Chapter 2 : Guilt and Revenge
"dasar monster"
"huh? "
"kau monster"
"aku...?
"... "
Membuka matanya dengan paksa, perasaan terkejut dan takut bercampur menjadi satu. Manik crimson miliknya tersinari cahaya matahari, yang membuatnya menghalangi datangnya cahaya matahari dengan telapak tangan miliknya. Mencoba menyesuaikan pandangan yang sedikit buram. Lalu melihat sekeliling... Apakah ia sedang dikamarnya?
Tak lama.... Seseorang masuk. Surai putih miliknya terurai panjang, ia menghampiri lelaki bersurai crimson yang sekarang sedang terbaring di ranjang.
"Kau sudah sadar Nanase Riku? "
Riku hanya menatap bingung orang asing didepannya.
"perkenalkan... Aku Bells Cytia. Kau bisa panggil aku Cytia. Aku merupakan petinggi di advanture guild, dan sekarang... Kau ada di pusat kesehatan advanture guild. Kau sedang dalam pemulihan setelah melakukan misi beberapa hari lalu... "
Riku membulatkan matanya 'beberapa hari lalu' apakah ia tidak sadarkan diri setelah kejadian itu...? Riku pun teringat kejadian itu. Iapun terduduk paksa... Membuat Cytia terkejut dan menatap khawatir Riku.
"Kau tidak apa² Riku-kun? " Ucap Cytia mencoba menenangkan Riku yang sepertinya masih trauma dengan kejadian beberapa hari lalu. Cytia yang khawatir hanya bisa melakukan satu cara... Menenangkan Riku dengan sihir miliknya lalu memanggil kakaknya, 'Kujou Tenn' untuk datang ke pusat kesehatan advanture guild.
"Maafkan aku Riku-kun" Ucap Cytia lalu memejamkan matanya.
Tak lama sihir putih bersih muncul di sekitar Riku. Membuat pikiran Riku sedikit tenang dan membuat pandangannya sedikit gelap.
RPG Game
.
By :
.
Acha_Kimari32
Pukul 08.00
"jadi? Bagaimana keadaan Riku?! " Tanya lelaki bersurai baby pink dengan nada khawatir dan panik. Ia sangat khawatir karena adiknya tidak sadarkan diri hampir 2 hari setelah misi pertama mereka.
"Tenn-kun, tenanglah... Riku-kun baik-baik saja. Aku tidak menemukan luka serius padanya.... " Ucapan Cytia membuat Tenn sedikit lega, namun... Ia masih menunggu kalimat selanjutnya dari wanita dihadapannya.
" ....ia mengalami trauma, trauma yang ia derita sedikit mengganggu mentalnya. Aku hanya bisa menyarankan untuk melakukan rehabilitasi terhadap Riku-kun agar ia bisa melupakan traumanya. Aku takut trauma ini semakin parah dan malah membuat Riku-kun kehilangan mentalnya. " Imbuh Cytia. Membuat Tenn mendecakkan lidahnya kesal.
"adikku tidak gila, kau tahu itu!" Ucap Tenn, dengan sedikit menaikkan suaranya.
"huh... Baiklah... Maafkan aku. Kalau begitu aku permisi.. Aku harus menyiapkan beberapa hal agar Riku-kun bisa pulang. " Ucap Cytia lalu keluar ruangan.
Tenn menatap tubuh adiknya yang sekarang terbaring di ranjang. Jendela disamping ranjang terbuka lebar, agar udara bisa berganti dengan baik. Tentu saja untuk kebaikan adiknya. Angin pelan menyapa surainya... Membuat surainya sedikit acak-acakan karenanya. Tenn menatap sendu adiknya... Apakah kejadian ini salahnya? Karena membiarkan adiknya bertarung dengan orang asing, dan bukan dengan dirinya.
~Dirumah para Idol
"ok... Karena Riku-sama sedang istirahat. Aku akan mengumumkan sesuatu, gyun" Ucap manusiah kecil bersurai merah yang kini sudah melayang-layang diatas kepala sekumpulan idol dibawahnya.
"pengumuman apa itu Shachan? " Tanya Tamaki penasaran.
"oh! Tamaki bahkan penasaran... Apakah kalian tidak penasaran? gyun" Tanya Shan sekali lagi dengan senyuman kikuknya yang membuat geram sekumpulan manusia di depannya.
Memang... Sejak ada peri kecil bersaudara diantara sekumpulan idol tersebut, ada saja kerusuhan yang terjadi. Ada yang geram, kesal, misuh-misuh, bahkan biasa saja dengan sikap jahil peri kecil itu. Namun mereka lebih menyukai Shin dari pada Shan... Jika tanya 'kenapa? ' karena Shin sedikit dingin dan tenang. Walau tidak ada yang tahu serapuh apa sosok imutnya itu.
"aku akan melatih kalian bertarung, gyun" Ucap Shan.
"Melatih kami? " Tanya Iori.
"Tentu... Riku-sama dan Tenn-sama hanya beruntung bisa bertarung. Karena kami yang membantu mereka melayangkan pedang, jika kalian ingin menjadi pemburu monster yang handal kalian harus berlatih" Jelas Shan. Tak lama peri sedingin es muncul di belakangnya.
"Nee-san... Jika ingin melatih mereka jangan menyindir mereka juga. Dulu nee-san bahkan berkelahi dengan pemilik terdahulu karena nee-san payah dalam bekerja sama" Ucap Shin. Ucapan Shin memang pelan dan lembut, namun... Begitu menusuk.
"Shin! Kau jahat! " Ucap kesal Shan, ia merasa dikhianati adik kembarnya sendiri.
"Maafkan, nee-sanku yang kikuk ini. Karena Tenn-sama pergi untuk menjemput Riku-sama. Aku jadi berada di sini. Aku tak mau menganggu waktu Tenn-sama bersama adiknya"
"Kau benar, Tenn bahkan tak keluar kamar setelah Nanase tak sadarkan diri di pusat kesehatan advanture guild 2 hari yang lalu" Ucap pria bersurai silver mengkoreksi ucapan Shin.
"aku tidak membutuhkan penjelasanmu! Ubanan!! " Ucap Shin menatap tajam pria bersurai silver tersebut. Membuatnya tersakiti untuk kesekian kalinya.
"penjaga pedangnya sama saja dengan tuannya" batin yang lainnya.
"Baiklah, mari kita mulai latihannya gyun" Ucap Shan bersemangat, diikuti sorakan dari Tamaki.
"Pertama keluarkan senjata milik kalian masing²" Ucap Shin. Merekapun mengeluarkan senjata milik mereka masing²
"Pengguna senjata pedang dan tombak akan berada di tim Shin. Sedangkan panah dan tongkat, berada di timku" Ucap Shan.
"Nagichi satu-satunya pengguna tongkat sihir." Ucapan Tamaki memang ada benarnya, Nagi satu²nya.
"Owh! Aku spesial desu! "
"Namun.. " Shin menjeda ucapannya. "..Menggunakan tongkat sihir bukanlah hal yang mudah, apalagi elemenmu petir. Jika kau salah mengayunkannya, kau bisa melukai teman²mu sendiri. " Lanjutnya.
"Daijoubu desu, Cocona akan membantuku menguasai sihir. " Ucapannya membuat yang lain sweetdrop. Sedangkan Shan dan Shin memiringkan kepalanya.
"Baiklah kita mulai latihannya" Ucapan Shin memecah keheningan yang terjadi, dan akhirnya mereka mulai berlatih.
Tim Shin-Pedang dan Tombak.
"pedang dan tombak adalah jenis senjata serangan jarak dekat. Namun jangan sampai salah memahami keduanya. Walaupun sama-sama senjata jarak dekat, cara menggunakannya berbeda." Jelas Shin.
"sebagai contohnya saja. Mitsuki-san dan Iori-san... "
"...Mereka berdua adalah pemilik senjata tombak dan pedang" Shin melirik keduanya. "Namun elemen mereka berbeda. Untuk masalah elemen kita buang terlebih dahulu. Pertama, fokus mempelajari ilmu bertarung menggunakan senjata kalian masing²"
Mereka semua memgangguk.
"Pedang memiliki prinsip menyayat lawan. Maka dari itu Pedang selalu menjadi kebanggaan semua pemburu monster. Namun pedang memiliki kelemahan, yaitu serangan sihir."
"Serangan sihir? " Iori yang sedang mencerna segala penjelasan Shin mulai bertanya. Shin mengangguk. "serangan sihir membuat ketajaman pedang menurun setiap serangannya. Itu akan mempersulit kalian ketika melawan musuh nantinya, jadi jika ada serangan sihir lebih baik menghindar dari pada melindungi diri menggunakan pedang kalian" Jelas Shin.
"Menggunakan pedang yang tumpul juga berbahaya sebenarnya. Setidaknya prinsipnya sama dengan pisau dapur, jika tumpul tidak bisa digunakan untuk memotong sayuran" Imbuh Sougo terhadap penjelasan Shin.
"Kau benar, apakah kau pengguna pisau dapur?" Tanya Shin, tentu saja Sougo mengangguk. Sedangkan partnernya hanya bergidik.
"Sekarang tombak. Tombak memiliki prinsip menusuk lawan. Tombak merupakan senjata yang cukup mudah digunakan, namun tingkat kesulitannya lebih sulit dari pedang. Tombak tidak memiliki kelemahan. Sudah itu saja penjelasannya. " Jelas Shin, ia mulai duduk di ranting pohon. "Aku akan melihat cara bertarung kalian dari atas." Imbuhnya.
Merekapun hanya menatap Shin sekilas dan mulai latihan.
~Beberapa menit kemudian.
"Cih! Tombak sangat sulit digunakan, na Shichan!! Apakah aku boleh memilih pedang saja? "
"Hora! Tamaki!! "
"Maaf Tamaki-san. Aku tidak bisa"
"Senjata kalian sudah ditentukan, jadi memilih senjata selain senjata yang telah ditentukan adalah hal yang mustahil."
"cih! "
"hah..." Shin menghela nafas. Shin memunculkan sihirnya, membentuk balok es yang tidak mencair. "Baiklah, Tamaki-san. Ayunkan sekali Tombakmu dan fokuskan target serangan tombakmu ke arah balok es dan serang." Jelas Shin, Tamaki hanya menuruti apa yang dikatakan Shin.
Tamaki mengayunkan tombaknya, hembusan angin mulai terasa. Shin yang sudah tahu sekarang memegang erat ranting pohon, ia bisa terbawa angin. memfokuskan pandangannya pada satu titik untuk target serangannya, Tamaki pun menyerang target yang sudah ia targetkan. Balok Es tersebut terpecah menjadi kepingan-kepingan kecil, dan melayang kemana-mana. "Woah! Sugoi!! " Ujar Tamaki kagum dengan serangan yang baru saja ia lakukan. Shin pun mulai beranjak dari ranting pohon dan menghampiri Tamaki.
"Itu adalah salah satu serangan milikmu Tamaki-san. Kau lihat, Tombak lebih mudah dari pada pedang bukan? Lihatlah orang bersurai raven disana" Ucap Shin setelah itu melirik orang bersurai raven yang keberadaannya tak jauh, ia terlihat tidak sedang melakukan apapun.
"Hei!! Ubanan!! Apakah kau bodoh? Tamaki-san bahkan sudah bisa menguasai cara bertarung dengan tombak. Apakah kau tidak bisa? Menyedihkan... " Ucap Shin tiba-tiba dengan suara nada tinggi, membuat yang lainnya terkejut.
"Berisik!! Peri Es S*alan!! Kau sama sekali tak menghargai usahaku dalam menguasai ilmu bertarung! Kau sama saja dengan bocah itu" Ucap Gaku tak kalah, namun ia tak menyadari keberadaan seseorang disana, sedang menatapnya tajam.
"Siapa nama bocah yang sama dengan Peri Es S*alanan ini?!! " Ucapnya menyeringai,
Gaku bergidik, suhu disekitaran mereka menjadi dingin.
"Woah... Apakah Tenten akan menurunkan salju? " Ucap Tamaki
"Kowai...! Yuki... Aku membutuhkanmu"
"Sudahlah Tenn" Ucap Ryu mencoba menenangkan salah satu membernya tersebut.
"Jika Kujou-san disini? Apakah Nanase-san sudah kembali? " Tanya Iori, semuanya menatapnya. Untuk pertama kalinya, Iori berhasil menjinakkan titisan setan satu ini. Namun, raut wajah saudara kembar partnernya tersebut seketika berubah.
"Kau benar Izumi Iori, aku baru saja kembali dari pusat kesehatan advanture guild. Setelah mengantar Riku ke kamar Suara berisik di halaman belakang terdengar, akupun mengeceknya dan ternyata kalian semua ada disini" Jelas Tenn.
Gaku menghela nafas, "Bagaimana keadaan adikmu itu? " Tanya Gaku, "Ia baik² saja, menurut informasi tidak ada luka serius pada Riku. Namun... " Tenn menelan paksa salivanya, semua orang menatapnya khawatir. "Tidak perlu dilanjutkan jika kau tidak bisa mengatakannya Tenn-sama" Ucap Shin yang sudah duduk manis di pundak Tenn. "Shin? ". "Kau bisa mengatakan kepada semuanya nanti jika kau sudah siap. Aku tahu kau khawatir dengan adikmu bukan? " Imbuh Shin. Tenn hanya menunduk dan mengangguk pelan, sosok tegas seorang kakak terguncang karena rasa khawatir yang mendalam terhadap adiknya.
"Baiklah, sebaiknya kita akhiri dulu sesi latihan hari ini. " Ucap Shan. Shin mengangguk, diikuti yang lainnya. Mereka semuapun masuk ke dalam.
.
.
Pukul 20.00
Semuanya sedang berkumpul di ruang tengah, Tenn ingin mengatakan informasi tentang keadaan adiknya tersebut.
"Jadi? Informasi apa yang ingin kau katakan Kujou-san? " Tanya Iori.
"Menurut penjelasannya, Riku tidak memiliki luka serius. Namun... Karena kejadian tersebut, Riku memiliki Trauma yang membuat mentalnya terguncang. Jika tidak melakukan rehabilitasi terhadap traumanya, maka Riku akan kehilangan mentalnya" Jelas Tenn geram, ia mengatakannya dengan tangan sedikit bergetar. Namun ia sedikit lebih tenang setelah Ryu menggenggam tangannya. "Arigatou, Ryu" Ucapnya, Ryu hanya tersenyum.
"Nanase-san Trauma?! Ini buruk bagi kesehatannya." Ucal Iori dengan pose berpikir.
"Aku khawatir jika mental Riku terus terguncang maka... " Ucap Momo cemas.
"Tenangalah Momo, aku yakin Riku akan baik² saja" Ucap Yuki mencoba menenangkan partnernya tersebut.
"Kalau begitu kita harus melakukan Rehabilitasi terhadap trauma Riku segera!! Bukan? " Ujar Mitsuki. "Aku setuju denganmu Nii-san. Jika dibiarkan kesehatan Nanase-san akan semakin buruk" Ucap Iori setuju, diikuti anggukan Tenn.
"Aku memiliki rencana bagus untuk rehabilitasi Riku. " Ucap Mitsuki dengan nada semangat.
"Apa itu Izumi Mitsuki/Nii-san" Ucap mereka bersamaan. Mitsuki pun menjelaskan rencana yang ia buat.
"Itu bagus, aku setuju denganmu Izumi Mitsuki" Ucap Tenn setuju. Mitsuki hanya mengangguk.
"Kalau begitu, rencananya akan kita lakukan mulai besok" Ujar Mitsuki bersemangat. Semuanya mengangguk.
~Keesokan Harinya (Hari 1)
Remaja bersurai crimson membuka matanya perlahan. Manik miliknya yang selaras dengan surainya terlihat melihat kesana dan kesini, bertanya-tanya ia sedang dimana sekarang. Ia mendudukkan dirinya di ranjang, tangannya memegang kepala karena berdenyut saat ia berusaha bangun. Ia dikamar miliknya, ia menoleh ke ranjang disampingnya. 'Kosong?' itulah jawabannya, ia ingin sekali melihat sosok kakaknya yang menyapanya ketika ia bangun, walau hanya berkata 'Ohayou, Riku' atau 'Bagaimana tidurmu, nyenyak?', remaja bernama Riku tersebut bisa tersenyum.
Riku memutuskan untuk beranjak dari ranjangnya dan turun ke bawah, ia lapar. Mungkin ia belum makan kemarin? Ataukah sudah? Ia tidak tahu. Ketika menuruni tangga Riku mencium aroma makanan kesukaannya, ketika sampai ia melihat sepiring Omurice yang baru saja disajikan, dan sosok yang ia kenal di dapur.
"Ohayou Riku. Sudah bangun? Apakah kau lapar? Aku membuat Omurice kesukaanmu" Ucapnya. Ia benar, Riku kelaparan sekarang.
"Ohayou Mitsuki." Sapa Riku dengan senyuman miliknya. Ia duduk di meja makan yang sudah tersedia sepiring makanan kesukaannya. Ia mulai memakannya.
"enak! " Ucap Riku setelah suapan pertama masuk ke dalam mulutnya. Mitsuki hanya tersenyum.
"Mitsuki? " panggil Riku. "Ada apa Riku? " respon Mitsuki terhadap panggilan Riku. Riku melihat sekeliling, "Kemana yang lain? Kenapa sepi sekali? " Tanyanya, "Mereka semua ada misi dari Advanture Guild. Dan hanya aku dan dirimu saja yang ada dirumah" Jawab Mitsuki sambil mencuci piring yang kotor. "Tenn-nii juga?! " Tanya Riku sekali lagi, Mitsuki mengangguk. "Souka.. ". Riku pun melanjutkan acara makannya.
.
Kini Riku duduk di Sofa. Memainkan bantal Sofa dengan menumpuk semua yang ada di satu tempat, Jika roboh ia akan meletakkannya kembali. "Tenn-nii dan yang lainnya lama sekali. Aku bosan" Ucap Riku sambil menata kembali bantal sofa yang roboh. Mitsuki sedikit lega, karena Riku tidak mengingat 'hal itu'. "Bagaimana jika kita bermain di halaman belakang? " Tanya Mitsuki dari arah dapur sambil melepas celemek miliknya.
"Yatta!! " Ucapnya riang, membuat Mitsuki sedikit terkekeh dengan sosok dihadapannya yang kini mulai berdiri. Riku dan Mitsuki -pun berjalan bersama menuju halaman belakang. Mitsuki membuka pintu halaman belakang rumah, dan bisa dilihat betapa luasnya halaman tersebut. Ada beberapa bunga liar yang tumbuh di sana, walaupun bunga liar tetap indah dipandang mata. Sebuah pohon rindang yang dibawahnya terdapat 2 buah kursi dan meja kecil, yang bisa dibuat mengobrol berdua bersama rekan kalian.
"Aa- Riku-sama" Ucap peri kecil dari arah ranting pohon. "Shan-san? Apa yang kau lakukan disini? " Tanya Riku lalu berlari kecil menghampiri pohon yang dihinggapi oleh Shan. "Aku hanya bosan berada di dalam, jadi aku berada disini gyun" Ucapnya lalu beranjak dari ranting pohon dan menghampiri Riku. "Bagaimana keadaanmu, Riku-sama? Apa kau sudah lebih baik? Apakah kau mimpi buruk? " Tanya Shan secara beruntun membuat Riku kebingungan. "Hora!! Shan! Jangan membuat Riku kebingungan dengan pertanyaan beruntunmu" Ucap Mitsuki yang kini berada di samping Riku. "Diam kau pendek, aku bertanya pada Riku-sama. Siapa yang bicara denganmu gyun" Ucap Shan tanpa dosa, ia telah mengatakan kata terlarang.
"Aku tidak pendek!! Aku hanya kurang tinggi saja!! Dan kau juga sangatlah kecil!! Kau tak pantas memanggilku seperti itu dengan tubuh kecilmu itu" Ucap Mitsuki kesal tak terima jika ia dikatain pendek oleh manusiah mungil. "Hei, Pendek!! Asal kau tahu... Jika aku manusia normal aku akan lebih tinggi darimu" Cibir Shan tak mau kalah, "Oh? Kau bahkan lebih kecil dariku? Kau bermimpi mengalahkan tinggiku? Dasar kecil! " Sindir Mitsuki juga tak mau kalah. Entah perdebatan apa yang mereka lakukan, namun kekehan terdengar setelahnya. "Kalian tahu... Menurutku Mitsuki itu tidak pendek, dan Shan-san juga tidak kecil. " Ucapnya diakhiri kekehan kecil. Mitsuki dan Shan menatap satu sama lain, dan tertawa bersama. Apa yang dikatakan Riku benar.
Riku, Mitsuki dan Shan bersantai di halaman belakang. Bercanda ria, terkadang Shan ceroboh dan membakar semak² disekitar. Membuat Mitsuki panik, namun Mitsuki bergerak cepat memadamkan api yang disebabkan oleh Shan. Menceramahi Shan dengan tegas, membuat tawa seseorang menjadi pengiring ceramahan Mitsuki kepada Shan.
.
"Nanase-san? Dan Nii-san? Apa yang kalian lakukan di halaman belakang" Lelaki bersurai raven memunculkan diri dibalik pintu, menatap 2 sosok yang ia kenal yang sepertinya sedang bersenang-senang disana, mengabaikan sosok kecil yang sekarang sudah mengeluarkan bola api yang siap ia tembakkan ke lelaki bersurai raven itu.
Riku menoleh, "Iori? Okaerinasai " Ucapnya sambil tersenyum hangat, membuat semu merah muncul di wajah Iori. "Ekhm... Sebaiknya Nii-san dan Nanase-san segera masuk, Hari mulai larut" Ujar Iori lalu kembali masuk ke dalam. Mitsuki dan Riku pun ikut menyusul Iori, tentu saja Shan juga ikut.
.
"Ho... Okaeri minna. " Ucap Mitsuki ketika melihat sekumpulan manusiah yang sudah kembali dari tugasnya di adventure guild.
"Tadaima, Riku" Ucap remaja bersurai baby pink sambil tersenyum ke arah Riku. Riku tersenyum, "Okaerinasai, Tenn-nii" Ucapnya.
"Mikki aku lapar..." Ucapan remaja bersurai aqua blue memecah acara reuni sesaat di sana.
"Tamaki-kun!! "
"Baiklah, Malam ini aku akan memasak sesuatu yang spesial" Ucap Mitsuki dengan senyumannya. "Yatta!!! " Tamaki bersorak ria. "Aku akan membantumu, Nii-san" Ucap Iori, "Tentu Iori". "Aku juga! " kali ini Riku ingin membantu memasak. "Nanase-sa-" Ucapan Iori terpotong oleh kakaknya, Mitsuki. "Tentu Riku, tolong tata piringnya" Potong Mitsuki. "Hai'" Tanpa menunggu, Riku langsung menata rapi piring² yang ada. Suatu keajaiban tak ada kecerobohan yang ia lakukan hari ini. Semuanya bernafas lega.
Malam itu Mitsuki memasak Sup jamur, dengan berbagai macam sayuran didalamnya. Untuk lauknya adalah telur goreng biasa, namun begitu nikmat. Menikmati makanan bersama sangatlah nikmat rasanya, senyumannya membuat semua orang tersenyum, tawanya membuat semua orang bersemangat. Semuanya lega, di hari pertama rehabilitasinya ia sebahagia ini....
.
.
"cough, cough" Suara batuk terdengar dari salah satu kamar di lantai dua rumah, ia terbatuk sambil memegang dadanya. "Riku? Minum obatmu" Ucap Tenn mencoba memberikan obat ke Riku, namun Riku menolak, entah kenapa ia menolak permintaan kakak kembarnya itu. Tenn yang tidak bisa lagi melihat adiknya kesakitan hanya menunduk lalu memeluk tubuh lemah adiknya, tidak terlalu kuat namun cukup untuk memberikan kehangatan untuknya. Bisa dirasakan oleh Tenn tubuh adiknya sangatlah panas, adiknya sekarang sedang demam, persetan dengan tertular demam adiknya.
"hah... Tenn...nii...hah.... " Ucapnya pelan. "Tenanglah Riku, Tenn-nii ada disini. Tenanglah... " Ucap Tenn selembut-lembutnya, ia ingin memberikan kehangatan. Bebeberapa menit kemudian, Riku sudah tertidur dengan nafas yang normal. Tenn lega, mereka masih di posisi yang sama. Tak lama setelah itu, Tenn juga terlelap sambil memeluk adiknya.
.
.
Keesokan harinya (hari 2)
Cahaya menyilaukan menyapa kelopak mata seseorang yang masih terlelap tidur. Ia membuka matanya menampilkan manik merah muda, mencoba membiasakan pandangan mata dengan sinar sang surya. Melihat ke arah tubuh yang ia peluk semalam, ia masih terlelap. Remaja bernama Tenn itu terkejut ketika melihat bekas air mata di pipi adiknya, mungkin adiknya bermimpi buruk. Tenn menggigit bibir bawahnya, mengangkat tubuh adiknya dan membenarkan posisi tidurnya, ia rebahkan tubuhnya di ranjang, tak lupa ia menyelimuti tubuhnya. Beranjak dari kamar, menuju ruang tengah yang berada di bawah. Menuruni tangga. Bau harum masakan bisa ia cium, bau yang familiar di indra penciumannya membuatnya tersenyum. Makanan Favorit adiknya, Omurice sudah tersajikan di meja makan. Namun... Adiknya tidak bisa turun dari ranjang sekarang, suhu tubuhnya tinggi.
"Kujo-san? Dimana Nanase-san? " Tanya remaja bersurai raven dari arah dapur, sepertinya ia sedang membantu memasak sosok pendek bersurai oranye di sampingnya. Tenn mengabaikannya, memilih mengambil air dan kain untuk adiknya yang sedang demam di kamar.
"Kujo? Untuk apa air dan kain itu? Apakah Riku demam? " Tanya remaja bersurai oranye sambil memotong beberapa sayur. Tenn mengangguk. Remaja bersurai raven disampingnya geram, ia diabaikan.
"Izumi Mitsuki, aku minta tolong untuk membuatkan bubur untuk Riku, dan juga antarkan ke kamarku dan Riku" Ucap Tenn laku beranjak kembali ke kamar. "B-baiklah".
.
Tenn membuka pintu kamar miliknya dan adiknya. Menatap sosok yang kini terbaring di ranjang. Membawa air dan kain, Tenn berjalan perlahan mendekati ranjang Riku.
Meletakkan wadah air di samping ranjang Riku, meletakkan kain tersebut ke dalam wadah, lalu memerasnya. Meletakkannya dengan perlahan didahi Riku. Tenn menatap sendu adiknya, namun... Tiba-tiba ada suara ketukan pintu.
Tok.. Tok.. Tok..
"Kujo-san? Aku datang mengantarkan bubur yang dibuatkan Nii-san"
Dari suaranya Tenn tahu ia adalah Izumi Iori, partner sekaligus pengasuh Riku selama di dorm. Tenn berjalan ke arah pintu, membukanya sedikit. Menatap tajam sosok dihadapannya. "Masuklah" ucap Tenn membuka pintu kamarnya lebar, mempersilahkan remaja bernama 'Iori' masuk.
"Ojamashimas... " ucap Iori sopan memasuki kamar centernya sekaligus kakak kembarnya. Berjalan ke arah meja kecil di samping ranjang, dan meletakkan nampan berisi bubur. Menatap sekilas partnernya yang terbaring di ranjang, namun seseorang mengalihkan perhatiannya. Siapa lagi jika bukan karena Tenn terbatuk..
"cough, cough.. " Tenn terbatuk, bagus sekarang ia tertular demam adiknya. "Kau baik² saja, Kujo-san? " Iori yang sedari tadi memperhatikannya bertanya. "entahlah, mungkin aku hanya demam" Jawab Tenn santai. Tak lama setelah itu Riku terbangun, menatap sayup-sayup 2 sosok yang ia kenal dihadapannya. "Tenn..nii? Io..ri? " Ucapnya pelan, namun 2 sosok itu langsung menoleh. "Riku! / Nanase-san! " Ucap mereka bersamaan, lalu menghampiri ranjang Riku.
Riku mengubah posisi tubuhnya menjadi duduk, dibantu oleh Tenn. Bisa dilihat wajah Riku yang begitu pucat, suhu tubuhnya juga sangat tinggi. "Riku? " panggil Tenn dengan perasaan khawatir. Riku menoleh dan membalasnya dengan senyumannya, "aku baik² saja, Tenn-nii" Ucap Riku dengan senyumannya itu. Tenn membalas senyuman Riku.
"Tenn-nii..... " Riku memanggil nama kakaknya sambil menunduk. "Ada apa Riku? Apakah ada yang sakit? " Tanya Tenn duduk di ranjang Riku, memegang tangan adiknya yang sedikit hangat karena suhu tubuhnya yang meningkat. Riku menggeleng pelan, "maaf karena menjadi beban saat itu...", Tenn membulatkan matanya, adiknya mengingat kejadian tragis yang terjadi beberapa hari yang lalu. "Riku.. Kau bukan beban sama sekali. Saat itu renca-" Tenn menghentikan kalimatnya saat mendengar isakan tangis dari adiknya.
"Jika aku tidak kambuh saat itu, adik dari Len-san..hiks.. Tidak akan mati. Maafkan aku.. Aku hanya menyusahkan Tenn-nii..hiks.." Ucap Riku sambil menangis, Tenn menatap sendu adiknya. Waktu sudah berjalan, sesuatu yang telah terjadi tidak bisa diulang kembali.
"Maaf... Aku hanya beban bagi kalian" Ucap Riku pelan, namun masih dapat ditangkap oleh indra pendengaran mereka.
"Jangan berpikir seperti itu, Nanase-san!! " Ujar Iori sedikit menaikkan suaranya, selama ini Riku tidak pernah menyusahkan Iori ataupun siapapun.
"Riku" Ucap Tenn lirih, menggenggam erat tangan adiknya.
"Aku hanya mencoba yang aku bisa, dan aku.. hiks... Malah membebani kalian... Maafkan aku... " kini bulir bening sudah membasahi pipinya, kedua orang disana menatapnya.
"Nanase-san/Riku" Ucap Iori dan Tenn bersamaan. Tak lama setelah itu Tenn memeluk adiknya, mengelus pelan surai crimson Riku. "Sstt... Sudah. Riku sama sekali bukan beban kok" Ucap Tenn mencoba menenangkan sosok adiknya yang masih menangis. Iori hanya tersenyum tipis dengan pemandangan didepannya.
"Tenn...nii"
"Riku"
Mereka melepas pelukan masing-masing dan mulai saling menatap satu sama lain.
"Ekhm.... Maaf Nanase-san, Kujo-san. Bubur buatan Nii-san akan dingin jika tidak dimakan sekarang" Ucapan Iori memecah keheningan dari acara berduaan saudara kembar tersebut, kening Tenn berkedut kesal. Kenapa waktu bersama adiknya selalu tertanggu. Bahkan saat di dorm IDOLiSH juga.
"Wah, aku sangat lapar" Ujar Riku dengan senyumannya, ia sudah lapar sekali tentunya.
"Aku akan menyuapimu Riku" Ujar Tenn yang sudah memegang mangkuk berisi bubur di tangan kiri dan sendok di tangan kanan. "Baiklah, Riku. Bilang 'Aaaa... ' " Ucap Tenn mengarahkan sendok berisi bubur ke mulut Riku. "Aaa... Hmn. Enak.". Iori pun pergi dari kamar mereka berdua tanpa pamit, tidak kuat dengan dua sosok manis dihadapannya. Tenn tersenyum, dan kembali menyuapi Riku.
.
"cough, cough" Tenn terbatuk saat meletakkan mangkuk di nampan. "T-tenn-nii? Apakah Tenn-nii baik-baik saja? Waah!! Tenn-nii jangan² Tenn-nii tertular demamku?! " Ucap Riku panik, kebiasaannya selalu bikin seseorang gemas.
"Aku baik² saja Riku. Padahal aku ingin mengajakmu jalan-jalan hari ini. Huh... Mungkin hari ini aku istirahat saja. " Ucap Tenn mendudukkan tubuhnya diranjang miliknya, dan mulai merebahkan dirinya. Rikupun juga merebahkan dirinya. "Selamat tidur Tenn-nii" Ucap Riku sambil tersenyum kepada Tenn, Tenn tersenyum "Selamat tidur juga, Riku. Semoga mimpi indah"
Tenn dan Riku pun terlelap dengan cepat, mungkin karena mereka sama² demam, jadinya mudah terlelap.
"Oh.. Mereka berdua tidur? " sebuah kepala muncul dibalik pintu kamar, sosok bersurai oranye dan biru tua, Mitsuki dan Iori sedang mengecek keadaan si kembar. "sepertinya begitu, Nii-san. ". "Kalau begitu aku akan mengambil nampan yang ada di meja mereka" Ucap Mitsuki lalu memasuki kamar dengan perlahan, berjalan ke arah kedua ranjang yang ditempati 2 malaikat yang sedang terlelap. Sesekali tersenyum, Mitsuki juga meletakkan kain basah di dahi mereka berdua, Iori memberitahu Mitsuki jika Tenn juga demam sama seperti Riku. Berjalan perlahan keluar kamar sambil membawa nampan yang berisi mangkuk yang kosong. Menutup pintu perlahan.
.
"Ryu? Apa kau melihat Tenn? " Tanya Gaku kepada pria disampingnya. "Sejak pagi aku tidak melihatnya, Gaku. Apa mungkin... " Jawaban Ryu terpotong oleh Iori. "Kujo-san dan Nanase-san sedang beristirahat di kamar mereka. Mereka berdua demam." Ucap Iori sibuk dengan bukunya. "Begitu ya... ". Siang itu mereka makan tanpa si kembar, mereka memilih tidak membangunkan mereka karena mereka kelihatan kelelahan. Sebagai gantinya akan ada seseorang yang mengantarkan makan siang ke kamar mereka. Pertanyaannya.... Siapa yang mengantar makanannya?
.
"Sudah kuduga diriku" dengan nampan berisi 2 Omurice, pria bersurai putih (baca: uban) mengetuk pintu kamar si kembar.
Tok... Tok... Tok...
"Tenn.. Aku membawakan makan siangmu dan Nanase" Ucapnya.
"Eh? Dare? Aa- Etto... Masuklah Yaotome-san. " suara dari dalam terdengar, Gakupun membuka pintu dihadapannya. Tidak lupa menutup pintunya kembali. Ia melihat Riku yang sudah duduk di ranjangnya, sedangkan Tenn masih tertidur. "Tenn masih tidur? " Tanya Gaku. Riku mengangguk. "Mungkin Tenn-nii kelelahan setelah memenangkanku semalam" Ucap Riku. "Ah- aku membawakan makanan untuk kalian. Jika Tenn bangun, suruh dia makan." Ucap Gaku meletakkan nampan berisi 2 menu makanan yang sama. "Tentu, Yaotome-san" Ucap Riku, setelah itu Gaku beranjak pergi. Setelah itu Tenn bangkit dari posisi tidurnya. "Aa- Tenn-nii sudah bangun...". Tenn melihat sekilas adiknya, lalu menatap pintu kamarnya yang sudah tertutup. "...Ayo makan bersama Tenn-nii." Ucapan Riku memecah lamunan Tenn, "Tentu Riku".
.
.
Keesokan harinya (hari 3)
Kini dua remaja berbeda surai sedang berjalan-jalan di sekitaran kota, kedua remaja itu adalah 'Kujou Tenn' dan 'Nanase Riku'. Saudara kembar namun kembar ferimental yang membuat mereka terlihat seperti adik-kakak pada umumnya. Kini mereka sedang duduk di bangku sebuah taman. Sekarang pertanyaannya...
Bagaimana kedua saudara kembar ini bisa keluar rumah? Padahal kemarin mereka terkena demam? Mari kita lihat....
~Flassback
"hhnng? " dengkuran halus remaja bersurai crimson terdengar setelah dirinya merasa terganggu saat tidur. Membuka matanya perlahan, menampakkan manik yang selaras dengan surai miliknya. Membiasakan penglihatannya, lalu melihat samar-samar sosok di depannya.
"WOAH! T-" teriaknya, namun belum sempat selesai mulutnya sudah dibekap oleh tangan seseorang, remaja itu adalah 'Kujou Tenn' dan yang dibekap adalah 'Nanase Riku'. Kini Riku yang bingung dengan kelakuan kakaknya hanya diam, tak lama tangan yang menutup mulutnya terbuka. Tenn meletakkan jari telunjuknya di bibirnya, mengisyaratkan untuk diam. Riku yang mengerti mengangguk pelan, sebenarnya ini ada apa?
.
Tenn sudah bersiap dengan pakaiannya. Ia kini tidak memakai piyama miliknya, namun memakai pakaian yang biasa ia pakai saat pergi keluar/jalan² (?). Riku juga memakai pakaian yang hampir mirip, namun yang membedakannya hanya warnanya saja. Oh siapa saja Bisa menculik kalian nanti(?). "Riku.. Hari ini kita akan bermain kabur dari rumah. Kau ingin jalan² keluar bukan? " sifat tak biasa dari kakaknya membuat remaja bernama 'Nanase Riku' memiringkan kepalanya, kini yang ia pikirkan ada dua hal.
Pertama :
'Ada apa dengan Tenn-nii? '
Kedua :
'Yeay... Tenn-nii mengajakku jalan², aku sangat senang. Dirumah terus-menerus sangat membosankan'
Ia yang bingung akhirnya hanya mengikuti langkah kakaknya yang mengendap-endap sepanjang jalan menuju pintu depan rumah.
Keluar kamar, melewati kamar Iori dan Tamaki, Mitsuki dan Yamato, dan juga Gaku dan Ryu. Menuruni tangga, melewati kamar milik Touma dan Torao, melewati ruang tengah dan dapur, sungguh seperti berkeliling di dunia saja(?).
Akhirnya mereka sampai di pintu depan, membukanya perlahan, keluar menuju halaman depan, dan menutup kembali pintu depan. Mereka disapa oleh sang surya yang sudah menampakkan dirinya, sinar miliknya menerpa kulir keduanya membuat mereka merasakan sensai hangat, udara disekitar mereka juga segar, udara pagi hari memang menyegarkan. Keduanyapun beranjak dari halaman depan menuju sekitaran kota.
Dan disinilah mereka sekarang....
~Flassback end
"Riku? Apakah kau senang? " Tanya Tenn, Riku mengangguk, bisa terlihat senyuman miliknya itu. Tenn juga membalas senyuman adik kembarnya itu. Tenn memperhatikan sebuah toko dihadapan mereka, 'Kira Baker shop' oh Tenn ingat, toko itu adalah toko dari seorang anak yang tidak sengaja Riku tabrak 6 hari yang lalu, dengan iklasnya ia memberikan kami roti terbaik di tokonya dengan cuma-cuma (baca: gratis). Sungguh gadis yang mulia.
"Riku? " Panggil Tenn, sang empu nama menoleh, "iya, Tenn-nii? " Tanyanya menatap lekat manik kakaknya. "Kau ingin sesuatu? Aku akan belikan untukmu." Ucap Tenn membuat Riku gelagapan. "T-t-tidak perlu Tenn-nii, kan kita hanya jalan-jalan. Dan juga ki-" sebelum melanjutkan kata-katanya, Riku sudah menyadari hilangnya sosok kakak dihadapannya. Menoleh kesana dan kesini untuk menemukan sosoknya. Namun nihil, padahal sosoknya tepat didepannya, sedang memasuki sebuah toko bertuliskan 'Kira Baker Shop'.
Cring... Cring...
Suara lonceng terdengar, menandakan seorang pelanggan telah datang.
"Selamat datang, a- Tenn-san. Lama tidak berjumpa" Ucap Kira yang kini sedang menata beberapa kue di nampan. Tenn mengangguk "Lama tak berjumpa, Kira" Tenn berjalan mendekati meja lalu duduk. "Tenn-san ingin pesan roti apa... Lalu... Dibawa pulang atau tidak? " Tanya Kira sambil memeluk nampan kosong didadanya, sebenarnya Kira menyukai Tenn... Tidak lebih tepatnya... Mengidolakan Tenn. Kenapa? Karena Tenn pemilik dari pedang twins yang merupakan legenda kuno setengah abad yang lalu.
"Aku akan memesan roti yang kau buat waktu itu saja, 2 porsi. " Jawab Tenn, Kira mengangguk. Beranjak menuju dapur, membuat roti spesialnya, lalu mengemas roti tersebut ke dalam kemasan. Lalu berjalan keluar dapur, menghampiri Tenn yang duduk santai di meja dekat jendela. "Tenn-san, ini. " Ucap Kira sambil memberikan 2 kemasan berisi roti yang Tenn pesan tadi. "Arigatou, berapa jumlahnya? Aku akan membayarnya tentu saja" Ucap Tenn lalu merogoh sakunya, mengeluarkan beberapa koin. "Aa- etto... S-sekitar 6 Koin saja kok" Ucap Kira, tak lama Tenn memberinya 7 koin, baru saja Kira ingin protes karena koin yang dibayar berlebih, namun Tenn langsung beranjak pergi. Kira hanya menatap Tenn bingung, dan nelanjutkan pekerjaannya.
.
~Flassback setelah Tenn masuk ke 'Kira Baker Shop', posisi Riku.
"Mou! Kemana Tenn-nii pergi?" Ucap Riku masih mencari keberadaan kakaknya, namun nihil. Dan akhirnya menyerah, dan memilih menunggunya di bangku tempat ia duduk sekarang.
"Nanase Riku....?"
Riku tersentak, tubuhnya kaku seketika, suara yang begitu familiar ditelinganya memutar memori kelam yang ia lupakan.
"RIKU!! "
*Crass...
Riku menunduk merasakan mual mendadak, menutup mulutnya dengan tangan miliknya sesaat cairan keluar dari mulutnya. Riku menatap horror cairan kental yang keluar dari mulutnya, darah... Riku membeku. Tak lama Riku hilang dalam keramaian kota.
.
Seorang remaja bersurai hitam pucat menatap kejadian dihadapannya mulai berdecih. "aku benci dirinya"
.
.
Tenn keluar dari toko milik Kira, menuju ke arah bangku yang Riku dan ia duduki tadi. Namun nihil, Riku tak ditemukan. Firasat demi firasat buruk muncul dibenak Tenn, menjatuhkan 2 kemasan roti dihadapannya, menatap horror bangku yang kosong dihadapannya. Dimana keberadaan adiknya? Karena cemas ia berlari mencari kesana kemari keberadaan adiknya. "RIKU! RIKU!! KAU DIMANA?! " Tenn terus meneriaki nama adiknya, bodo amatlah diliatin orang sekitar, Tenn fokus mencari adiknya. Namun setelah melihat sosok bersurai hitam pekat di luar kota, Tenn pun mengikutinya.
.
.
Riku tersentak dan membuka matanya, terkejut dengan sosok dihadapannya. Sosok yang ia kenal memegang pedang di tangan kanannya. Menatapnya dengan manik darah miliknya.
"Karena dirimu adikku meninggal dihadapanku. Dasar....monster!! "
"... " Riku tersentak, memori itu kembali terputar di kepalanya. Ia memegang kepalanya.
"aku-"
"Dasar tak berguna... Aku yakin... Hidupmu hanya bergantung pada orang lain." Riku tersentak untuk kesekian kalinya.
"Saa~ rasakanlah tebasan balas dendam pedangku ini... " manik Riku bergetar, ia ketakutan. Apakah ia akan mati? "Kumohon... Hentikan... " Ucap Riku dengan suara bergetar, namun itu tak menghentikan sosok dihadapannya tersebut. Bibir Riku bergetar, maniknya bergetar menatap sosok dihadapannya. Sosok tersebut melesat mendekati Riku, menebaskan pedangnya ke arah Riku.
.
"Pemilik pedang Api Twin's ledfre's. Pedang kuno yang merupakan legenda setengah abad lalu. Aku penasaran sekali, aku ingin sekali bermain-main denganmu. 'Nanase Riku'. " Ucap seseorang bersurai hitam pekat sambil memainkan surai crimson milik Riku, mengelap sedikit darah yang mengalir dari sudut kening Riku lalu mengecapnya. Namun suara langkah kaki mengalihkan perhatiannya, menatap takjub ke arah datangnya suara.
"Hentikan!!, Gyusa!! " Ucapnya lantang, membuat suaranya bergema di hutan tersebut. Seseorang bersurai hitam pucat, dan manik hitam miliknya menatap lekat manik seseorang yang ia panggil 'Gyusa'.
"Ara~ tumben kau datang menemuiku..." Ucapnya dengan seringai dan tatapan tajam miliknya. Menatap lekat sosok dihadapannya yang sudah mengarahkan tombak miliknya ke arahnya.
"Aku akan menghentikanmu, kau sudah banyak mengambil tubuh anak tak bersalah hanya untuk kepentingan pribadimu itu" Ucap Aizuma dengan tombak yang sudah diarahkan ke arah Gyusa.
"Oho~ coba saja Aizuma-kun. Tapi kali ini aku akan serius melawanmu.. Jadi bersiaplah!! " Gyusa melempar tubuh lemah Riku, membiarkannya tergeletak begitu saja. Aizuma berdecih untuk kesekian kalinya. Gyusa mengeluarkan pedang kegelapan miliknya. "padahal waktu itu aku baik² sama kamu loh, Aizuma-kun. Kenapa kau jadi jahat? Hmm?.. " Ucapnya mengoceh, Aizuma tak menanggapinya. "Sudahlah... Mungkin aku harus mmbunuhmu.... Disini.... Sekarang juga!! " Ucap Gyusa diiringi seringai, manik merah miliknya menyala. Memberikan sensasi bergidik untuk setiap orang yang melihatnya. "Aku akan menyelamatkanmu, Nanase-kun. " guman Aizuma mulai melesat untuk menyerang Gyusa.
.
.
Tenn terus berlari dan berlari, ia ceroboh. Ia kehilangan jejak sosok bersurai hitam pekat itu. Kini Tenn masih berlari ke arah yang sama, hingga dirinya berhenti karena melihat sosok yang familiar dihadapannya. Sosok yang melindungi adiknya sekaligus membuat adiknya trauma dan hampir kehilangan mentalnya.
Surai abu-abu pucat miliknya diterpa angin, memperlihatkan manik merah darah miliknya yang begitu tajam penglihatannya. Tenn membuka mulutnya...
"Kau.... " Tenn menggantung kalimatnya, membuat sosok dihadapannya menatap lekat manik merah muda milik Tenn.
.
.
"Mizu Holius.....!!! " lalu angin kencang berhembus kencang, membuat sang empu nama sedikit bergidik, lalu bertanya sambil menatap tajam Tenn yang kini terdiam.
"Dare? "
.
.
.
Bersambung...
Next Chapter: Chapter 3 : Familiar Figure.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top