, bisa-bisa racun itu menyebar. "Huff--sekarang apa yang harus kulakukan? Kembali dan melapor jika hanya ada sekumpulan manusia? Atau tetap disini mengawasi remaja-remaja yang ada disana" Aizuma bertanya pada dirinya sendiri, biasanya Aizuma tidak terlalu suka berlama-lama saat misi namun kali ini ia seperti sedang menikmati misinya. Misi seperti ini jarang² loh, dinikmati saja dulu.
Aizuma masih menatap khawatir remaja yang baru saja ia tolong tadi, fisiknya tidak terlalu kuat dan tidak terlalu lemah juga. Aizuma masih berada di posisi yang sama, disemak-semak menatap sekumpulan remaja yang menatap khawatir kepada remaja bersurai merah.
"Nanase-kun seperti aset yang berharga saja, hingga mereka khawatir seperti itu. Apakah ia semenarik itu? " Aizuma mulai bermonolog tentang siapakah pemuda yang baru saja ia selamatkan tadi.
.
"hhnk--!!" ringisan kecil terdengar disaat Tenn mengelus pelan kepala Riku, karena ringisan tersebut Tenn menghentikan aktifitasnya. Ia salah memberikan tanggung jawab menjaga adiknya pada Iori, seharusnya ia menjaga sendiri adiknya, mungkin endingnya tidak akan seperti ini?
"Aa--bahan makanan kita habis" Ujar seseorang bersurai orange, "Owh--fruit and water juga desu" Ujar pria bergelagat aneh yang tak jauh dari orang bersurai orange tadi. "Sebaiknya kita mencari persediaan terlebih dahulu. Aku, Mitsu, Ichi, dan Nagi, akan mencari air dan beberapa sayur-mayur" Ujar Yamato sambil membenarkan posisi kacamatanya. "Aku tidak ikut, Nikaido-san. Aku disini saja. " Ujar Iori dari arah pohon muda yang ia gunakan sebagai sandaran(?). Namun mereka tau, mereka harus menjauhkan keduanya sebelum pertengkaran terjadi. 'Mitsuki' selaku kakak Iori memaksa Iori untuk ikut, dan berhasil. Permintaan seorang kakak mutlak, jangan dibantah.
"Yosh, kalau begitu. Aku, Ryuu, Yotsuba dan Osaka. Akan mencari beberapa buah-buahan dan sayur-mayur di sana" Ujar Gaku sambil menunjuk arah yang ia bicarakan. "Tenn, kau disini bersama Nana-". "tanpa kau suruh aku sudah melakukannya Ubanan! ". Karena sedang malas adu bacot, akhirnya merekapun berangkat untuk mencari beberapa persediaan.
.
"Ehh--mereka cari bahan makan. Jadi lapar--" Aizuma yang masih memperhatikan sekelompok orang tersebut mulai merasakan lapar, cacing² di perutnya sudah memberontak meminta nutrisi. Aizuma yang sudah kelaparan itupun menemukan sebuah pohon yang ternyata sebuah pohon apel merah yang baru saja berbuah. Apel berwarna merah yang terlihat manis menggoda indra perasa milik Aizuma, tanpa pikir panjang iapun memetik apel disana.
"kurasa apel yang ku petik terlalu banyak. Apa aku berikan saja kepada mereka ya? " Aizuma yang mengingat sekelompok orang tadi sedang mencari makan mulai bersimpati. Menatap beberapa buah apel di tangannya yang terlihat segar. Akhirnyapun Aizuma memiliki ide cemerlang, bukan ide cemerlang juga sih tapi ide jahil.
.
.
"Suhu tubuhmu tinggi sekali Riku. Apa kau menyembunyikannya? Dasar bodoh! Bukankah sudahku bilang untuk memberitahuku jika kau merasa kurang sehat?" Ucap Tenn sedikit kesal kepada adiknya, karena adiknya kini dalam keadaan tak sadarkan diri Tenn terlihat seperti berbicara pada dirinya sendiri.
Keheningan pun melanda, Tenn hanya melakukan aktivitas yang menurutnya dapat menghilangkan keheningan di sekitarnya yaitu mengelus-elus surai milik adiknya. Sesekali tersentak karena adiknya meringis, apakah sesakit itu?
Namun sebuah apel tiba-tiba jatuh, tepat di samping Tenn. Tenn menatap sebentar sebuah apel tersebut. 'tunggu dulu, pohon ini, pohon mangga atau apel? ', karena penasaran Tenn menengok ke arah atas, memastikan apakah dugaannya benar.
Duk!!
Bukannya menemukan jawaban dari dugaannya, Tenn malah terkena damage dari buah apel yang jatuh tepat mengenai kepalanya. Bukan Tenn namanya jika tidak merasa bahaya bukan? Kini ia melihat sekeliling, dengan buah apel ditangannya sebagai benda untuk dilempar jika orang yang membuat batin Tenn terusik keluar dari tempat persembunyiannya.
"uhk--! "
Ringisan terdengar, membuat Tenn langsung mengalihkan pandangannya kepada adiknya yang sedang terbaring di sampingnya.
"Riku? " Tenn mencoba memanggil nama adiknya, namun belum ada respon. Tenn pun mencoba memanggil lagi, hingga yang ketiga kalinya Riku membuka matanya, menampilkan manik crimson yang selaras dengan surai miliknya.
"hmm? " Dehuman kecil terdengar, menandakan ia merespon panggilan Tenn. Tenn seketika lega, ia senang adiknya baik² saja. "Tenn-nii " panggil Riku pelan. "Akhirnya kau sadar, Riku." Ujar Tenn dengan senyuman terukir di wajahnya, menggambarkan kelegaan terhadap keadaan seseorang yang ia sayangi saat ini.
"Tenn-nii" Ucap Riku rilih sambil menatap manik merah muda milik Tenn, tak lama Riku mencoba merubah posisinya. Namun dengan segera Tenn menahan Riku yang ingin merubah posisinya menjadi duduk, mendorong pelan hingga Riku kembali ke posisi berbaring.
"Kau istirahat saja, Riku. Aku akan menjelaskannya nanti" Ucap Tenn lembut, sambil mengelus pelan surai Riku.
"Aku baik-baik saja Te-cough, cough" Ucap Riku pelan diakhiri dengan batuk yang membuat Tenn sedikit tersentak dan berkata, "Kau istirahat saja, Riku" Ucap Tenn sekali lagi, dengan tangan yang mulai mengusap pelan surai milik Riku. Memberikan sensasi nyaman yang membuat Riku terlelap seketika.
Beberapa menit setelah Riku terlelap, senyuman dipaksakan milik Tenn terlihat jelas. "Kau terlihat lelah Riku" Ucap Tenn masih dengan aktivitas yang sama, yaitu mengelus surai milik adiknya tersebut. "Aku berharap kita menemukan tempat yang hangat untukmu Riku" Imbuh Tenn mulai mengakhiri aktivitasnya tersebut.
.
.
"Hmm? Baiklah aku mulai mengerti satu hal. Nanase-kun adalah adik Kujou-kun. Tunggu--kenapa nama belakang mereka berbeda? " Aizuma yang masih ditempat yang sama dengan apel juga mulai berteori tentang kedua saudara yang kini ia perhatikan sedari tadi.
"Mungkin ada alasannya, aku tidak terlalu suka mengulas sesuatu yang pribadi sih. Jadi lupakan saja, *krauk" Ucap Aizuma diakhiri asmr Apel yang dimakan olehnya.
"Tapi aku masih bingung. Aura Aneh yang dimaksud atasan itu maksudnya apa, ya? Tidak mungkin remaja seperti mereka mengeluarkan aura yang cukup kuat seperti kata atasan... " Aizuma mulai memasuki mode berpikir miliknya. "Aku harus mengawasi mereka lebih jauh, kurasa mereka bukanlah orang biasa"
.
.
Keesokan harinya...
Aizuma masih mengawasi mereka sejak kemarin, dan hebatnya ia belum istirahat sama sekali.
"Huh! Baru kali ini aku merasa sangat lelah, rasanya kepalaku terus berputar" Ucap Aizuma sambil memegang kepalanya.
"Jadi kita akan melanjutkan perjalanan kemana, Ossan? "
"Kurasa.... Kita akan pergi ke arah timur"
Aizuma yang kepalanya sedikit pening itupun tetap bisa mendengar jelas percakapan 10 remaja yang ia awasi sejak kemarin, dan hebatnya ia sudah mengenal mereka semua. Profesi sebagai pemburu monster baginya serasa stalker. Namun mendengar jawaban dari remaja bersurai hijau yang bernama 'Yamato', ia sedikit tersentak... Karena, Timur adalah rumah sekaligus tempat kelahirannya. Karena tidak mau ketinggalan informasi, Aizuma memulai aksinya kembalk dalam mengawasi ke-10 remaja misterius tadi.
"apa kau yakin, Ossan? "
"tentu saja, Onii-san yakin 100%"
"huh, sudahlah"
Aizuma swettdrop di tempat mendengar mereka, Aizuma sedang serius sekarang namun bukannya informasi yang ia dapat malahan pertengkaran kecil yang sama sekali tiada artinya.
"Nanase-san, jangan memaksakan dirimu. Jika kau lelah kita bisa berhenti untuk beristirahat"
"hai' hai' Iori"
Dan perkataan 'Iori' sukses membuat Aizuma kembali berteori tentang 'siapakah Nanase-kun? ' tersebut.
"jika dipikir-pikir, ia juga lebih muda. Mungkin ia memiliki penyakit? Setahuku bawahanku pernah memiliki teman yang penyakitnya cukup parah. Apa ya? "
Karena sibuk berteori, Aizuma tidak sadar jika ke 10 orang yang tengah ia awasi tersebut sudah pergi untuk melanjutkan perjalanan mereka ke arah timur.
.
.
"Ouh! Kita seperti pengembara desu" Ucap Nagi dengan semangat pagi hari.
"Sugoi! Nagicchi! " Seru Tamaki dari samping Nagi tentu dengan seruan sang surai merah juga.
"Kalian semangat sekali ya... Onii-san merasa sudah tua" Ucap Yamato dari barisan paling depan karena tugasnya untuk menuntun semuanya ke tempat yang dituju, walau belum tentu tujuannya sih.
"Hah? Kau baru sadar jika kau tua? Ossan?" Sindir Mitsuki dari barisan terdepan setelah Yamato bersama adiknya tentu saja.
"ahh.... Onii-san merasa terluka" Ujar Yamato sambil memegangi dadanya seulah merasa tersakiti. Namun tawa seseorang mengobati semua itu, yap tawa dari sang surai merah tentu saja.
"Yosh, Onii-san semangat hari ini. Mari kita temukan tempat yang hangat untuk kita " Ujar Yamato bersemangat kembali, ia tampak lebih powerfull sekarang. Yang lainpun ikut bersemangat tentu saja, bukan hanya Yamato saja ke-3 anggota TRIGGER pun dibuat semangat juga.
"ah, mereka semangat sekali" Ucap Ryuu sambil sedikit terkekeh melihat barisan didepannya yang semangatnya sungguh luar biasa tersebut.
"Tentu saja, adikku yang memberi mereka semangat. " Ucap Tenn selaku kakak kembar Riku dengan sedikit rasa bangga.
"Dasar Brocon!" Ucap Gaku menanggapi member termuda grupnya tersebut
Tak lama setelah itu, Tenn menyusul ke barisan terdepan untuk menjaga adiknya dari dekat, meninggalkan Gaku dan Ryuu yang berada paling belakang dari barisan.
Kresek-kresek...
Gaku langsung berhenti setelah suara mencurigakan mengusik indra pendengarannya. "Gaku? Ada apa? " Tanya Ryuu kepada Gaku yang tiba-tiba berhenti.
"Tidak. Ryuu, apakah kau mendengar suara aneh? " Tanya Gaku sambil mulai menyusul barisan, diikuti Ryuu tentu saja. "Suara aneh? Tidak, aku tidak mendengarnya" Jawab Ryuu spontan, karena memang ia tidak mendengar apapun sejak tadi, terkecuali suara sorakan semangat dari barisan depan.
"mungkin hanya perasaanku saja" batin Gaku dalam hati.
.
.
"Huh... Hampir saja. Alam sedang tidak berpihak padaku sekarang, aku harus berhati-hati. " Ucap Aizuma dengan gelagat aneh karena panik sesaat yang menyerangnya tadi. "Karena mereka berjalan ke arah kota Windner? Apakah aku perlu duluan saja, ya? Aku sudah cukup lelah mengikuti mereka sejak kemarin. Kepalaku juga kembali sakit, huh? " Aizuma dengan cepat meninggalkan barisan ke-10 orang tersebut dan melesat pergi entah kemana.
.
.
"Huu... Hari ini banyak buah-buahan yang bisa aku panen. Benarkan Nii-san? " Suara remaja bersurai abu-abu pucat dengan manik semerah darah terdengar jelas. Melakukan aktivitas rutinnya, sambil berbicara kepada sebuah batu nisan yang jika dilihat baik² terdapat nama seseorang terukir di sana.
"Mizu-nii. Apakah Mizu-nii masih belum merelakan kepergian Len-san?" Suara lembut mengusik indra remaja bersurai abu-abu pucat tersebut, dan menoleh ke sumber suara. "Katie? Bukan begitu, tidak salah bukan mengajaknya bicara?" Jawabnya dengan sedikit lesu.
Remaja bernama 'Katie Hydrega' itu tahu betul, jika seseorang dihadapannya belum merelakan kepergian kakaknya tersebut. Kejadian 1 tahun lalu membuatnya sedikit trauma hingga mengadopsi 4 orang anak dari panti asuhan kota Windner, apakah separah itu.
"Mizu-nii!! "
"Mizu nii-chan!! "
Suara seruan khas anak-anak terdengar. Katie dan Mizu yang mendengarnya sedikit gemas.
"Heh... Adik² kakak sepertinya sedang bersenang-senang? " Tanya Mizu dengan lembut kepada 4 anak dihadapannya.
"hum! Kami bermain peran! Aku menjadi pangeran, Fuyu menjadi putri, Horn menjadi kesatria, dan Chiji menjadi penyihir" jawab salah satu anak bersurai abu-abu, sambil mengayun-ayunkan pedang kayu yang sengaja Mizu buat untuknya.
"souka, kalau begitu setelah selesai bermain apakah kalian mau ikut Mizu-nii ke kota? " Ujar Mizu sambil mengusap sedikit keringat di keningnya. Ke-empat anak tersebut berbinar seketika. "Mau!! " Ucap mereka serempak. "Ahahaha--semangat sekali. Kalau begitu, jangan lupa membersihkan diri kalian juga. " Ucap Mizu diselingi kekehan gemas kepada 4 adik angkatnya tersebut. Tanpa berlama-lama merekapun masuk ke dalam pondok untuk membersihkan diri.
"Ahaha--seperti biasa, mereka semangat sekali saat aku mengajak mereka ke Kota" Ujar Mizu dengan tawa garing miliknya yang terdengar dipaksakan. "Oh--maaf Katie, aku tidak bisa mengajakmu. Sebagai gantinya kau jaga pondokku dan sirami beberapa sayuran yang baru aku tanam. Mungkin beberapa hari lagi beberapa sayuran akan bisa dipanen, jadi sekalian sirami juga ya" Ucap Mizu sambil melangkah masuk ke pondok, tentu untuk membersihkan diri.Katie dengan iklas menerimanya, tanpa penolakan sedikit pun.
"Sudah setengah abad lebih aku menunggu, tapi kalian tidak muncul. Aku merindukan kalian... "
"Rai... Tenma..."
.
.
Tok tok tok!
"Masuk"
"Permisi.."
"Ohh? Tori? Kau sudah kembali, bagaimana? Apakah kau sudah menelusuri aura aneh di hutan barat?"
"aku sudah menelusurinya, Ketua. Saat saya sampai di hutan barat, saya tidak menemukan apapun" Jawab Aizuma sopan. Pria di hadapannya, yang dipanggil 'Ketua' seketika terdiam.
"Apa kau menyembunyikan sesuatu? Tori? " Tanya pria tersebut kepada Aizuma dengan tatapan menginterogasi, Aizuma tersentak seketika namun ia mencoba untuk tenang agar tidak terlihat menyembunyikan sesuatu.
"Tidak, ketua! " Ucap Aizuma dengan penuh keyakinan. "Kalau begitu, saya permisi ketua" imbuh Aizuma lalu ia memberi hormat dan berjalan keluar ruangan tersebut.
Brak!!
Pria berstatus 'ketua' tersebut menatap pintu yang baru saja ditutup oleh Aizuma. "Kau menyembunyikan sesuatu dari ketuamu? Tori? " gumannya sambil mengukir senyum tipis. Pria bernama 'Ryuto Furd', atau bisa kita kenal sebagai ketua dari organisasi ***. Ryuto sangat tertarik dengan Aizuma, karena Aizuma adalah satu-satunya keturunan cahaya yang mewarisi elemen kegelapan. "Kau tidak bisa menyembunyikan apapun dariku, Torisaka Aizuma" Ujarnya menyeringai.
.
.
~Aizuma POV
Aku tidak percaya, aku mengatakan kebohongan terhadap ketua Furd. Aku memegang kepalaku disaat pening menyerang kembali, aku melihat sekitar kota Windner tempat kelahiranku.
"Jadi dia anak terkutuk itu?"
"jangan dekat-dekat, nanti bisa terkutuk loh"
"katanya---"
dan hal lainnya bisa aku dengankan dengan jelas, sejak umurku menginjak 16 tahun kemalangan ini terjadi kepadaku. Aku terus diperlakukan sama, hingga umurku menginjak 25 tahun, sungguh ironis bukan? namun aku sudah terbiasa sekarang.
Aku pergi ke kediaman kecilku, yang berada di pinggiran kota. memasuki pondok kecilku dan merebahkan diriku di ranjang single. "Aura dari remaja-remaja tersebut sangatlah aneh aku rasa, seperti---hal yang asing" Ucapku satu-satunya keturunan cahaya di kota yang mewarisi elemen kegelapan, tombak milikku juga disebut sebagai 'Tombak kegelapan' oleh orang-orang sekitar. aku menoleh ke arah meja, menatap sebuah foto seorang gadis.
"Sepertinya kau cukup bahagia dengan gelar putri pahlawan ya? "
~Aizuma POV off
~Keesokan harinya
Aizuma kini berada di Adventure Guild, berada di papan informasi sekedar membaca beberapa informasi seperti, 'sekelompok monster serigala yang meresahkan para penduduk' lalu manik Aizuma menyendu disaat membaca informasi berikutnya. "Sudah setahun kematianmu ya? Len Holius-kun?" Ujar Aizuma pelan, Len merupakan satu-satunya sahabat setia Aizuma di Adventure Guild, bukan berteman saja melainkan Len juga menerima Aizuma walaupun ia memiliki elemen kegelapan sekalipun, Aizuma tersenyum tipis mengingat memori-memorinya bersama Len sahabatnya.
"Kalian akan menjalankan misi bersama Len-san dan Mizu-san"
Aizuma terkejut disaat nama familiar dipendengarannya terdengar diucapkan oleh resepsionis Adventure Guild. "Bukankah itu?" Aizuma terkejut untuk kesekian kalinya karena sosok familiar didepannya.
"Nanase-kun dan Kujou-kun?? dan Len dan Holius-kun? bukan.. Len sudah meninggal setahun yang lalu, dan 6 bulan setelah kematian Len, Holius-kun mengundurkan dirinya. Jika begitu--siapa mereka?!" Ujar Aizuma panjang lebar dengan panik, habisnya orang yang bersama dengan Tenn dan Riku bukanlah orang yang sesungguhnya. "Aku harus bertanya kepada resepsionis kemana misi mereka" Aizuma dengan cepat menuju meja resepsionis dan bertanya kemanakah tujuan misi mereka, namun sialnya Aizuma tidak bisa mendapatkan informasi yang ia cari karena misi setiap Pemburu Monster merupakan Informasi yang tidak dapat dibocorkan kepada anggota pemburu monster yang lain. "S*al!! Kuharap kalian baik-baik saja Nanase-kun, Kujou-kun, Aku memiliki firasat buruk".
.
.
.
Bersambung...
~Acha bagi jadi beberapa part, karena chapter ini juga merupakan Flassback dari Chapter 0 sampai Chapter 3. kalo gak dibagi jadi beberapa part malah panjang banget. Tapi Reader pasti suka yang panjang bukan? tapi jangan siksa Author juga /pundung.
~Chapter ini sebenarnya sudah aku tulis di akun pertama, namun karena hp error aku gak berani publis chapter ini. Takutnya setelah dipublis akunnya juga ikutan error, jadinya aku unublis semua cerita di akun pertama dan aku pindah-kan semuanya ke akun kedua ini. cerita yang sangat aneh:D dah lah Bye-bye!! [Note: Cerita awal sebelum Acha pindah akun]
Next Chapter: Chapter 5 : The Mysterious Aizuma [Part 2]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top